Extra Chap

15.1K 519 42
                                    


I'm missing you

Happy Reading.

Gavin tersenyum pilu, air matanya tak akan sanggup membuktikan betapa hancurnya ia saat ini. Cowok itu terdiam menatap nisan Dara, seraya menaburkan kelopak-kelopak bunga mawar diatasnya.

Gavin termenung sejenak, otaknya memutar deretan masalalunya bersama Dara. Saat cowok itu memaki Dara tanpa mau mendengarkan penjelasan dari gadis itu.

Penyesalan hanya bisa ia sesali saat ini, dimana ia saat Dara berjuang melawan penyakitnya. Kenapa ia harus percaya dengan ucapan Jasmine yang menjerumuskannya dalam lubang penyesalan yang selalu akan ia sesali.

Seseorang mengusap  pelan punggung Gavin.

"Udah Gavin, dia pasti udah tenang disana." Ujarnya sembari memperlihatkan senyuman tipis.

Semuanya merasakan kehilangan sosok Dara, para siswa berbondong-bondong datang ke Rumah Dara untuk mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya alm. Dara.

Sedangkan Zila sudah jatuh pingsan saat jasad Dara dikebumikan. Keluarga terdekat Dara hanya bisa menangis dalam diam.

Yuda, yang notabenya adalah ayah kandung Dara sekarang hanya bisa menatap lurus tanah pemakaman Dara. Ia kehilangan Putri satu-satunya.

Ditambah dengan kenyataan bahwa istri keduanya tak bisa memberikan ia keturunan membuat pria itu menyesalinya.

"Pa, sekarang kita pulang ya." Ucap Alice, pria paruh baya itu masih diam.

"Alice bisa diam gak." Bentaknya, Alice terkejut saat mendengar bahwa Yuda yang dulunya tak pernah membentaknya sekarang membentaknya Dengan keras membuat wanita itu menelan ludahnya kasar.

"Dara maafin ayah ya, ayah emang gak becus jaga kamu."lirihnya, sebelum beranjak dari sana ia mengusap pelan batu nisan itu.

Semua orang perlahan meninggalkan tempat pemakaman itu, namun Gavin masih enggan untuk beranjak dari tempat itu. Ia masih betah memandangi Nisan Dara.

"Gavin lo harus pulang, udah mau hujan." Bujuk Adnan, sudah beberapa kali Adnan membujuk Gavin namun cowok itu sama sekali tak mendengarkannya.

"Lo kalo mau pulang, pulang aja." Ucapnya singkat. Adnan berdecak kesal. Gavin begitu keras kepala untuk ia bujuk.

"Woi bro, lo lakuin kayak gini gak akan bisa buat Dara hidup lagi. Yang ada Dara tambah sedih liat lo begini." Nasehatnya, sebagai sahabat yang baik Adnan tak ingin jika Gavin melalukan hal yang tidak-tidak. Apalagi emosi cowok itu tidak stabil saat ini.

"Berisik."

"Lo jangan kayak gin---."

"Biasakan lo ninggalin gue disini, S.E.N.D.I.R.I." Ucapnya sembari menekankan kata sendiri disetiap katanya.

"Yaudah, gue disana kalo lo butuh apa-apa." Ia menghela nafas seraya menunjuk kearah mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat Gavin berada.

"Iya." Adnan pergi meninggalkan Gavin yang tampaknya masih betah berdiam disana. Sepeninggal Adnan, tangis Gavin pecah begitu saja.

"Maaf aku gak becus jagain kamu."

"Maafin aku yang selama ini gak ada saat kamu berjuang lawan penyakit kamu."

"Aku tau aku ini emang laki-laki brengsek, persis kayak ucapan Zila."

"Maaf selama ini aku selalu nyakitin kamu."

"Aku bukan laki-laki yang baik."

"Semoga kamu tenang disana, tunggu aku ya." Gavin mengusap lembut batu nisan itu. Sebelum cowok Itu beranjak pergi meninggalkan pemakaman Dara.

••••••••••

Hari-hari berlalu, bulan pun berganti. Sudah genap sudah 3 bulan semenjak meninggalnya Dara. Gavin berubah drastis. Cowok itu semakin dingin dan juga irit bicara.

Membuat lawan bicaranya sering kali menggerutu kesal. Karena Gavin hanya menjawab dengan sekenanya saja.

Dan juga Gavin sering pergi ke club malam membuat Adnan sering kali menggopong tubuh Gavin yang sudah mabuk berat. Seperti saat ini.

"Gavin udah lo jangan minum lagi, udah berapa banyak lo minum Ha!"geram Adnan, namun Gavin sama sekali tak mendengarkannya.

"Gue bilang udah ya udah!" Adnan mengambil paksa minuman yang ada di tangan Gavin, sedangkan cowok itu hanya bisa mendengus kesal.

"Apaan sih lo." Bentaknya, ia meraih kembali gelas yang diambil oleh Adnan tadi.

"Lo yang apaan, kenapa sih lo sering siksa diri lo sendiri. Lo kayak bukan Gavin yang gue kenal." Ujar Adnan, Gavin melirik kearahnya.

"Gavin yang lo kenal udah MATI." Sarkasnya, matanya menatap kosong kearah pintu masuk club itu. Berharap ada seseorang yang datang, menjewer telinganya dan mengomelinya ditambah dengan tatapan tajamnya.

"Lo jangan kayak gini, orang tua lo sedih ngeliat kelakuan lo. Dia juga bakalan sedih Gavin." Nasehatnya, namun Gavin kembali meraih gelas yang berada didekatnya. Adnan sudah tak habis pikir melihat kelakuan Gavin.

Sudah letih mengomeli Gavin akhirnya Adnan hanya memandangi apa yang dilakukan oleh cowok itu.

"Terserah lo aja deh, kalo lo mabuk gue buang aja lo ke rawa-rawa. Awas aja lo." Kesalnya sembari meminum alkohol yang kadar rendah. Ia tak mau ambil resiko jika mereka berdua mabuk lalu siapa yang akan mengemudi. Adnan juga belum ingin mati muda.

Sudah beberapa gelas sudah dihabiskan oleh Gavin, cowok itu tak sadarkan diri. Tubuhnya oleh jika Adnan tak sigap untuk menangkapnya.

"Ck, Udah hidup nyusahin lagi." Walaupun kelakuan Gavin yang sering kali membuat Adnan sakit hati namun mau bagaimana lagi. Seburuk-buruknya Gavin ia adalah sahabatnya.

Adnan menggopong tubuh Gavin menuju mobilnya, cowok itu meracau pelan.

"Dara maafin aku ya, aku brengsek banget ya? Makanya kamu ninggalin aku." Gumamnya, Adnan masih bisa mendengar perkataan Gavin. Sehancur inikan Gavin saat kehilangan Dara.

"Gue baru tau gimana hancurnya lo saat kehilangan orang yang lo cintai. Gue harap lo sadar dan memperbaiki diri, agar kejadian ini gak akan keulang lagi. Gue sedih liat lo kayak gini." Ujar Adnan, ia mendudukkan Gavin di samping kursi kemudi.

Dari kisah ini kita bisa belajar.

Losing can destroy you

End

Hai semua gak kerasa ya cerita I'm Fine udah ending. Terimakasih ya udah jadi pembaca cerita yang masih sering tersebar typo ini.

Terimakasih masih stay Disini dan juga dukungan terhadap cerita ini.

Thanks for all.

Author sayang kalian💚

See you next story:)

041120

I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang