hurt me again

5.9K 294 7
                                    


Why do you always
Hurt me?

Happy Reading.

"Sayang kok bengong." Tanya Jasmine heran, gadis itu menepuk pelan bahu Gavin.

"Ha gak papa." Gavin meminum minumannya, pikirannya sedang tidak tenang.

Saat ini mereka tengah berada di sebuah pusat perbelanjaan, sebenarnya Gavin ingin menolak ajakan Jasmine. Tapi gadis itu bersikeras untuk mengajak Gavin.

Jasmine merangkul mesra lengan Gavin, cowok itu hanya diam.

"Udah kan, ayo gue udah capek nemenin Lo." Ujar Gavin, Jasmine mencebikkan bibirnya.

"Yah padahal kan aku mau ngajak kamu nonton dulu, tapi kamu udah capek. Yaudah kita pulang sekarang aja." Ucap Jasmine dengan wajah sedihnya, namun Gavin hanya memandangnya datar.

"Yaudah ayo pulang, gue pengen tidur." Ucapnya singkat, Jasmine menghentakkan kakinya kesal. Gadis itu tak habis pikir, Gavin begitu tak peka.

"Iya-iya." Gadis itu semakin memeluk erat lengan Gavin, membuat Gavin merasa risih akibat ulah gadis itu.

"Bisa gak sih, jangan kayak gini. Risih tau gak." Kesal Gavin, namun Jasmine menulikan pendengarannya.

"Gak."

Dilain sisi, Dara yang tengah berada diparkiran rumah sakit. Ia tak sendiri yang pasti ada Zila dan Ari disampingnya, setelah dirawat beberapa lama di rumah sakit akhirnya Dara diperbolehkan pulang dengan syarat harus banyak istirahat.

"Zi, Ari mana sih. Katanya gak bakalan lama, pegel nih gue." Gerutu Dara, zila tersenyum simpul.

"Sabar Dara, bentar lagi. Gimana kalo kita samperin ke parkiran aja." Tawar gadis itu, Dara mengangguk singkat.

"Sini, biar gue pegangin entar Lo jatuh." Usul Zila, Dara mengerucutkan bibirnya kesal.

"Gue bukan anak kecil, gue masih kuat buat jalan sendiri." Ucap Dara, Zila terdiam sejenak. Ia hanya khawatir jika terjadi sesuatu pada Dara. Cukup sekali zila lalai dalam menjaga Dara, tapi tidak untuk kedua kalinya.

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor rumah sakit, Zila masih setia menggenggam tangan Dara. Sesekali Dara tertawa pelan karena mendengar lelucon yang diucapkan oleh Zila.

"Nah kan, Lo kalo lagi senyum cantik banget." Ujar Zila, disela-sela tawa Dara.

"Gue emang cantik dari lahir, gak kayak Lo." Ucap Dara dengan percaya diri, hal itu membuat Zila mencebikkan bibirnya kesal.

"Gue jadi curiga nih, jangan-jangan sifat narsis Ari menular ke Lo. Gak baik nih." Dara semakin tergelak.

"Yakali zi, mana mungkin. Narsis bisa menular." celetuk Dara, karena percakapan mereka tadi. Tak terasa mereka berdua kini telah berada di pintu masuk rumah sakit lebih tepatnya didekat parkiran.

"Weh kalian, sini." Teriak Ari, dengan wajah watadosnya cowok itu berteriak diparkiran rumah sakit itu Yang langsung mengundang perhatian beberapa orang yang ada disana.

"Itu si Ari buat malu banget sih, pake teriak segala." Gerutu Zila, Dara hanya terkekeh pelan.

"Sama kek Lo zi, kayak orang utan." Zila menatap Dara kesal.

"Gini-gini juga gue temen Lo Dara."

Ari berjalan kearah Dara dan Zila, dengan pedenya cowok itu menyibakkan rambutnya. Berlagak seperti seorang pria tampan.

"Elah gaya-gayaan Lo, pengen muntah gue jadinya." Celetuk Zila, ia mendapatkan lirikan tajam dari Ari.

"Ampun bang jago." Ucap Zila dengan cengirannya.

I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang