Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
↳ Pertama kali Jeno menjumpai Renjun saat pemuda manis itu ada dirumah Mark, Jeno juga disana karena sejak semalam memang sudah disana. Kesan pertamanya pada Renjun tentu bukan hal aneh-aneh, baginya saat itu Renjun hanya sebatas kekasih dari tetangga yang rumahnya sering Jeno kunjungi. Layaknya orang baru bertemu, mereka berjabat tangan biasa. Beberapa rangkai percakapan menyambung keduanya, apalagi posisi mereka berada di satu sekolah dan angkatan yang sama, namun tampaknya tak pernah berpapasan.
Jeno ingat bagaimana Renjun tertawa heran karena keduanya cukup aktif di sekolah, maksudnya ya bukan hanya duduk di kelas saja, tapi juga jalan-jalan ke lorong yang harusnya tidak mereka sambangi namun tak sekalipun menyadari eksistensi satu sama lain. Mungkin karena jurusan mereka berbeda dan kegiatan keduanya memang bukan hal yang sejalan, makanya tidak pernah bertemu.
"..., sapa aku kalo ketemu di sekolah."
Saat itu Renjun berujar dalam pelukan gemas Mark, Mark disana juga tidak banyak bicara, tapi lebih ke arah memperhatikan interaksi antara Renjun dan Jeno.
Jeno menanggapinya dengan jawaban main-main,"Ogah."
Namun sejak itu keduanya jadi sering menyapa kalau berpapasan, dan seperti yang diminta Renjun, Jeno akan menyapa lebih dahulu dengan kalimat andalannya; halo, nata.
Merembet dari sana, Jisung kemudian berkenalan dengan Renjun juga. Apalagi Mark sering meminta Renjun datang ke rumah saat Jeno dan Jisung sedang merusuh, katanya sebagai pengusir bala. Namun lama kelamaan juga tidak mempan karena mereka bertiga malah main bersama.
Hal paling bodoh yang pernah Jeno lakukan adalah diam-diam memperhatikan Renjun dan ketahuan Mark secara langsung.
Saat itu Renjun ataupun Jisung sudah pulang, hanya Jeno yang tinggal disana karena Mark bilang ingin bicara. Sebenarnya baik Jisung ataupun Renjun tidak tahu kalau mereka ada agenda bicara serius, yang mereka tahu adalah siapapun yang pergi paling terakhir harus ikut beres-beres, karena itu pula Renjun dan Jisung ngibrit pulang.
Tentu saja, Mark tidak basa-basi,"Lo suka sama pacar gue?"
Jeno tidak tahu mau menjawab seperti apa, yang ia tahu, selama ini ia memang sering curi-curi pandang ke Renjun, tapi tak pernah sampai kepikiran untuk suka pada pacar temannya.
"Nggak kok, Bang." Pada akhirnya jawaban kosong yang Jeno sampaikan.
Mark menanggapinya pun dengan sikap santai, tapi Jeno yakin sebenarnya yang lebih tua sudah mendidih,"Gue ingetin aja, Renjun pacar gue, sampek kedepannya pun gitu. Mau lo suka atau nggak juga bukan urusan gue sih, tapi saran aja, jaga mata lo."
"Yoi, Bang." Jeno mulai memunguti sampah yang berceceran di lantai kamar, mencoba mengalihkan diri dari rasa takut dan aura mengintimidasi Mark.
Jeno tentu sadar, sikapnya ini sudah termasuk kurang ajar, makanya ia tidak mengelak sama sekali saat Mark bilang begitu.
"Ya udah, pulang sana. Gue beresin sendiri aja."
"Sorry kalo ngerepotin, Bang."
Mark mengangguk yakin,"Yang penting Nata nggak tau."
Setelah pulang, Jeno benar-benar memikirkan sebenarnya ia menganggap Renjun itu seperti apa, apalagi selama ini Jeno juga tidak pernah memikirkan Renjun sebegitunya.
Sampai kemudian Jeno menyimpulkan kalau selama ini ia hanya denial, mencoba menganggap rasa sukanya pada Renjun sebagai hal remeh agar tidak kelepasan sayang dan melakukan banyak hal agar pikirannya teralihkan. Bodoh sekali karena Jeno tidak sadar, bahkan sampai perlu disadarkan orang lain.