CHAPTER 76

3.1K 169 11
                                    

Jam 7 malam di Venesia.

Aku berjalan menyusuri trotoar kota Venesia dengan jaket tebal yang melapisi tubuhku, serta celana jeans panjang dan sepatu hitam. Kedua tanganku tersembunyi di dalam saku jaket tebal tersebut. Angin malam kota kecil yang cantik tersebut menerpa lembut rambut panjangku hingga terkibar-kibar ke belakang, dan juga wajah Amerika ku.

Sudah 15 menit, aku berjalan menyusuri trotoar kota ini. Beberapa mobil melalui diriku. Dan beberapa kali juga, aku bertemu dengan tetanggaku sehingga kami saling menyapa satu sama lain.

Tujuanku berkeliaran pada malam hari ini adalah karena aku membutuhkan udara segar. Pikiranku mulai hancur berkeping-keping karena memikirkan kelanjutan cerita untuk novel yang akan ku terbitkan kelak.

Untung saja Leandro sudah pulang ke hotelnya tadi sore, sehingga aku tak perlu membawanya atau berdiam di rumah bersama dirinya.

Aku berniat mengunjungi taman kota yang kebetulan keberadaannya tidak jauh dari perumahan tempatku tinggal selama disini, kota Venesia.

Tak lama kemudian, aku pun sampai di taman kota. Beberapa pasangan muda tampak bercanda ria. Begitu pula dengan beberapa keluarga inti, dan juga pasangan tua. Ah, betapa indahnya.

Aku tersenyum memandangnya, kemudian segera menghampiri cafe kecil yang berada tak jauh dari lokasi taman tersebut.

"Anda ingin memesan apa?" tanya seorang pelayan cafe kecil tersebut.

Aku memandang menu yang terpasang di depan mesin kasir, kemudian berkata, "Aku menginginkan kopi expresso hangat dua."

Pelayan itu segera memesankan pesananku kepada kawannya, dan aku memilih menunggu pesananku sambil bermain ponsel. Untung saja saat ini cafe tersebut sedang sepi, sehingga aku bisa menunggu pesanan di barisan antrian.

Tak berselang lama, pesananku pun jadi. Pelayan itu mengatakan harganya dan kemudian aku membayarnya. Setelahnya, aku berjalan keluar dan memasuki kawasan taman kota.

Aku mengeluarkan satu cup berukuran sedang yang berisi kopi expresso hangat dari kantong plastik. Aku membuka tutupnya, kemudian meminumnya setengah saja.

"Ah.., aku menghangat, haha," ucapku pada diri sendiri.

Oke, aku mulai terlihat seperti orang gila. Dan juga seperti orang yang kehausan karena membeli dua cup expresso.

Lalu aku mencari bangku panjang di taman tersebut karena aku ingin mengistirahatkan bokongku. Lelah rasanya berjalan dari rumah menuju taman kota, meskipun jaraknya tidak terlalu jauh.

Saat sudah mendapatkannya, aku segera berjalan cepat menujunya dan kemudian langsung mendaratkan bokongku di atas bangku panjang tersebut.

Dengan ditemani dua cup expresso hangat, mataku memandang langit malam kota Venesia dengan mata telanjang. Menurutku, malam ini adalah malam yang indah di kota kecil tersebut.

Bagaimana tidak aku berpendapat seperti itu? Langit malam di kota ini tampak indah meski gelap. Itu disebabkan ribuan bintang yang menghiasinya. Astaga. Indahnya.

Di sini, aku hanya seorang diri meskipun banyak orang yang berlalu lalang. Diantara mereka ada yang sudah berkeluarga atau sedang masa-masa kasmaran.

Melihat itu semua, seketika pemikiranku jauh melayang ke masa suami-istri antara aku dan Leandro. Aku membayangkan bagaimana hidupku kelak, ketika sudah menjadi istrinya? Apakah akan bahagia atau dipenuhi rasa takut? Yaaaa, mengingat Leandro adalah psikopat.

Psikopat pada spesifiknya sih, selalu di kaitkan dengan sosok yang sadis, kejam dan tak berhati nurani. Bahkan terhadap orang dekatnya.

Namun sepertinya, Leandro adalah jenis psikopat yang berbeda.

MINE IS TERRIBLE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang