Bisakah aku dan kamu berjalan searah?
Bisakah kata aku dan kamu
Menjadi kita? Bolehkah aku
Meminta.
Bukan cuma berhalusinasi semata:/
Warning ini part terpanjang, siapin hati supaya gak copot.Happy Reading.
Azan subuh berkumandang, seperti biasa Dara menunaikan ibadah sholat subuh sendirian. Walaupun hari-hari yang lalu mereka melaksanakan secara berjamaah.
Rasa pegal selalu ia rasakan tak kalah bangun dari tidurnya, namun Dara berusaha membiasakan diri dengan semua ini.
Dinakasnya terdapat beberapa obat-obatan, Dara menghela nafas. Percuma saja jika ia mengonsumsi obat-obatan itu namun usianya juga tak akan bertahan lama.
Untung saja Zila tak curiga bahwa diresep obat yang ditebus Zila ada obat untuk penyakitnya.
Dara berjalan kearah kamar mandi, ia harus segera bersiap-siap untuk sekolah. Gemercik air terdengar, dinginnya air membuat tubuh Dara sedikit menggigil.
"Perasaan kemarin-kemarin airnya gak sedingin ini." Ucapnya pelan, namun gadis itu tetap melanjutkan ritual mandinya.
10 menit kemudian,
Dara sudah rapi dengan seragamnya, hanya saja wajahnya yang pucat memperlihatkan bahwa ia sedang sakit. Dengan teliti Dara mencoba untuk menutupi wajah pucat.
Namun hal itu sama sekali tak menutupi kecantikan wajah Dara, ia membawa ranselnya.
Clekk
Kedua orang yang berada di ruang tamu menatap Dara hangat, bibik Imah berjalan mendekat kearahnya.
"Non beneran udah sehat, wajah non pucat banget." Ucap bik Imah, Dara tersenyum tipis.
"Bik jangan panggil non dong bik, kan kemaren Dara bilang kalo jangan bilang gitu." Tegur Dara, bik Imah terlihat kikuk.
"Panggil aja Dara, Dara udah baikan kok bik. Boleh gak kalo Dara panggil bibi ibu?" Tanya gadis itu, bik Imah tersenyum manis.
"Boleh kok, n-eh Dara kan juga udah ibu anggap kayak anak sendiri." Dara tersenyum haru.
"Dan mang Parto Dara panggil ayah ya? Boleh kan?" Tanyakan pada mang Parto yang sedang membaca koran diruang tamu.
"Boleh kok, Dara kan udah kita anggap kayak anak sendiri."Ucap mang Parto sembari tersenyum kecil.
"Eh sampe lupa, Dara, kang ayo sarapan dulu. Ibu juga udah Masakin makanan kesukaan Dara." Mereka menikmati sarapan diiringi dengan lelucon receh dari mang Parto.
Hingga suara cempreng milik seseorang, mengejutkan mereka.
"ASSALAMUALAIKUM, DARA AYO BERANGKAT BARENG." Ucapnya dengan suara cempreng miliknya, yang Dara yakini sebentar lagi akan disiram dengan air selokan.
"Waalaikumsalam, ayo masuk." Ucap bik Imah sembari berjalan membuka pintu.
"DARA, AYO." Ajaknya lagi, Dara semakin jengkel akibat ulahnya.
"Ari Lo berisik banget sih, budek nih lama-lama." Kesal Dara. Cowok itu hanya cengengesan saja.
"Den Ari udah sarapan? Kalo belum ayo sarapan bareng." Tawar bik Imah, mata cowok itu berbinar.
"AYOK LAH BIK, KEBETULAN BANGET ARI BELUM SARAPAN TADI." Ucap Ari dengan nada yang tidak santai.
"Selow atuh den, kek toa aja tuh mulut." Ujar mang Parto, Ari hanya tersenyum.
Cowok itu segera bergabung dengan Dara dimeja makan, cowok itu duduk di samping Dara. Sengaja pengen modus.
"Dara ambilin piring dong, laper banget nih."Pinta Ari, Dara mendengus pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine
Fiksi RemajaBELUM DIREVISI! "Oh jadi gini pekerjaan lo." Suara berat itu memecah keheningan, Dengan segera Dara memisahkan diri pada Ari. "Maksud lo apa!" Tanya Dara, Gavin tersenyum miring. "Jadi jalang orang? Gue kira lo cewek baik-baik, ternyata lo lebih mur...