CHAPTER 9

8.7K 294 1
                                        

"Tuan Leandro, siapakah wanita muda di sampingmu itu?"

"Apakah dia simpananmu atau bukan?"

"Apakah dia wanita yang digosipkan, akan menjadi istrimu kelak?"

"Tolong berikan penjelasan kepada kami, Tuan Leandro!"

Begitulah pertanyaan dari wartawan yang bertubi-tubi. Ingin rasanya aku menjawab semua pertanyaan mereka, namun aku tidak punya hak. Ingin aku memaki wartawan yang mengatakan aku simpanan Leandro. Untung saja aku bukan psikopat, jika aku psikopat, maka akan ku bunuh wartawan yang bertanya seperti itu.

Dengan dibantu oleh beberapa bodyguard Leandro, kami bisa memasuki gedung dengan lancar. Untung saja tidak ada yang menyiram kami seperti yang aku lihat di berita. Jika ada, ku pastikan orang itu akan ku permalukan didepan awak media.

Leandro mengajakku memasuki lift khusus—katanya.

"Ahh!! Akhirnya, lolos juga dari kawanan serigala itu!" ujarku sembari merenggangkan otot tubuhku. Leandro melepaskan rangkulannya dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Aku meliriknya lewat ekor mata secara sekilas lalu berdiam.

"Rasanya aku ingin menjawab pertanyaan mereka, tapi sayangnya kau menyuruhku untuk diam!" ujarku dengan cemberut, sambil memandang kearah Leandro. Pria matang itu membalas pandanganku dan tersenyum tipis. Astaga, senyum saja pakai ngirit.

"Ada wartawan yang nanya 'Apakah dia simpananmu?' Astaga!! Rasanya ingin ku robek saja mulutnya lebar-lebar!" omelku kesal.

Tak lama kemudian, lift berhenti tiba-tiba dan pintunya tidak terbuka. Ada apa ini!? Leandro juga sama terkejutnya. Dia menekan tombol alarm meminta bantuan. Lampu lift juga ikutan mati. Oh My God!!! Ada apa ini!?

Aku memandang ke sekitarku lalu badanku bergerak dengan gelisah. Aku mondar-mandir disebelah Leandro yang tengah menelpon untuk meminta bantuan karena lift tiba-tiba berhenti. Tiba-tiba, aku menghentikan aktivitasku karena Leandro memegang lengangku dan menatapku tajam. Aku menatapnya balik dengan penuh tanda tanya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Leandro.

"Kau tidak lihat aku sedang apa tadi? Sedang mondar-mandir!" jawabku ketus sambil menepis tangannya yang memegang lenganku.

"Kegiatan kau tadi, mengganggu pemandanganku. Lebih baik kau diam saja!" ujar Leandro tegas. Aku menatapnya kesal. Dia ini sangat bodoh ya. Dia tidak mengerti kenapa aku mondar-mandir disebelahnya? Astaga, ingin ku bunuh rasanya manusia ini.

"Bagaimana bisa aku diam dalam keadaan begini??" tanyaku kesal.

"Bisa-bisain saja!" jawabnya. Arghhh.. Aku mendengus kesal lalu berdiam diri disebelahnya. Aku menggamit jemariku satu sama lain, agar aku tidak gelisah lagi.

"Ini kapan sih betulnya!?!?" gerutuku sambil menghentak-hentakkan kaki ke lantai lift. Lewat pantulan dari dinding lift, aku melihat Leandro yang memandangku kesal.

"Kau itu kenapa!?" tanyanya yang mulai jenuh.

Belum sempat ku menjawab, pintu lift terbuka lebar secara otomatis. Beberapa petugas perbaikan berdiri didepan lift, ada Mama dan Mama Sonya yang memandang kami penuh kekhawatiran. Aku dan Leandro pun keluar dari dalam lift. Kulihat beberapa petugas perbaikan dan petugas gedung studio, tampak menundukkan kepala.

"Ma, aku titip barangku ya! Aku mau ke toilet! Aku sudah tidak tahan lagi!!" ujarku sembari berlari menuju toilet.

Iya. Itulah jawaban kenapa aku daritadi gelisah didalam lift. Aku kebelet pipis. Hehe.

***

Aku pun keluar dari dalam toilet dan berjalan menuju studio. Beberapa karyawan gedung menyapaku dengan sebutan nama, meskipun mereka tau aku akan menjad istri Leandro. Aku yang menyuruh mereka untuk memperlakukanku seperti sebelumnya. Anggap saja aku setara dengan mereka. Aku tidak terlalu suka menaikkan derajatku.

MINE IS TERRIBLE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang