"True friend cry when you
Leave,
Fake friend leave when you
cry"🎶Gu keunbyul- Sing my Song
Happy reading🍭
"Untung tuh cewek masih punya iman, pake bunuh diri segala lagi." Bisik siswi itu.
"Mau cari perhatian mah gitu." Sahut siswi yang lain.
Dara berjalan acuh, tatapan matanya begitu tajam. Ia tak menghiraukan bisikan-bisikan sekumpulan siswi itu, apa pedulinya.
Beruntung setiap hari ia membawa earphone. Menghindari telinganya dari gosipan murah mereka tentangnya. Entah siapa yang menyebarkan berita itu, sampai-sampai berita itu kini menjadi trending topik disekolahnya.
Mereka tak pernah merasakan apa yang Dara rasakan. Makanya mulut-mulut itu tak berfikir tentang apa yang dilontarkannya.
Ingatlah terlalu banyak mengomentari hidup orang lain, dapat membuat efek kecanduan dan semacamnya.
Dara yang terlalu malas mendengar celotehan tak berfaedah itu memutuskan untuk pergi kekelas, bukan kabur. Lebih tepatnya ia butuh istirahat mengigat kemarin malam ia sampai dijakarta setelah menempuh perjalanan jauh dari pangandaran.
Dara tak memperhatikan jalan dengan seksama tanpa sadar ia terjatuh karena tersandung, untung disana tak ada orang kalau ada kan malu.
"Siapa sih yang naro batu disini? Dasar batu sialan." Umpatnya, Dara melampiaskan kekesalannya dengan menendang asal kerikil itu, sebuah batu terlempar jauh.
Aduhh
"Woi siapa sih yang nendang batu, sakit tau." Teriaknya, ehh tunggu kayaknya Dara kenal sama suaranya.
"Arga woi Arga, gawat gimana nih!!" Gumam Dara.
Dara segera berlari, namun Naasnya ia tak sengaja menendang kaleng minuman. Yang membuat Arga berlari kearah sumber suara.
"Kayak cewek." Ucapnya, ia tak sempat melihat wajah pelaku yang menendang batu kerikil tadi.
Dara berlari sekuat tenaga, seumur-umur ia tak pernah mengeluh tentang kakinya ini. Tapi sekarang berbeda kenapa kakinya begitu pendek? Sampai-sampai ia kesusahan dalam berlari.
"Aduh gimana nih?" Ucap Dara dengan nafas yang tersenggal-senggal.
"Woi jangan kabur lo!!" Teriak Arga, langkah kakinya semakin lebar.
"Waduhh." Dara berlari tanpa melihat kebelakang, kan berabe masalahnya nanti. Arga berlari mengejar ketertinggalannya. Ia berlari namun 2 orang satpam sedang membawa papan tulis bekas dari sebuah ruangan yang membuat Arga kehilangan jejak Dara tadi.
"Jalan liat-liat dong, orang lagi kerja nih." Omel salah satu satpam itu.
"Gara-gara bapak nih, tuh cewek bisa kabur." Gerutu Arga.
"BUCIN." teriak satpam satu lagi.
"Elah sok tau, kayak bapak nggak pernah bucin aja." Ketus Arga, dari pada ia berlama-lama menghadapi 2 satpam yang kelewatan pintar ini.
"Aduh kemana lagi larinya tuh cewek." Gerutu Arga, entah kenapa nalurinya mengatakan bahwa ia harus menemukan gadis yang menimpuk kepalanya tadi.
Sedangkan Dara, gadis itu ternyata bisa lolos juga, ia bersembunyi dibalik pintu kelasnya. Sambil berjongkok sebuah tangan menyentuh pundaknya.
"Huaaa sorry-sorry tadi nggak sengaja kok." Ucap Dara.
"Ehh hayati ini gue zila, ngapain lo jongkok-jongkok gitu." Tanyanya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine
Teen FictionBELUM DIREVISI! "Oh jadi gini pekerjaan lo." Suara berat itu memecah keheningan, Dengan segera Dara memisahkan diri pada Ari. "Maksud lo apa!" Tanya Dara, Gavin tersenyum miring. "Jadi jalang orang? Gue kira lo cewek baik-baik, ternyata lo lebih mur...