pergi

13K 831 16
                                    

pada dasarnya kita emang nggak
Akan pernah bersatu:(

Happy reading♥


"Mama......." pekiknya dengan air mata berlinang.

Melihat mamanya yang bersimbah darah, membuat kakinya lemas, otaknya seakan berhenti mencerna keadaan ini.

"Ayah.." gumamnya tertahan, ia mengambil ponselnya menelpon ayahnya. Namun sialnya pria itu tak menjawab panggilannya. "Aduh siapa yang bisa nolongin aku." Gumamnya gelisah.

"Ma tunggu bentar ya, aku mau cari pertolongan."

Dara bergegas kelar dari rumahnya, mencari siapa saja orang yang bisa menolongnya, akhirnya seorang satpam mendekat kearahnya.

"Pak tolongin mama saya." Ucapnya tanpa mendengarkan persetujuan pria tua itu dara menarik tangannya masuk kedalam rumahnya.

"Astagfirullah ibuk kenapa neng." Pekik pria tua itu. "Pak cepat bawa kerumah sakit." Desis dara.

****

Dara sedari tadi berbolak balik didepan ruangan UGD, pria tua itu hanya diam dan sesekali memperhatikan gadis kecil itu.

"Neng duduk dulu."sarannya namun dibalas gelengan kepala.  Bagaimana ia bisa tenang sedangkan mamanya sedang berjuang antara hidup dan mati.

Persetan dengan rasa lelah itu, keselamatan mamanya lebih utama.

Tak lama seorang wanita berjas putih menghampirinya. " Anda keluarga pasien."ucapnya.

"Saya putrinya dok, gimana keadaan mama saya?" Cemasnya, wanita itu menghela nafas. Membuat jantung dara berdetak tak karuan.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi----,  nyawa ibu anda tidak bisa diselamatkan." Jelas wanita itu.

Bagai tersambar petir di siang bolong, dara terkulai lemas, raganya seakan pergi. Hidupnya benar-benar hancur, kenapa semua orang selalu meninggalkannya!! Apakah ia memang tak pantas untuk bahagia.

Dara memasuki ruangan mamanya, memeluk erat wanita itu. Entah untuk terakhir kalinya, " ma kenapa mama tinggalin aku, siapa yang bakal nemenin aku ma." Raungnya.

"Kenapa semua orang ninggalin aku, apa aku memang anak pembawa sial ya? ayah juga nggak peduli sama aku." Tangisnya semakin pecah.

Pria tua itu memasuki ruangan rawat ibunya dara.

"Neng telpon bapak dulu, kabarin dia tentang keadaan ibuk." Saran pria itu. "Udah dara telpon tadi tapi nggak diangkat pak." Ucapnya enggan untuk beranjak dari ruangan itu.

"Bapak keluar dulu buat selesaikan keperluannya ya neng." Pamitnya lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

******

acara pemakaman sudah selesai, namun gadis itu seakan enggan pergi dari sana, guru dan teman-temannya juga sempat datang mengucapkan bela sungkawa.

"Dara yuk pulang, nanti lu sakit." Ajak zila untuk kesekian kalinya, namun tak ada respon dari dara.

Tak lama pria paru bayah datang menghampiri mereka berdua, tak ada tatapan kesedihan dari wajahnya, malahan ucapan pedas yang terlontar dari bibirnya. "Dia udah mati, dara ayo pulang, ngapain kamu tangisin dia." Ucapnya tanpa merasa bersalah dan malahan menarik paksa lengan dara.

"Yah, dara masih mau disini." Ucapnya serak, suaranya habis karena menangis terlalu lama. "Ngapain kamu disini, mau nyusul mama mu juga ya." Bentaknya.

"Om,dara biar saya temenin. Saya jamin dara nggak bakal ngelakuin hal-hal aneh."ucap zila angkat bicara, "oke, kalau terjadi apa-apa awas kamu!!" Ucap pria itu dan berlalu pergi.

"Dara udah iklasin tante, lu jangan kayak gini. Itu bakal buat tante makin sedih, lebih baik lu doain tante semoga dapat tempat yang lebih baik disana." Nasehat zila, dan memeluk dara yang mulai menagis.

"Kita pulang ya."ajaknya, dara hanya mengangguk kecil.

" ma dara pamit ya."ucapnya dan beranjak pergi meniggalkan tempat peristirahatan terakhir mamanya.

Suasana hening melanda keduanya, dara semenjak dari makam mamanya hanya diam saja. "Dara jangan diem aja dong, ngomong kek."tutur zila.

Namun dara, masih saja diam. Zila bingung harus bagaimana, sedari tadi zila sudah mencoba mengajak bicara dara namun dara hanya merespon dengan anggukan dan gelengan saja.

"Zila gua butuh waktu sendiri."katanya, lagi dan lagi zila hanya bisa menghela nafas.

"Gua tau lu lagi sedih, tapi jangan berlarut-larut. Mana dara yang dulu, dara yang selalu ngasih nasehat, dara yang selalu senyum ya walaupun cuma senyum tipis aja." Desisnya.

"I'm fine, don't worry." Ucap dara pelan.

"Jangan berubah dara, tetap jadi dara yang dulu ya."

"Mungkin, tapi gua juga nggak bisa janji."ucapnya zila langsung menerjang tubuhnya memeluknya erat, dan berbisik " kalau sama gua jangan berubah, sama orang lain nggak papa." Kekehnya.

"dara lu nggak papa gua tinggal." Tanyanya lagi, "iya nggak papa, nggak usah khawatir gua bisa jaga diri." Ucapnya disertai dengan senyuman tipis.

"See you tomorrow." Ucap zila dan punggungnya menghilang dibalik pintu.

"Lu harus kuat dara, jangan sedih."ucapnya mengemangati diri sendiri.

"I love you mom."gumamnya.



Jangan lupa vote dan komen teman-teman:)

Next?

I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang