Keputusan

2.8K 228 12
                                    


Percuma hidup jika tidak
Dihargai:(

Happy Reading💚

"Baiklah aku akan tinggalkan rumah ini." Tegas Dara, ia sudah tidak tahan dengan semua drama ini. Jika itu keputusan ayahnya maka ia akan menerimanya.

"Dara jangan!!" Peringat Alice, Dara berdecak pelan.

"Kenapa? Ini memang keinginan kalian bukan! Jadi saya yang akan meninggalkan rumah ini. Sudahlah ibu tiriku, saya benci melihat dramamu. Begitu menjijikan." Sinis Dara, ia masih bisa melihat wajah Yuda yang tengah menahan amarahnya.

"Kenapa? Mau pukul saya! Pukul saja atau perlu bunuh saya saja." Ucap Dara.

"Satu yang perlu Anda ingat Tuan Yuda yang terhormat, jika Anda sudah hancur. Jangan pernah berharap bahwa saya akan memaafkan Anda, ataupun menganggap Anda sebagai orang tua saya."Tutur Dara, " dan selamat nyonya Alice, Anda sudah berhasil membuat keluarga saya hancur. Dan Anda tau karma nggak akan salah alamat." Ujar Dara, gadis itu berlalu meninggalkan 2 orang itu yang sedang terdiam.

Ini semua tak bisa Dara biarkan, jika ia tetap tinggal maka harga dirinya dan mamanya pasti akan selalu direndahkan oleh mereka berdua.

Walaupun rumah ini memiliki ribuan bahkan jutaan kenangan, Dara harus tegar. Ia juga tak akan keberatan tinggal di rumah sederhana.

Langkah Dara terhenti, bik Imah menahan lengannya. Dari raut wajahnya wanita paruh baya itu menatap Dara sedih.

"Bibik bakalan ikut sama non kok, kang Parto juga." Ucap wanita itu, Dara tersenyum tipis.

"Makasih bik, Dara sayang bibik."ucap Dara tulus, ia memeluk tubuh ringkis wanita itu.

"Bibik juga sayang sama non, kita harus cari kontrakan secepatnya." Kata bik Imah.
Dara mengangguk pelan.

"Iya bik, Dara juga masih punya tabungan. Dara rasa sih cukup buat cari kontrakan." Dara tersenyum manis, tak apa-apa hidup sederhana.

"Bibik juga punya uang yang lumayan buat bantu non Dara." Ucap bik Imah. "Yaudah non, bibi siapin semuanya dulu ya." Pamitnya, Dara hanya mengangguk.

Setelah bik Imah berlalu, Dara memasuki kamarnya. Berusaha menyimpan semua kenangan ya bersama kamar ini, tak terasa air mata Dara luruh begitu saja.

"Nggk papa, gue kuat kok." Ucapnya menyakinkan dirinya sendiri.

"Biasanya juga gue bisa lakuin ini semua, gue harus kuat." Ucapnya lirih, tak lama Dara pun tenggelam kedalam dunia mimpinya.

•••••••••

Semua barang-barang Dara sudah dikemas, ia tak membawa banyak barang. Cukup beberapa bukunya dan pakaiannya.

"Non udah dimasukin semua keperluan non, mobilnya udah sampe." Jelas bik Imah, membuat Dara terkejut.

"Tunggu bentar bik, Dara mau ke kamar Mama dulu." Bik Imah mengangguk mengerti.

Rasanya begitu berat meninggalkan rumah yang sudah ditinggalinya dari kecil, ia berusaha keras untuk menguatkan dirinya.

Suatu saat nanti semuanya akan berbalik, Tuhan sedang mengujinya. Lihat saja semua usahanya tak akan mengecewakan.

Clekk

Kamar mamanya masih seperti dulu, begitu rapi. Yang tak sama sekarang hanyalah tak ada mamanya disini.

Dara menghela nafas, berusaha untuk menahan genangan air matanya yang hendak turun. Entah kenapa setiap Dara berkunjung ke kamar ini, rasa sedih selalu menguasainya.

I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang