CHAPTER 38

5.3K 211 18
                                    

Aku pun sampai di komplek perumahan mewah yang dimaksud oleh Sakura. Dan yeah, kini aku dan Sakura berdiri di luar mobil, memandangi jalanan komplek yang terkesan menyeramkan sebab lampu jalan disini sangat redup.

"Kau yakin, Kay?" tanya Sakura padaku dengan suaranya yang terdengar ciut.

Aku terdiam. "Tidak begitu yakin," jawabku sejujurnya.

"Kau saja yang kesana, aku menunggumu disini," kata Sakura yang kelihatannya ketakutan untuk menemaniku kesana. Aku menoleh kearahnya dan raut wajahnya yang ketakutan itu bikin aku tidak tega kepadanya.

"Ya sudahlah," kataku akhirnya dengan helaan nafas.

"Aku akan kesana sendirian dan kau tetap disini. Kau mengerti?" ucapku dan menanyakan kepadanya diakhir ucapan apakah dia mengerti atau tidak. Sakura mengangguk antusias.

Aku menarik tudung hoodie-ku dan menutupi kepalaku dengan tudung tersebut.

"Apa penyamaranku sudah oke?" tanyaku pada Sakura sambil bergaya kearahnya dengan menunjukkan jempolku.

"Ya, oke. Tetapi sayangnya..," Sakura menghentikan ucapannya. Aku menatapnya dengan alis terangkat dibalik tudung hoodie tersebur. Dia kembali melanjutkannya, "..hoodie mu terlalu mencolok."

Aku memandang hoodie yang sedang ku pakai dan menyetujui apa yang telah di katakan oleh Sakura.

"Harusnya kau menggunakan hoodie yang gelap agar kau tak nampak di kegelapan," kata Sakura.

"Memangnya kau tau didalam rumah itu gelap?" tanyaku dengan selidik.

"Ya, tidaklah! Aku beropini saja tentang rumah yang didatangi oleh Leandro," elak Sakura. "Biasanya rumah seperti itu terkesan menyeramkan," sambungnya.

"Masuk akal," gumamku. Terdiam cukup lama, aku pun meninggalkan Sakura didekat pos satpam dan berjalan cepat menuju rumah besar yang ada di ujung jalan.

Sepanjang jalan menuju rumah aneh tersebut, aku terus-terusan merasa merinding dengan keadaan sekitar komplek ini. Perumahan disini saja yang terlihat mewah, tetapi rasanya aku sedang berjalan di komplek kuburan lengkap.

Tanpa terasa, kini aku sudah berdiri didepan sebuah rumah besar yang mewah dan terlihat menyeramkan. Ya, inilah rumahnya. Rumah yang didatangi Leandro tempo hari dan didatangi pada hari ini juga seperti kata Sakura.

"Megah tetapi menyeramkan," gumamku.

Aku berjalan memasuki pekarangan rumah tersebut dengan berusaha tanpa menimbulkan suara apapun itu. Semoga saja tak ada yang mengetahui bahwa aku menyelinap masuk kedalam rumah ini.

"Aku harus lewat mana?" tanyaku bingung kepada diriku sendiri. Aku sungguh bingung. Lebih baik aku lewat pintu depan atau pintu belakang saja?

Dan yeah, akhirnya aku memilih lewat pintu belakang untuk mengurangi resiko ketahuan. Aku berpikir pintu depan akan di jaga ketat oleh beberapa orang dan mungkin pintu belakang tidak di jaga.

Aku pun berjalan memutari rumah tersebut dan tiba di pintu belakang. Aku memutar kenop pintu dan mendorongnya. Aku melongokan kepalaku kedalam dan.. oke, tidak ada siapapun disini.

Aku berjalan masuk dengan pelan dan kembali menutup pintu tersebut dengan pelan. Selesai menutupnya, aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling dan.. aku tak bisa melihat apa-apa. Disini sangat gelap. Rasanya aku seperti orang buta saja.

"Oke, Kaylie. Kau harus kuat, kau harus bisa menembus masuk ke tempat Leandro sekarang. Kau harus yakin kalau Leandro ada disini," kataku menguatkan diri sendiri.

Selesai bermonolog, aku pun kembali melanjutkan misi ku. Ah, tidak apa 'kan jika aku mengatakannya bahwa ini adalah sebuah misi kecil? Haha.

Oke, abaikan pemikiranku tadi. Anggap saja aku sedang gila.

Aku berjalan dalam kegelapan dengan pelan. Berharap tak ada yang melihatku. Sepertinya rumah ini sangat kosong. Tak ada siapapun disini. Seharusnya ada beberapa pengawal yang berkeliaran mengawasi rumah ini.

Aku berjalan menapaki anak tangga, menuju lantai atas atau lantai kedua. Dan disini ada empat lantai. Sementara aku tidak tau Leandro ada di lantai mana.

DRAPP! DRAPP! DRAPP!

Suara langkah kaki! Tandanya akan ada seseorang datang melewati lorong ini. Aku segera mencari tempat bersembunyi di sekitarku. Dan aku pun menemukan sebuah meja dengan taplak yang menjuntai hingga ke lantai. Aku bersembunyi disana sembari menunggu pemilik langkah kaki itu lewat.

"Apa kau yakin wanita itu akan selamat di tangan Tuan Leandro?" tanya pemilik suara langkah kaki itu. Mungkin mereka berdua atau lebih. Aku menyebutnya suara satu.

"Tidak akan pernah. Sama seperti yang terjadi sebelumnya. Dia akan mati di tangan Tuan dan di buang ke hutan," jawab yang lainnya lagi. Oke suara dua.

Hey, sebentar. Mati? Di buang? Ke hutan? Ada apa sebenarnya? Siapa Leandro yang sebenarnya? Dan kenapa dia sekejam itu dengan orang? Dia terasa seperti monster dan aku semakin takut untuk mengetahui sosok Leandro. Tetapi aku tak bisa menyerah begitu saja.

Aku harus tau siapa Leandro sebenarnya!

*****

To be continued.

MINE IS TERRIBLE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang