CHAPTER 80

3.1K 287 7
                                    

Sebenernya aku miris ngeliat ceritaku sendiri. Kenapa view pembaca lebih banyak daripad vote nya? Segitu susahnya kah neken bintang di pojok kiri bawah?? Tapi, ah sudahlah. Aku capek sudah.

Oya, kayaknya aku bakal hiatus panjang. Aku mau nyiapin semua bab nya hingga bab terakhir. Jadi, ntar tinggal ku publish-publish saja.

Dan terima kasih untuk yg sudah baca sampai sini, ya😃👋!

Tenang, ini belum selesai kok ceritanya wkwkwkwkwk

*****

Aku melangkah keluar dari dalam lift ketika lift tersebut berhenti di lantai dasar perusahaan kepunyaan Arthur. Beberapa pegawai menyapaku. Helena menghampiriku dengan cepat. Ia mungkin masih terkejut atas pengakuanku tadi sebelum bertemu Arthur.

"Apa kau akan benar-benar menikah, Moure?" tanya Helena tak percaya.

Aku mengangguk. "Of course. I will be married. And.. don't worry about it. Aku akan mengundangmu secara khusus," ujarku.

"Aku tak menyangka kau akan menikah," gumam Helena.

Aku dan dia berhenti di depan pintu masuk perusahaan. Ah, lebih tepatnya di lobby perusahaan. Tanganku bergerak memegang kedua pundaknya dan tersenyum lebar. Dia membalas senyumanku. Lalu kami saling berpelukan sebagai salam perpisahan.

"Okey. Semua orang melihat kita." Aku melepaskan pelukanku.

"Yeah. Good bye, Moure. See you later, young lady!" ledeknya.

Aku mengacungkan jari tengahku kepadanya, lalu berkata, "Bye, bitches!"

Dia hanya tertawa mendengarnya karena memang itulah faktanya. Ah, sebenarnya Helena bukan seorang jalang. Melainkan seorang penari tiang. Ia akan menari di tiang secara seksual agar orang-orang memberinya uang. Dia tidak bermain di kasur bersama pria-pria demi uang. Aku hanya memberi ledekan saja.

Aku pun berjalan meninggalkan Helena. Aku memasuki mobil yang akan membawaku dan Leandro ke landasan pesawat pribadi kepunyaan Leandro. Setelah aku masuk dan duduk di samping Leandro, supir pun menghidupkan mesin dan mengendarainya dengan santai.

"Apa yang kalian bicarakan hingga selama itu?" tanya Leandro yang terdengar posesif.

Aku menoleh kearahnya sejenak, lalu kembali memandang lurus ke depan. "Hanya salam perpisahan," jawabku.

"Jangan membodohiku, Kaylie," pesan Leandro.

"Ck! Aku tidak membodohimu. Kami hanya bercerita, kemudian saling mengucapkan salam perpisahan!" jawabku.

"Harus dengan berpelukan?" todong Leandro tepat sasaran.

Aku memandangnya dengan wajah yang tegang, lalu aku menetralkan kembali wajahku. "Ya terus? Memangnya kenapa? Hanya berpelukan, tidak lebih," ucapku membela diri.

Leandro langsung mendekatkan tubuhnya kepadaku. Aku yang terkejut akan dirinya, langsung merasa bahwa detak jantungku kini berdetak lebih cepat dari biasanya. Mungkin empat atau lima kali lebih cepat. Astaga. Jarak diantara kami hanya satu jari kelingking orang dewasa saja.

"Aku membenci apa yang akan menjadi 'milik'-ku, dipegang atau disentuh oleh orang lainnya. Apa yang sudah menjadi 'milik'-ku, maka tidak ada boleh orang yang berani berusaha untuk 'memiliki'-mu!"

Aku menahan nafasku. Sementara nafas Leandro menyentuh wajahku. Fuck. Ada apa ini?? Kenapa situasinya sangat tegang dan.. KENAPA DIA SANGAT DEKAT DENGAN DIRIKU??? Tolong siapapun, bantu aku lepas dari cengkraman singa ini. Bahkan supir kami pun tidak berani memandang kami. Ia terus fokus dengan jalanan walaupun aku tahu dia sebenarnya merasa takut dan canggung.

MINE IS TERRIBLE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang