8 | 19:30

1.5K 273 43
                                        

↳ Renjun tidak mengajak Jaehyun ke kamarnya, ruangan itu masih jadi tempat privat, hanya beberapa orang terdekat yang Renjun izinkan masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun tidak mengajak Jaehyun ke kamarnya, ruangan itu masih jadi tempat privat, hanya beberapa orang terdekat yang Renjun izinkan masuk. Selain itu, Renjun memang belum bisa terbuka sepenuhnya pada Jaehyun, jadi daripada menunjukkan kamar dan merasa cemas, Renjun rasa lebih menyenangkan menunjukkan Jaehyun rooftop garden milik Papa Damar.

"Wah, ini sih bukan rooftop garden biasa." Mata Jaehyun menyusuri tiap sudut dengan sorot berbinar. Tata letaknya benar-benar selera Jaehyun.

Rencananya setelah lulus SMA nanti, Jaehyun ingin mendaftar di jurusan design interior, ingin sekali membangun sesuatu yang nyaman dan cantik untuk orang banyak.

"Hasil ujian sekolah keluar kapan, Kak?"

Jaehyun ikut duduk di sebelah Renjun, kemudian mencomot martabak manis dari piring,"Nggak tau, masih belum ada pengumuman."

Sosok Renjun yang tiba-tiba diam, memaksa Jaehyun kembali meletakkan gelasnya kemudian menggamit tangan kecil yang lebih muda, menggenggamnya erat sambil tersenyum teduh,"Kenapa diem?"

Renjun menggeleng pelan, namun Jaehyun yakin ada sedih di sorot mata kekasihnya.

"Kak Jaya, aku boleh minta peluk?"

Meski sempat merasa heran, Jaehyun menahan diri untuk bertanya dan menenggelamkan Renjun ke dalam pelukannya, salah satu tangannya bertengger di pinggang sedangkan yang satunya lagi menepuk punggung Renjun menenangkan. Kadang tetap takjub saja kalau tubuh Renjun bisa sekecil itu dalam pelukannya, padahal Renjun juga tidak terlalu pendek untuk ukuran laki-laki (kalau mungil, iya).

"Badan kakak anget."

Banyak sekali hal yang belum Jaehyun ketahui perihal Renjun mulai dari kesukaannya, kebiasaannya, sikapnya dan lain-lain, namun Jaehyun lebih sering dikejutkan dengan perubahan sikap Renjun. Terkadang, Renjun bersikap manja dan menggemaskan kemudian beberapa saat lain, yang lebih muda akan terlihat mandiri dan tidak banyak mengeluh.

Tetapi kali ini Jaehyun melihatnya berbeda. Dilihat dari bagaimana anak itu mengusakkan kepala dan mencoba lebih tenggelam dalam pelukan Jaehyun, sudah dapat dipastikan kalau Renjun sedang manja, tapi di sisi lain, Jaehyun merasa Renjun seolah tengah mengadu padanya lewat pelukan.

"Sayang."

Renjun serta-merta mendongak, dihadapkan langsung dengan pemandangan rahang Jaehyun dari bawah,"Apa?"

Jaehyun menunduk, menyambung tatap dengan sosok mungil di dalam dekapannya,"Sering-sering manja sama kakak, ya?"

Kalimat tersebut tak ayal mengundang kikikan geli dari Renjun,"Kenapa, emang?"

"Suka aja ada yang manja begini."

Renjun tersenyum begitu merasakan tangan-tangan kekar yang melingkari tubuhnya berubah semakin erat. Ada afeksi pekat yang dikirimkan oleh sosok yang lebih tua dan Renjun tidak sebodoh itu untuk mendiamkannya.

"Tapi aku penasaran, kok, kakak bisa suka sama aku?"

Jaehyun diam sejenak, pandangnya menuju ke langit malam dengan binar bahagia, membawa Renjun ikut menatap hal yang sama. Disana, di hamparan luas hitam itu hanya ada beberapa titik bintang dan bulan sabit, namun entah mengapa, Renjun seolah-olah dapat melihat seluruh alam semesta.

"Gara-gara kamu sering lewat di koridor angkatanku. Eh, sering liat, terus kepincut. Waktu mau ndeketin, ternyata pacar orang."

Benar. Dulu, waktu Renjun masih bersama Mark, mereka sering mengunjungi kelas satu sama lain saat senggang. Jadi wajar kalau banyak yang melihat—atau bahkan mengenali—Renjun karena sering berkeliaran di koridor angkatan atas.

"Tapi kakak, kan, anak hits sekolah, pasti banyak cewek cantik yang deket sama kakak. Kenapa malah aku?"

Jaehyun cepat-cepat menimpali,"Lah, kan, kakak maunya sama kamu, Dek."

Renjun kemudian ingat hal lain,"Waktu kakak ngasih susu pertama kali itu kan, aku udah lama banget putus. Itu kenapa?"

"Maksudnya?"

"Kenapa nggak langsung deketin aku pas aku baru banget putus, gitu."

Entah sejak kapan posisi duduk keduanya berubah. Jaehyun telah bersandar pada tembok, sedangkan Renjun masih di dekapannya, namun dalam posisi bersandar di dadanya. Tangan Jaehyun pun masih bertengger di pinggang Renjun, mengunci yang lebih muda dalam dekapan ringan. Jaehyun sudah menunggu berbulan-bulan hanya untuk ini.

"Kakak deketin kamu abis tiga bulan putus aja, masih banyak yang ngomong jelek ke kamu. Gimana jadinya kalo langsung deketin, omongan jeleknya tambah banyak."

Renjun menyengir lucu,"Iya juga, ya."

Jemari Renjun berpindah ke dalam genggaman Jaehyun, merasakan bagaimana hangatnya telapak lebar dan sedikit kasar itu.

"Tapi mereka cuma iri, kok, soalnya kakak lebih milih kamu daripada salah satu diantara mereka."

"Dih, ke-pede-an!"

"Barusan kamu bilang sendiri kakak anak hits. Gimana, sih!"

Kemudian keduanya lebur dalam tawa bahagia, melupakan banyak beban yang dipikul pundak masing-masing hanya dengan merasa keberadaan satu sama lain. Renjun tahu ia masih takut merajut rasa, namun yakin bahwa Jaehyun membawakan harapan untuk melangkah maju.

to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang