Helaian kesedihan

5K 351 1
                                    

Bahkan disaat kamu telah
menghancurkan hatiku,
Aku pun masih mencintaimu
dengan kepingan-kepingan
itu:/

Happy Reading pandaku^_^

Masih terasa rasa sakit dari tamparan itu, pipinya memar. Entah apa yang ia rebut sampai-sampai wanita mempermalukan ia seperti ini. Bukannya Dara takut tapi ia hanya kasihan melihat besarnya rasa cinta gadis itu.

Jelas-jelas orang yang ia perjuangkan pun tak akan peduli dengan perasaannya, lalu apa salahnya? Mengusik saja tak pernah. ha mencintai memang membuat orang seperti itu? Sudahlah semuanya sudah terjadi, biar tuhan yang membalasnya.

Dara duduk termenung dibalkon, hujan deras mengguyur membuat udara malam semakin dingin. Namun sedikitpun gadis itu tak beranjak dari sana, malahan gadis itu menjulurkan tangannya. Merasakah gemercik air hujan yang membasahi tangannya.

"Non, makan dulu." Ucap wanita paruh baya itu sembari meletakkan nampan dinakas, Dara tak menjawab. Matanya menerawang jauh, persis seperti orang putus asa.

"Pipinya masih sakit non? Mau bibi obatin pake salep?" Lagi-lagi wanita itu berusaha membuat Dara bicara, namun Gadis kecil itu justru menggeleng pelan, wanita itu tau bahwa Dara butuh seseorang. Tapi bukan dirinya tapi Keluarganya.

"Kalau ada apa-apa, panggil bibi ya non." Wanita itu mengalah, mungkin Dara butuh waktu sendiri. Wanita keluar dari kamar Dara dengan perasaan gusar.

Begitu susahnya membuat Dara terbuka padanya, gadis itu seakan-akan menutup diri untuk orang lain.

Satu demi satu bulir air mata menetes dari matanya, sudah lengkap hidupnya. Menyedihkan.

Hidupnya begitu mengenaskan, ia terluka bukan fisik melainkan hatinya. Hampa, mereka tak akan tau betapa menyedihkan dirinya karena Dara terlalu pintar menutupi semuanya, termasuk rasa sakitnya.

Hujan yang mengguyur semakin lebat, udara dingin menyeruak menusuk-nusuk kulitnya, membuat bekas lebam dipipinya perih.

"Terlfon ayah aja." Ucapnya seraya meraih ponsel yang tak jauh dari tempatnya sekarang, bicara dengan ayahnya mungkin akan mengobati rasa rindunya pada sosok itu.

Tuttt

Penggilan tersambung, seulas senyum menghiasi wajah cantik Dara, namun luntur seketika ketika mendengar suara yang bukan milik ayahnya, melainkan suara wanita.

"Ayah kamu lagi sibuk, jadi jangan ganggu dia." Ucap Wanita diseberang sana.

"Tapi Da---------." Ucapannya terputus
karena terlfon itu dimatikan sepihak oleh wanita itu.

hujan menjadi saksi, berapa menyedihkannya hidupnya ini.

*******

Pagi ini seperti biasa, Dara bangun pukul 05:00 wib. Ia beranjak dari ranjang dan berlalu kekamar mandi, menunaikan ibadah sholat subuh.

Matanya begitu sembab, karena semalaman ia menangis. Bukan karena bekas tamparan itu, melainkan karena ia merindukan ayahnya. Mungkin sebagian orang akan mengatakan ia lebay atau apalah, tapi yang ia punya hanyalah ayahnya seorang.

I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang