dingin

2.9K 234 3
                                    


Aku juga ingin diperhatikan,
Tapi karenamu aku rasa
Menjadi pusat perhatian itu
Tak menyenangkan:(

Happy Reading💚

Hari-hari berlalu, tak ada yang berubah disini. Bisakah Dara menghilang dari bumi, entah kenapa setiap melihat wajah Gavin. Rasa sakit itu semakin besar.

Dara benci menjadi lemah,

Ia benci dengan perasaannya,

Dalam jatuh cinta Dara akan menjadi orang yang paling susah untuk melupakan seseorang yang sudah menepati sebagian ruang dalam hatinya.

Walaupun beribu kata maaf telah dilontarkan Gavin, tak membuat Dara melupakan sakitnya dikhianati.

Walaupun dia berusaha keras untuk melupakan Gavin, hatinya selalu menolak. Perkataan yang keluar dari bibirnya bertolak belakang dengan perasaannya.

Dara juga harus merubah kebiasaannya yang selalu dilakukannya saat bersama dengan Gavin dulu. Dunianya berubah total.

"Bik, Dara pamit ya. Assalamualaikum." Ucapnya sembari mengecup pelan tangan wanita itu.

"Non, nggak mau dianterin sama kang Parto? Non mau naik angkot lagi?" Ucap wanita paruh baya itu. Terhitung sudah beberapa kali Dara menolak untuk diantar kesekolah oleh kang Parto membuat bik Imah.

"Enggak papa bik, Dara bisa sendiri kok. Lagian Dara kan udah gede." Ucap Dara disertai senyum menenangkan, wanita paruh baya itu menghela nafas.

"Hati-hati dijalan ya non, kalo ada apa-apa telfon aja bibik ya." Kata bibik Imah, Dara tersenyum tipis.

Ia melangkah menuju halte, berharap semoga ada angkot yang sudah datang. Namun nihil, satupun angkot belum ada yang datang.

Dengan sangat terpaksa Dara akhirnya hanya bisa menunggu angkot, cuaca pagi ini lumayan dingin Untung saja Dara memakai Hoodie jadi ia tak merasakan dinginnya udara pagi ini.

Dara hanya memainkan sepatunya, sesekali menggesek-gesekkan tangannya. Meredakan rasa dingin yang menusuk kulitnya.

"Perasaan tadi nggak dingin banget, mana mendung lagi." Decaknya, sudah beberapa menit ia menunggu. Satupun angkot tak ada yang lewat.

"10 menit lagi, kalo tu angkot belum Dateng juga. Nggk ada pilihan lagi gue harus minta dianterin sama kang Parto." Ucapnya, ia melihat sekitarnya begitu sepi.

"Anjimm amat nih hidup." Kesalnya, ia menunduk sesekali melempar batu ke arah jalanan.

Tin
Tin

Suara klakson motor membuyarkan lamunan Dara, namun ia terlalu malas untuk mengangkat kepalanya.

Ganggu banget sih, bisa budek nih telinga. Batin Dara.

"Sampe kapan Lo bakalan duduk disini?" Tanya cowok itu, tunggu Dara mengenali suara itu. Suara itu tak asing baginya.

"Ha?"

"Kepala Lo bisa berdiri kan, loyo amat Lo jadi orang." Decak cowok itu.

"Ya apa!!" Dara yang kesal pun akhirnya mengangkat kepalanya, benar sesuai dugaannya.

I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang