penghancur mood

11.7K 706 16
                                    


Bisa nggak kalau kasih harapan itu
diwujudin dong,
Bukan ditinggal pas lagi baper-bapernya!!

Happy Reading♡

Semenjak mama dara meninggal dunia, ayahnya jarang pulang. Suasana rumah ini begitu sepi, hari ini dara belum masuk sekolah. Sudah beberapa hari ini ia demam, tak parah tapi tubuhnya masih lemah.

Kemaren Zila datang berkunjung kerumahnya, sebenarnya dia sudah menawarkan diri untuk menemani dara, tapi dara menolaknya dengan alasan "gua baik-baik aja." Berbagai cara zila lakukan untuk membujuk dara, namun usahanya sia-sia, dara itu keras kepala!!

Dara menghembuskan Nafasnya kasar, sepi itulah kondisi rumahnya, ayahnya sedang ada kerjaan diluar kota. Jika dia punya seorang adik pasti dia tidak akan kesepian, ya walaupun ada asisten rumah tangga yang menemaninya.

Dengan secangkir creamy latte, dia duduk dibalkon kamar tidurnya. Menikmati hembusan angin sore.

"Kenapa nasib gua kayak gini." Gumamnya matanya menerawang, bolehkah ia mengeluh supaya beban yang ditanggungnya sedikit berkurang.

Putus asa? Ya begitulah keadaannya, disini ia sendiri. Apakah ia memang tak pantas bahagia? Memang benar kata orang-orang ia memang anak pembawa sial, dulu kaka nya pergi sekarang mamanya juga menyusul kakaknya.

Ayah? Jangan ditanya pria itu bahkan tak pernah mengabarinya. telpon dara juga jarang diangkat.

Sebenci itu kah ayah kepadanya?

Sebuah tangan mengusap punggung rapuh itu, wanita itu tau apa yang dirasakan oleh gadis kecil itu. "Non jangan sedih lagi, bibi juga ikutan sedih." Tuturnya.

"Bik apa bener kalau aku ini anak pembawa sial?" Mendengar perkataan itu membuat wanita itu menggeleng cepat, " nggak boleh ngomong gitu non, anak itu anugrah non." Wanita itu memberi pengertian pada dara.

"Tapi--------."

" Semua udah takdir non, kita cuma bisa jalanin aja." Sanggahnya. "Makasih ya bik udah mau nemenin dara disini." Dara beralih memeluk wanita itu.

"Udah tugas bibik untuk jaga non." Dan wanita itu membalas pelukan dara.

"Non jangan sedih lagi, masih ada bibik disini. Non nggak sendiri kok, kalau ada apa-apa cerita sama bibik jangan dipendam sendiri." Seulas senyum  terbit dibibir dara.

"Iya bik."

*******

"Lu yakin mau sekolah besok? Lu kan masih demam." Ucap seseorang diseberang sana.

"Badan gua udah enakan kok." Ucapnya menyakinkan seseorang ditelpon, orang diseberang sana menghela nafas. " yaudah deh, besok pagi berangkat bareng gua ya." Tawarnya.

"Oke deh tapi jangan telat ya."

"Nggak bakalan telat mah kalau sama gua."

Setelah itu dara mematikan telpon sepihak, membuat seseorang diseberang sana mendengus kesal.

Sebelum tidur dara sempat menelfon ayahnya, untuk kali ini ayahnya mengangkat telfon darinya. Sekarang dewi fortuna sedang berpihak padanya.

"Ayah masih sibuk." Tanyanya.

"Kerjaan ayah masih banyak, nggak usah telpon!! Ayah sibuk." Ketusnya.

Tutttt
Tuttt

Telpon di matikan sepihak oleh ayahnya. Lagi dan lagi pekerjaannya tetap menjadi prioritas utama pria itu, sampai-sampai lupa bahwa putrinya disini juga butuh perhatiannya.

Sudahlah ini bukan waktunya untuk meratapi nasibnya, tubuhnya juga butuh istirahat.

***

Pagi ini dara telah rapi dengan seragamnya. Dia berjalan menuruni anak tangga, tampaknya zila belum datang.

Tak lama terdengar suara mesin mobil didepan rumahnya, zila berjalan kedalam rumah tanpa mengetok pintu.

"Kebiasaan. " desis dara yang berdiri bersedekap dada.

"Khilaf." Jawabnya.

"Sarapan yuk, gua tau lu belum sarapan." Ajak dara.

"Emang kelihatan ya."

Seorang zila bangun pagi? Biasanya gadis itu sering datang terlambat, mungkin karena harus menjemput makanya dia bangun pagi.

Keduanya menikmati sarapan dengan hikmat, hanya dentingan sendok yang terdengar. Setelah selesai sarapan dara membuka percakapan.

"Yuk berangkat." Dara berdiri dan meraih tas sekolahnya, Zila hanya mengagguk.

Mereka berjalan beriringan ke mobil zila yang sudah terparkir rapi.

Sesampainya disekolah, suasana sekolah masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat, entah mereka yang datang terlalu pagi atau siswanya yang memang pemalas.

"Tuh kan masih sepi." sungutnya.

"Udah nggak usah marah, lagian hari ini rekor lu masuk kepagian.

"Yahh nggak gitu juga kali, males gua datang pagi, sepi juga." Dara hanya berdecak.

Setelah 4 jam melaksanakan proses belajar akhirnya bel istirahat berbunyi nyaring.
Diperjalanan menuju kantin zila berceloteh ria.

" untung tadi gua bisa jawab soal dari pak opie tadi." Dara hanya geleng-geleng kepala.

"Makanya pas jam pelajaran jangan tidur." Ucap dara. "Kalau ngantuk lu bakal ngapain?"

"Ya tidur lah."

"nah kan gua ngantuk makanya gua tidur." Ucapnya disertai cengiran khasnya.

"Bodo amat, gua nggak denger."

Tak terasa mereka telah berada didepan pintu masuk kantin yang ramai tiada tara.

"Duh rame banget nih, mana semua meja penuh lagi." Decak zila.

"Terus gimana?" Dara mengalihkan pandangannya pada zila.

"Masuk aja lah, perut gua laper banget nih." Zila menarik tangan dara memecah keramaian kantin.

"Lu mau pesan apa dar." Tanyanya.

"Samain aja deh."

"Oke, cari kursi yang kosong ya." Dara hanya menggangguk.

Setelah lama mencari meja yang kosong, akhirnya ia menemukan meja yang kosong dipojok kantin.

"Ah akhirnya nemu juga." Gumamnya.

"Eh minggir gua yang liat duluan tuh meja."suara itu mengejutkan dara, "nggak bisa gua duluan yang nemu." Tolak dara, dara berbalik menghadap pria itu.

"Lo--------." Ucap mereka serentak.


Update lagi nih, ada yang kangen

Jangan lupa vote and vomen ya:)

Next?







I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang