Semuanya akan berakhir
Dengan semestinya.Happy Reading.
Akhir dari Dara yang menyusup keluar dari ruangannya, membuat Ari mengomelinya. Lebih tepat terlihat seperti siraman kalbu dari seorang Ari Abraham.Ia mendadak menjadi ustad dadakan, cowok itu sedang terlelap. Dengan enaknya mereka berdua pergi keluar dari ruangan dengan kondisi Dara yang masih bisa dibilang belum stabil.
"Udah ustadz aing udah kagak bisa lagi denger, budek lama-lama." Gumam Zila, gadis itu melihat Ari jenuh.
"Udah apaan! Ini baru pembukaan. Belum lagi isinya. Ya makanya jangan main keluar-aja, lama-lama gue iket kalian berdua disini." Ucap Ari, Dara hanya mendengarkannya seksama.
"Iya baiklah paduka raja." Ucap Zila, "dari tadi Ari, Lo tu berisik banget. Dara juga butuh udara seger, lo liat kan kalo disini itu pengap. Lagian udah jam segini Lo masih tidur." Zila berbalik mengomeli Ari, cowok itu terperangah.
"Balik nyolot lagi, ayok sini. Gue sentil otak Lo." Kesal Ari, Zila sudah berlari kearah Dara untuk berlindung dari amukan brigas Ari.
"Kalian kayak anak kecil aja, berisik." Ucap Dara datar, ia menyilangkan tangannya di dadanya.
"Ari yang mulai Dara."
"Apaan gue, Lo yang mulai ya."
"Elah sok-sokan tadi kan Lo nyeramahin kita berdua. Lo juga salah kingkong wakanda."
"Terus mau apa lo? simpanse." Zila yang hendak menarik rambut Ari pun segera ditahan oleh Dara.
"Udah ya, bisa diam gak. Pusing nih." Ujar Dara, Ari dan Zila saling melempar tatapan tajamnya.
"Zila bisa bawa gue keluar gak, ketaman aja gimana." Ajak Dara, Zila meliriknya cepat dan mengangguk pelan.
"Ha apaan, gak gak boleh Lo harus istirahat Dara." Tolak Ari, Dara mendelik kesal.
"Lo Napa sih, posessive banget. Dara cuma mau ketaman bukan ke mall." Celetuk Zila, cewek itu sudah berada tepat didepan pintu.
"Ya tapi gak gitu juga, tadi aja kalian malah nyelinep keluar. Mana tau entar kalian kabur dan ninggalin gue." Ujar Ari, Zila merotasikan matanya malas.
"Gaje banget Lo, Yaudah ikut aja. Gampang kan?" Ketus Zila. Ari tersenyum manis hingga memamerkan sepasang lesung pipinya.
"Iya-iya, ayok." Ajaknya Ari sudah bersiap untuk mendorong kursi roda yang duduki oleh Dara.
Diperjalanan melewati koridor, Ari dan Zila saling beradu mulut. memperebutkan siapa yang akan mendorong kursi roda Dara. Sedangkan Dara hanya mengembuskan napas lelah.
"Weh Adnan, Lo ngapain disini?" Tanya Zila sembari menepuk pelan pundak pemuda berbadan jakung itu. Cowok itu meliriknya dengan mata yang disipitkan.
"Oh Lo Zila, gue kira siapa. Gue kesini mau bawa nyokap buat periksa rutin sih. Lo sendiri disini ngapain?" Tanya Adnan, ia bersandar di tembok satu tangannya dimasukkan kedalam saku celana jeans-nya.
"Gue disini bawa Dara, Dara masuk rumah sakit." Ucap gadis itu tanpa beban, Adnan membulatkan matanya.
"Dara sakit apa!" Hebohnya, Zila melirik Ari dan Dara yang sudah berada agak jauh darinya.
"Lo jangan bilang siapa-siapa ya, termasuk temen brengsek lo itu." Adnan mengangguk paham.
"Jadi apa!" Tanyanya tak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine
Teen FictionBELUM DIREVISI! "Oh jadi gini pekerjaan lo." Suara berat itu memecah keheningan, Dengan segera Dara memisahkan diri pada Ari. "Maksud lo apa!" Tanya Dara, Gavin tersenyum miring. "Jadi jalang orang? Gue kira lo cewek baik-baik, ternyata lo lebih mur...