20: Tragedi Starnight

12.4K 1K 339
                                    

20: Tragedi Starnight

°°°

⚠Warning⚠
Gak suka skip aja, ya:V
Karena ada adegan kekerasan!
Jangan hujat Author juga ya🐻

_______


Sepuluh menit yang lalu, Varo sudah pulang ke rumahnya setelah mengantar Natasya pulang. Varo memang langsung pulang ke rumahnya tanpa mampir dulu.

Dan saat ini, Natasya sedang duduk di kamarnya sambil memandangi undangan pesta ulang tahun Maudy. Ia ragu antara datang atau tidak datang. Jika datang, ia tidak tahu apa yang Maudy rencakan di sana. Jika tidak datang, pasti juga ada risikonya.

Sungguh. Hatinya benar-benar bimbang dan gelisah.

"Gue dateng gak, yah?" monolognya sambil menggoyang-goyangkan undangan itu dengan tangannya.

"Gimana kalo gue dateng bareng Joya sama Louis?" tanyanya kepada dirinya sendiri lagi.

"Eh, jangan deh. Pasti mereka sibuk. Sibuk ngehaluin cogan maksudnya."

Ia merebahkan tubuhnya di ranjangnya tersebut. Ia merentangkan kedua tangannya.

"Atau gue mintol Varo aja?"

"Ih apaan sih Varo mulu! Ntar kegeeran lagi tuh anak kalo dimintain tolong lagi. Jangan deh, jangan Varo." Natasya langsung menepis keinginan itu.

"Duuuh. Gimana dong ini? Ya kali gue ke sana sendiri, keliatan banget jomblonya. Tapi kalo ditemenin seseorang, nanti dikira anak mami. Padahal, gue bukan anak manja."

Natasya frustasi.

Ia mengacak-acak rambutnya. Setelah itu ia menghela napas panjang lalu menghembuskan dengan kasar.

"Oke, Nat! Jangan takut sama Maudy! Lo berani dateng ke sana sendiri!"

°°°

"Mau ke mana kamu, Nat? Rapi amat?" tanya Lisa kepada anaknya.

Natasya tersenyum. Dia melirik jam tangannya. "Ke birthday party-nya temen sekolah, Mi. Boleh kan, ya? Pulangnya sekitar jam sembilan aja deh. Mentok-mentok jam setengah sepuluh. Boleh?"

Lisa terdiam memandang anaknya lalu mengangguk. "Boleh. Tapi jangan kemaleman, ya. Nanti mami khawatir."

"Iya, Mi. Siap!"

"Tapi, kamu gak pergi bareng Joya sama Louis? Kamu naik apa?" tanya Lisa.

"Mereka udah di sana ... hmmm, kayaknya sih. Gak tau juga. Tapi, aku naik taksi aja."

Lisa mengangguk sekali lagi. "Hati-hati, ya. Jaga diri."

"Iya, Mi. Bye ..."

Tangan Lisa ikut melambai membalas lambaian tangan Natasya.

Setelah menyetop taksi, ia duduk dengan tenang.

Entah mengapa malam ini rasanya sangat berbeda dari malam sebelumnya. Di dalam hati dan pikirannya selalu cemas. Tapi, ia membuang jauh-jauh prasangka buruk itu.

"Ke mana, Neng?"

"Ke alamat ... bentar, Pak," Ia membuka tas panjangnya yang terpajang di bahu kirinya, mencari sebuah undangan, "ke Jalan Halmahera, sebelah ruko kosong. Ke situ ya, Pak."

ALVALERRON ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang