CHAPTER 60

5.1K 213 11
                                    

Jangan lupa vote, komen dan bagikan cerita ini ya :")

*****

Pandangan mataku tetap saja mengarah keluar kafetaria kecil itu. Sesekali aku menghela nafas panjang. Ah, aku tidak ada maksid apa-apa. Hanya menghela nafas saja. Tidak dikenai denda toh?

Saking asiknya memandangi jalan kota Venesia dari balik kaca kafetaria, aku tak menyadari bahwa seseorang mengisi kursi kosong di depanku.

"Pemandangannya lebih menarik daripada aku ternyata, ya?"

Sontak aku menoleh dan mendapati Leandro tengah tersenyum tipis kearahku. Ekspresi terkejut tentu saja terbentuk di wajahku. Aku mendenguskan nafas dan menatapnya dengan datar.

"Amara-mu kemana?" tanyaku, dengan penuh tekanan ketika menyebut nama sang model itu.

Leandro mengangkat bahunya. "Sudah ku usir," jawabnya semau hati.

"Apa kau cemburu?" tanyanya yang sangat menusuk. Mungkin baginya tidak, tetapi bagiku itu seolah menusuk. Hatiku tersentil kecil.

Aku tertawa kecil. "Cemburu? Cih. Aku tak bisa cemburu padamu, idiot!" kataku.

Leandro diam mendengar jawabanku. Dan, yeah, kami tenggelam dalam pemikiran masing-masing. Aku tak berniat membuka percakapan. Tidak tau dengan dia. Dia yang mengundangku untuk menemuinya dan aku menerimanya.

"Apa kabarmu, Kaylie?" tanya Leandro tiba-tiba. Ya, istilahnya, dia membuka obrolan diantara kami.

"Fine," jawabku.

"Kau terlihat semakin cantik dan dewasa, Kaylie!" puji Leandro.

"Jangan memujiku, berandal!" peringatku.

"Aku berkata jujur, sayang..," timpal Leandro sambil terkekeh.

"Terserah padamu saja, Tuan!" kataku lagi.

Jujur, beranjak dewasa, aku mulai malas membicarakan hal-hal yang tak penting. Terkadang sih. Hanya kepada orang-orang tertentu seperti Sakura, Azkeh, dan Arthur saja. Dengan Leandro? Oh, tidak, kawan! Dia susah untuk diajak bercanda.

Dan, setelah itu, tak ada lagi percakapan. Tetapi.., jika kami terus-terusan seperti ini, maka sia-sia sudah aku rela datang untuk dirinya. Lebih baik aku menonton drama Rusia-ku di rumah saja.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanyaku.

Leandro memandangku sejenak, kemudian berkata, "Aku tak ingin membicarakannya disini."

Aku mengerti maksud dari ucapannya. Dia pun beranjak dari kursinya dan berjalan menuju pintu masuk-keluarnya kafetaria kecil itu. Beberapa pengunjung kafe yang mengenalnya, pasti akan terkejut dengan sosoknya disini. Yeah, dia 'kan orang kaya dan disegani, sangat asing apabila memasuki kafetaria kecil ini. Dan, itu asumsi orang-orang kepadanya.

"Dasar pria sial!" umpatku dengan suara kecil. Berharap tak ada yang mengadu padanya.

Aku berjalan menuju kasir dan membayar pesananku, lalu menyusul langkah kaki Leandro yang begitu cepat dan lebar. Apa yang ingin dibicarakannya kepadaku? Sial! Aku merasa penasaran.

"Selamat datang, Mr. Leandro!" sapa para pegawai hotel Rosemary dengan membungkukkan badannya.

Leandro hanya mengangguk, kemudian menuju lift khusus. Dia tak langsung memasuki lift tersebut, melainkan berdiri di depan lift dengan pandangan yang mengarah padaku.

"Pagi!" sapa para pegawai ketika aku memasuki hotel tersebut. Aku hanya meresponnya dengan senyuman tipis. Biar tidak dikatai sombong. Hehe.

Leandro menatapku malas, lalu berkata dengan nada yang begitu ketus, "Kenapa kau seperti kura-kura?"

Aku melotot kearahnya, tanda tak terima dikatai seperti kura-kura. Sialan. Sudahlah, dia yang terlalu cepat melangkah.

"Kau yang terlalu cepat melangkah, Tuan!" balasku lebih ketus. Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka lebar. Aku dan Leandro pun memasuki lift yang akan mengantarkan kami menuju lantai sembilan, yang dimana kamar hotel yang telah dipesan Leandro terletak.

Tak membutuhkan waktu lama, kami pun akhirnya sampai. Leandro berjalan duluan menghampiri kamarnya, sementara aku hanya mengekorinya. Keadaan kamarnya masih terlihat rapi. Ya, memang dari awal sudah rapi. Dia tidak melakukan lebih dari bercumbu.

"Masuk!" titah Leandro. Dan anehnya, kenapa aku menuruti perintahnya? Ah, sudahlah. Aku tetap saja berjalan memasuki kamar itu.

Ceklek.

Leandro telah mengunci kamar nomor 135 di Hotel Rosemary, yang telah dipesannya. Ya, aku dapat mengetahuinya. Tentu saja.

"Apa yang ing-hmphhh..! hmphhh..!"

Leandro menciumku secara tiba-tiba. Tentu aku terkejut bukan main. Mataku membulat lebar, lalu mendorongnya dengan keras. Punggungnya menghantam pintu kamar, meski tak keras.

Aku mengusap bibirku kasar dan melemparkan tatapan tajam kearahnya.

"What are you doing, Leandro!? Are you crazy!?" tanyaku marah.

Leandro menatapku dengan santai, lalu tertawa kecil. Dia menghampiriku dengan pelan, sehingga mau tak mau aku harus memundurkan langkahku. Sampai terpentok ke ranjang di tengah kamar tersebut.

"Yes. I am very crazy! I'm crazy, because you, Kaylie!" jawab Leandro tajam.

"Aku rindu denganmu! Aku jatuh cinta denganmu! Aku ingin segera menikah denganmu! Tetapi.., kau malah lari tanpa memberi kabar apapun!" bentak Leandro. Matanya memerah, urat-uratnya bermunculan.

Aku terdiam mendengar pernyataan Leandro tentang perasaannya padaku. Tidak, aku tak boleh luluh karena perkataannya tadi.

"Jangan pergi lagi, Kaylie. I really love you, babe!" pinta Leandro sambil meraih tanganku.

"Aku pergi karenamu, bodoh!" balasku tak mau kalah. Aku melepaskan genggaman tangannya.

"Karenaku!? Apa karena aku menyiksa Azkeh dengan brutal kala itu!? Apa karena kau tahu bahwa aku seorang psikopat!?"

"Yes! Because you're pyscho! I'm very scared!"

Leandro tertawa sinis kearahku dan itu membuatku semakin takut kepadanya. Naluriku berkata.., Leandro akan berbuat satu hal yang tak 'kan pernah ku lupakan.

Dan, jika sesuatu terjadi padaku hari ini, maka aku tak 'kan pernah melupakannya, batinku.

*****

To Be Continued.

Sengaja dipendekin.., biar kalian pada penasaran! Hehehee...! Maafkan daku :")

Ohya, ini ada model dress yang dikenakan oleh Kaylie.

Cantik bukan? Hehehe..

MINE IS TERRIBLE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang