CHAPTER 47

5.5K 233 3
                                    

Aku menghempaskan bokongku disebelah Sakura, bermaksud untuk mengetahui apa isi dari surat dari Tuan Besar yang diberikan oleh sang Pengawal Yuan.

"Mengenai tentang apa?" tanyaku pada Sakura.

"Diamlah, Kay!" tegur Sakura. Aku mengatupkan bibirku dan bersiul-siul tak jelas. Entahlah, Sakura akan terganggu atau tidak.

Beberapa menit setelahnya, kudengar suara hembusan nafas panjang dari Sakura dan ia memberikan suratnya kepadaku. Aku menerimanya dan membacanya.

Dan ketika aku membukanya, aku langsung menatap datar Sakura dengan perasaan kesal.

"Are you kidding me?" tanyaku datar.

"Why?" tanya Sakura tanpa rasa bersalah.

Aku menunjukkan selembaran kertas itu didepan muka Sakura dan berkata, "Ini bahasa Jepang, Nona Sakura terhormat! Aku tak mengerti apa artinya, sialan!"

Sakura tertawa terbahak-bahak memandang wajahku yang begitu datar menatapnya. Tolong tahan aku agar tak mencakar Sakura dengan kuku-kuku panjangku. Gadis berdarah Jepang ini terkadang menyebalkan.

"Apa yang kalian bincangkan sehingga gadis Jepang itu tertawa terbahak-bahak?" tanya Azkeh yang baru saja selesai mandi.

Dia memakai baju lengan pendek dan celana jeans selutut. Aku melirik kearahnya lalu mengangkat kedua bahuku.

Bukannya terfokus pada wajah, aku malah memfokuskan pandanganku ke luka-luka di sekujur tangan maupun kaki Azkeh. Di tubuhnya pasti ada, namun saat ini sedang tertutup baju yang dikenakannya.

"Ah, kau sudah selesai mandi rupanya. Kenapa aku tak mengetahuinya?" sahut Sakura yang sudah menghentikan tertawaan anehnya itu.

"Kau terlalu asik tertawa, brengsek," umpatku kesal.

"Don't angry, Kaylie. Just kidding, friends!" tanggap Sakura dengan mengulum senyum.

Aku hanya melirik kearahnya dan berfokus pada Azkeh.

"Kau kemarilah, Azkeh! Biarkan kami mengobati lukamu agar tak infeksi dan merusak tubuhmu," panggilku.

Sakura beranjak bangun dan mengambil kotak kesehatan di kamar mandi.

Azkeh duduk disebelahku. Ku suruh dia melepaskan bajunya agar aku bisa melihat luka di tubuhnya. Yeah, awalnya dia tak malu karena malu, tetapi karena kekuatan membujuk Mama sudah mendarah daging didalam tubuhku, jadinya Azkeh mau menuruti permintaanku.

"Oh my God...," gumamku ketika melihat luka-luka di sekujur tubuh Azkeh.

Astaga, monster itu tak mempunyai hati nurani.

Tak berselang lama, Sakura pun kembali dari kamar mandi dan membawa satu kotak kesehatan. Sama denganku, Sakura juga terkejut melihat keadaan tubuh Azkeh yang penuh luka akibat monster itu.

"Sepertinya kau harus melakukan perawatan khusus lagi, Az!" tukas Sakura yang membuatku mengangkat alisku satu.

"Lagi?" tanyaku ulang, memastikan.

"Aku akan menceritakannya nanti," tunda Sakura sembari membuka kotak kesehatan dan mulai mengobati Azkeh. Aku hanya bisa menurut dan mulai juga mengobati Azkeh.

***

"Apa maksudmu 'perawatan khusus lagi'?" tanyaku pada Sakura dengan penasaran.

Saat ini, kami berdua sedang berada di dapur untuk membuang sisa-sisa pembersihan luka Azkeh.

Sakura membalik badannya dan memandangku. Lalu dia menghela nafas panjang.

"Dulu Azkeh sudah pernah disiksa oleh ayah tirinya. Bukan hanya disiksa, ia juga dijadikan budak tidur oleh ayah tirinya. Apakah ibunya tau atau tidak? Jawabannya adalah tau. Hanya saja saat itu ibunya sedang tak berdaya sehingga sang ibu tak dapat menahan suaminya untuk tidak memperlakukan Azkeh layaknya binatang," cerita Sakura.

"Hingga akhirnya Azkeh depresi dan kabur dari rumah. Dia lari kerumah keluargaku dan kami merawatnya. Memberikannya perawatan khusus sampai akhirnya dia memutuskan untuk pindah dari rumah keluarga kami. Ya, kami menyetujuinya," sambung Sakura.

"Tetapi sepertinya dia terkena sial lagi, dia bertemu dengan calon suami mu—"

"Monster," ralatku dengan nada sinis.

"Oke, monster itu. Ya, seperti yang kau ceritakan padaku kalau dia di siksa juga disana," kata Sakura.

Aku membungkam mulutku mendengar cerita tentang Azkeh dari mulut Sakura. Tak pernah kubayangkan kalau hidupnya sepahit itu. Azkeh.. Azkeh.. Kau adalah sosok gadis yang malang tetapi kuat. Aku kagum padanya.

"Kurasa mulai sekarang kita harus mengurusinya," kataku pada Sakura. Aku bersandar pada meja makan, berhadapan dengan Sakura yang bersandar pada wastafel.

"Tentu saja. Dia tak punya siapa-siapa disini," timpal Sakura.

Terdiam cukup lama antara aku dan Sakura. Keheningan menyelimuti kami berdua, hingga akhirnya Sakura membuka mulutnya.

"Kita akan kabur kemana, Kay? Kita tak mungkin berada di negara ini selamanya. Leandro pasti sudah mengerahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan kita," ucap Sakura.

Aku memandang kearahnya dan tersenyum, "Kita akan ke Eropa."

*****

To be continued.

MINE IS TERRIBLE [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang