↳ Renjun tinggal sendirian di depan gerbang sekolah meskipun ada banyak orang di sekitarnya. Teman-temannya sudah punya kesibukan masing-masing seusai sekolah, jadi dia sendirian disini menunggu jemputan sang Mama.Sebenarnya area sekolah juga masih ramai, apalagi kelompok futsal masih menggunakan lapangan luar untuk latihan. Bukan masalah juga kalau dia sendirian, ada gerobak cimol Mang Asep di seberang jalan, jajan sedikit tidak akan membunuh Renjun.
Baru saja ia ingin menyebrang, motor Honda CBR 250 cc warna hitam berhenti di depannya mendadak. Renjun tentu berjingat kaget dan kembali naik ke atas trotoar. Ia menatap lurus ke balik kaca helm full face si pengendara dengan wajah kesal,"Hati-hati, dong!"
Pengendara motor itu kemudian melepas dan meletakkan helmnya diatas tangki motor setelah mematikan mesin, tersenyum konyol dengan lesung pipi menukik dalam,"Halo, Nata."
Begitu sadar siapa sosok ini, Renjun merengut gemas,"Ih, Kak Jaya!"
Meski suara Renjun masih terdengar kesal, namun bibirnya mulai menyunggingkan senyum.
"Kakak keren, kan?"
"Nggak keren, ah." sungut Renjun, pura-puka kesal kembali,"Kak Jaya sama sekali nggak keren."
Pun selanjutnya Renjun terkekeh geli akibat wajah merengut Jaehyun,"Nggak usah cemberut, nanti nggak ganteng lagi." kelakar Renjun sambil memasang wajah sok imut.
Jaehyun terpana sesaat, masalahnya sekalipun sudah siang menjelang sore begini, Renjun tetap terlihat mengagumkan. Beda sekali dengan teman-temannya yang mungkin sudah terlihat lusuh dan mengenaskan.
"Btw, kamu nggak pulang, Dek?—eh, boleh, kan, ya aku panggil begitu?"
Renjun kembali tertawa, namun menyempatkan diri untuk mengangguk, tanda setuju dipanggil 'Dek' oleh Jaehyun,"Panggil apapun sesuka kakak, aku nggak masalah."
"Oke. Kalo gitu, kakak panggil sayang, boleh?"
Gas pol! Batin Renjun.
Informasi saja, Renjun ini kadang tidak terlalu suka didekati terang-terangan begini, apalagi yang mencoba mendekat adalah makhluk ganteng dan banyak peminatnya.
"Apaan, sih!" Pun Renjun tetap pencitraan dan pura-pura malu,"Nggak!" lanjutnya.
"Yah...," Jaehyun menghela nafas kecewa."Kalo nggak boleh panggil sayang, mau nggak kakak anter pulang?"
Belum sempat Renjun menjawab, Kawasaki Ninja sewarna highlighter hijau nyetereng berhenti di dekat mereka. Ia hapal betul siapa pemilik motor ini tanpa si pengendara perlu lepas helm, namun si pengendara tetap membuka kaca helm full-facenya.
Jaehyun yang masih disana terdiam. Sadar siapa sosok yang menggangu acara pendekatannya. Siapa lagi kalau bukan Mark, mantan Renjun sendiri.
Mata Jaehyun memicing tidak suka, apalagi Mark seakan tidak mengindahkan keberadaannya, melirik pun tidak.
Manik sehitam langit malam Mark menatap Renjun lekat, ada berbagai macam emosi disana namun yang paling jelas Renjun lihat adalah kemarahan,"Mamah nggak bisa njemput. Kamu disuruh pulang sama kakak."
"Hah?" Renjun gelagapan, matanya bergantian menatap Jaehyun dan Mark.
"Biasakan baca pesan." ujar Mark.
Renjun buru-buru membuka ponselnya dan menemukan pesan dari sang Mama yang isinya; hari ini pulang sama Garen, ya. Mama agak sibuk.
Ya, ampun. Bagaimana bisa Mama-nya ini menyuruh Renjun pulang dengan Mark. Renjun jadi menyesal sekali tidak bilang ke sang Mama kalau hubungannya dengan Mark sudah berakhir. Padahal niatnya—kalau Mark tiba-tiba tidak datang—Renjun akan menolak ajakan Jaehyun, tetapi begitu membaca pesan dari sang Mama, ia jadi ingin sekali menerimanya.
"A-aku pulang sama Kak Jaya aja, Kak."
Jaehyun menoleh kaget, matanya menatap Renjun berseri-seri. Jadi, begini rasanya memenangkan hati seseorang?
"Nggak!" jawab Mark, ketara sekali kesal dari intonasinya.
"Tapi—"
Mark turun dari motor tanpa aba-aba, kemudian menyahut pergelangan Renjun kasar. Ia sudah kepalang marah hanya karena melihat sikap keras kepala Renjun. Namun tidak disangka-sangka, Jaehyun malah menahan pergelangan tangannya demi menghentikan tarikan Mark pada tangan Renjun.
Mark menatap Jaehyun kemusuhan,"Lepas, nggak!?"
Sadar atau tidak, ketiga orang itu sudah jadi tontonan. Ya, siapa juga yang menolak menonton drama picisan anak SMA, apalagi latarnya pinggir jalan begini.
Mark jadi dongkol luar biasa akibat seringai meremehkan Jaehyun.
"Sorry nih, Bro. Denger sendiri, kan, Nata maunya pulang bareng siapa?" ujar Jaehyun kemudian.
"Gue yang punya tanggungjawab pulangin dia. Mamahnya sendiri yang minta."
Astaghfirullah, Renjun takut, mamak e.
Ini kali pertama seumur hidupnya Renjun direbutkan, tapi tidak berharap pula direbutkan lagi. Takut sekali ia melihat dua orang di depannya bersitegang begini, mending pulang sendiri naik ojol atau angkot.
"Ya, tinggal Natanya yang bilang ke Mama-nya kalo dia pulang sama gue."
"Nekat, ya, lo. Bangsat!"
Mark menyentak tangannya yang ada di genggaman Jaehyun sembari melepas genggamannya pada Renjun. Begitu simpul-simpul tangan Jaehyun terlepas, ia kembali meraih tangan Renjun. Kali ini tidak memberi Jaehyun sedikitpun waktu untuk menahan mereka. Bahkan Renjun masih kelihatan linglung sampai waktu dimana ia diajak pergi dengan motor Mark.
to be continued
makasi banyak yang udah baca. sabar, bentar lagi markren banyak nongol.
KAMU SEDANG MEMBACA
memetik asa • markren
Fanfiction[complete] ❝ it's you, because no one else makes sense. ❞ ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ ⤿ mark x renjun ⤿ lokal!au ⤿ boy x boy ✦ spotify playlist! ✦ spotify:playlist:58s9xXohWnIP6SDSEoGBWI [paste di search spotify] yeowonn © 2020