Terimakasih untuk
Semuanya,
Kata-kata mu membuatku
Sadar, tak selamanya
Kita harus mempercayai
Orang lain, termasuk kamu:)Happy Reading.
Dara? Gadis itu masih betah menjelajahi alam mimpinya, sudah beberapa lama setelah kejadian tadi Dara sama sekali belum bangun.
Semua orang cemas, termasuk Ari. Ia begitu kesal setelah mendengar perkataan Gavin, namun Ari hanya diam saat Dara dihina olehnya.
"Gue bakalan kasih Lo pelajaran, gue selama ini udah diam aja. Lo itu udah kelewatan." Gumam Ari, tangannya terkepal.
Karena kejadian tadi, Ari belum mau pulang kerumahnya. Bik Imah sempat menangis histeris karena mendapati Dara yang tak sadarkan diri.
"Den, ini Dara kenapa? Kok bisa begini." tanya mang Parto, Ari hanya menghela nafas.
"Ari juga gak tau tuh cowok siapa! Yang jelas dia pernah bilang kalo Ari gak boleh Deket sama Dara. Ari juga gak tau kenapa alasannya, dan tadi tuh cowok malah maki-maki Dara. Harusnya tadi Ari gak diam aja, dan liat sekarang Dara belum sadar juga." Ari hanya menunduk, mang Parto mengusap punggungnya pelan.
"Iya mang Parto juga gak salahin Ari kok, mang Parto rasa sih den Gavin. Soalnya diakan pernah Deket sama Dara. Itu masih perkiraan sih." Ucap pria paruh baya itu.
"Ari teh, mendingan pulang aja. Udah malam loh." Ujar mang Parto, Ari menggelengkan kepalanya.
"Ari mau disini, jagain Dara." Lirihnya, mang Parto menepuk pundaknya.
"Ari pasti capek, pulang aja. Entar kalo Dara udah bangun mang Parto telfon Ari deh." Bujuknya.
"Ta--"
"Udah mang Parto kabarin kok." Potongnya, Ari hanya bisa mengangguk pelan.
"Yaudah Ari pamit dulu ya mang, kalo Dara udah bangun Jangan lupa kabarin ya mang." Ujar Ari, mang Parto mengacungkan jempol nya.
Ari berlalu, dengan berat hati. Ia akan menunggu kabar dari mang Parto tentang Dara. Dan juga jika Ari tak pulang, ibunya pasti akan cemas.
••••••••••••
Kicauan burung menyeruak dipendengaran Dara, gadis itu melenguh pelan. Kepalanya begitu pusing. Hingga untuk berdiri saja Dara beberapa kali terjatuh ke atas kasur.
Ia mengernyit pelan, kemaren rasanya terjatuh di jalan. Dan sekarang sudah berada diatas kasur empuknya.
Kilatan ingatan kemaren membuat Dara terdiam, begitukan orang lain melihatnya. Apakah Dara terlalu hina? Hingga ia dibenci banyak orang.
Kenapa semua orang selalu menyimpulkan sendiri, tanpa mau mendengarkan penjelasan dari orang lain. Nyatanya tak semua yang orang liat itu adalah sebuah kebenaran.
Jalang? Menurutnya Dara lebih hina dari pada seorang jalang.
Hatinya berdenyut nyeri, walaupun beberapa kali Dara sempat mendapatkan perkataan tersebut dari orang lain itu sudah biasa baginya.
Namun jika perkataan itu keluar dari orang yang Dara sayangi, sakitnya berkali-kali lipat. Seperti ada yang pecah dalam ulu hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine
Teen FictionBELUM DIREVISI! "Oh jadi gini pekerjaan lo." Suara berat itu memecah keheningan, Dengan segera Dara memisahkan diri pada Ari. "Maksud lo apa!" Tanya Dara, Gavin tersenyum miring. "Jadi jalang orang? Gue kira lo cewek baik-baik, ternyata lo lebih mur...