Bukan tentang siapa yang kita
kenal paling lama,
Yang datang pertama,
Atau yang paling perhatian
Tapi tentang siapa yang
Datang dan tidak pergi:")Happy Reading :)
Dalam waktu seminggu, Gavin benar-benar membuktikan ucapannya. Ia bahkan memperlalukan Dara layaknya seorang yang spesial, dimulai dari mengubah kebiasaannya yang selau mengganggu Dara ataupun berdebat dengannya. Gavin lebih sering mengalah.
Tak terkecuali dengan gosip yang beredar tentang mereka, mereka juga sering diikuti oleh siswi yang ingin tau tentang mereka. Dimanapun mereka pergi ada saja orang yang mengikutinya.
Dasar kepo!!
Dara dan Gavin saat ini sedang berada disebuah taman dikawasan Jakarta selatan, yang tak jauh dari sekolahnya. Seminggu ini mereka benar-benar dimata-matai oleh mulut penggosip disekolahnya, hal itu membuat Dara tak nyaman.
Dara paling tak suka menjadi pusat perhatian banyak orang, ia sudah merasakan hal itu seminggu yang lalu. Ditambah saat Dara bertatapan Muka dengan Arga, cowok itu selalu menampilkan ekspresi yang tak dapat dibaca oleh Dara. Entah marah, senang, ataupun biasa saja.
"Dara, kamu kenapa sih?
"Nggak papa kok, ada yang aneh?" Ucap Dara, gadis itu sedari tadi hanya diam membuat Gavin curiga ada yang disembunyikan oleh Dara.
"Nggak ada, dari tadi kamu bengong terus. Kan aku khawatir." Gumam Gavin, ia meraih kedua tangan gadis itu dan menggenggamnya.
" Aku nggak papa kok, cuma sekarang rada beda aja." Tutur Dara, ia menghela nafas.
"Kamu tau kan kalo aku nggak suka jadi pusat perhatian, itu buat aku nggak nyaman." Gumamnya, genggaman Gavin semakin erat.
"Iya aku tau kok, aku juga nggak nyaman karena jadi pusat perhatian. Kita laluin ini sama-sama, kamu nggak sendiri ada aku disini. Lama kelamaan pasti mereka nggak kepo lagi tentang kita, mungkin mereka cuma kaget aja. Yang mereka tau kita kan musuh bebuyutan ya nggak?" Jelas Gavin, Dara memutar matanya malas.
"Mereka juga bakalan capek sendiri ngomongin kita." Ucap Gavin bijak, Dara tersenyum kecil. Gavin sudah sedikit berubah, ia sudah bisa menyelesaikan masalahnya secara baik-baik. Dan juga ia juga sudah berubah menjadi sosok pria dewasa. Walaupun Dara sering kesal karena sifat narsis dan bar-barnya muncul.
"Jadi kamu udah terima aku? Ucapnya langsung pada topik pembicaraan.
"Hmm, gimana ya?" Ucap Dara seolah-olah sedang berfikir keras.
"Ayo lah." Rengek Gavin, seketika wajah sangar Gavin berubah menjadi lucu.
"Ihh lucu deh." Kekeh Dara, ia mencubit kedua pipi Gavin yang sedang mencebikkan bibirnya. Membuat cowok itu mengaduh pelan.
"Jangan ngalihin pembicaraan Dara, aku udah nggak sabar nih." Ucap Gavin sok serius.
"Iya, aku terima kamu. Selama seminggu ini kamu udah ngebuktiin perasaan kamu ke aku, dan aku udah yakin kamu itu bener-bener sayang sama aku." Ucap Dara jelas, Gavin tak bisa menahan senyumnya. Karena terlalu senang ia langsung mendekap tubuh mungil Dara. Tak lupa cowok itu tak henti-hentinya mengumamkan ucapan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine
Teen FictionBELUM DIREVISI! "Oh jadi gini pekerjaan lo." Suara berat itu memecah keheningan, Dengan segera Dara memisahkan diri pada Ari. "Maksud lo apa!" Tanya Dara, Gavin tersenyum miring. "Jadi jalang orang? Gue kira lo cewek baik-baik, ternyata lo lebih mur...