8 | 02:59

1.5K 271 18
                                    

↳ Renjun benar-benar tidak habis pikir, setelah sekian waktu berlalu, ia masih saja dikaitkan dengan seseorang bernama 'Garen' atau mungkin lebih sering disebut 'Mark' dalam narasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun benar-benar tidak habis pikir, setelah sekian waktu berlalu, ia masih saja dikaitkan dengan seseorang bernama 'Garen' atau mungkin lebih sering disebut 'Mark' dalam narasi.

Ingat? Renjun punya kekasih yang jauh lebih harus diprioritaskan daripada seorang Mark. Sumpah, sekalipun ia memulai hubungannya dengan Jaehyun tanpa rasa, salahkah kalau Renjun berusaha tidak bertemu Mark agar hubungannya dengan Jaehyun tidak sia-sia.

Salahkah?!

Satu hal yang Renjun sudah rasa sangat keterlauan adalah bagaimana laporan Mark mabuk di sebuah bar menyambangi telinganya, penelepon—yang memperkenalkan diri sebagai teman Mark—bilang kalau Renjun merupakan satu-satunya harapan agar Mark bisa dibawa pulang.

"Harus banget aku yang jemput dia?" Ulang Renjun, ia bukannya tidak dengar, tapi lebih ke arah menunjukkan penolakan terhadap gagasan teman Mark yang satu ini.

"Ya, gimana lagi. Gue udah bawa empat orang mabuk. Mobil gue nggak cukup buat bawa Garen juga."

Renjun memijat pelipisnya, pusing sekali menghadapi kekacauan yang bahkan tidak perlu melibatkannya. Matanya bergulir ke meja nakas, memperhatikan jam digital yang menunjukkan pukul tiga lebih semenit.

"Ditinggal aja kenapa, sih?!" Sungut Renjun.

"And let him fuck—or maybe fucked by strangers?! Hell, no!" Suara disana ikut meninggi,"Bayangin kekacauannya! Gue bakal ninggalin dia disini kalo dia udah lulus SMA, tapi buat sekarang, jawabannya nggak!"

"Aku nggak punya SIM, nggak mungkin juga minta dianter."

Renjun hanya berharap lawan bicaranya menyerah dan mencari orang lain untuk dimintai tolong walaupun Renjun tahu ia bisa mengemudikan mobil dengan lancar juga.

"Nata, please? Gue tunggu, shareloc-nya udah gue kirim." setelah itu, panggilan terputus sepihak.

Renjun mengganti pakaiannya, memakai hoodie kuning dan menuju ke ruang tengah. Diraihnya kunci mobil, bergegas ke halaman dimana mobil sang Ibu diparkir begitu saja dan menghidupkan mobil tanpa rasa takut. Masa bodoh kalau saat ia kembali ke rumah nanti, akan ditanyai macam-macam, Renjun siap berbohong untuk itu. Untuk sekarang, yang dipikir Renjun adalah harus membawa Mark kemana setelah ia jemput nanti.

Bersyukurlah, karena besok hari Sabtu, jadi Renjun tidak memikirkan sekolah.

——

Dua puluh menit yang menyebalkan di jalanan sepi, sementara ketika sampai, Renjun harus kembali dibuat sebal lantaran menunggu teman Mark di parkiran bar. Ia benar-benar benci gagasan 'menjemput Mark yang mabuk'.

Lagian sejak kapan Mark suka mabuk. Ia memang tidak pernah melarang saat masih pacaran dulu, tapi bukan berarti akan bersikap terbuka dengan kebiasaan buruk dan merusak.

Renjun menoleh ketika seorang menyerukan namanya,"Nata, right?" ada Mark yang sudah tak sadarkan diri dalam rangkulan orang itu.

"Iya." kemudian membuka pintu sebelah kemudi dan membiarkan orang tadi meletakkan Mark disana.

Tiba-tiba Renjun ingat omongan Jeno dua minggu yang lalu.

'Ask him, i mean Bang Garen, or maybe his friend who attend the same party.'

Renjun selalu ingat rupa kakak kelasnya yang satu ini, meski memang tidak pernah kenal langsung ataupun mengingat nama. Buat apa juga.

"Kak, kamu pernah ngajakin Kak Garen party, kan?"

"Yang kapan, nih? Gue sering ngajakin tapi ditolak soalnya dia mau vidcall-an sama elo. Tumben aja, tiba-tiba hari ini dia ngajakin minum."

Renjun menelengkan kepala, agak sedikit bingung dengan kalimat barusan,"Dia nggak bilang kita udah putus?"

"Oh, really? Gue kira masih pacaran. Orang wallpapernya masih muka lo. Pas nyari contact tadi juga masih ada emot love."

Reaksi yang Renjun dapat ternyata tidak seliar yang ia perkirakan, pemuda ini seolah bicara dalam nada tidak peduli, kalau diperkirakan, mungkin karena orang ini menganggap hubungannya dengan Mark adalah hal remeh.

"Party Kak Mina, beberapa bulan lalu." todong Renjun, ia paling tidak suka dengan orang yang tidak fokus dan gampang meremehkan orang lain begini.

"Oh, itu. Iya gue yang ngajakin. Kenapa?"

"Kak Garen ngapain aja disana?"

"Katanya udah putus, berarti bukan urusan lo lagi, kan?"

"Jawab aja kenapa, sih?!"

"Biar gue ngomong sama lo lama, abisnya lo cantik." kalimat pemuda itu diakhiri kekehan ringan, namun berhenti ketika melihat wajah datar Renjun,"Oke, oke, gue ceritain."

"Buruan."

"Sabar, cantik!" pemuda itu menggulirkan pandangan pada Mark yang tidur di dalam mobil lewat kaca depan,"Waktu itu yang mabuk banyak banget dan sorry, gue nggak inget kalo malem ngapain aja, tapi pas pagi gue masih disana. Bangun pas ada orang teriak marah-marah, ternyata itu bocah sama Mina lagi ribut. Nggak tau ngomongin apa, nggak inget, tapi kayaknya sih Mina nggak pake baju, jadi bungkus selimut gitu doang. Paling malemnya mereka mabuk terus nggak sadar ngewe."

Renjun terdiam, bingung bagaimana harus merespon, bingung juga harus percaya atau tidak karena orang ini tidak kelihatan meyakinkan. Bagaimana Renjun akan yakin, kalau kesan pertamanya saja sudah tidak menyenangkan.

"Udah nggak usah dipikir, kalo lo beneran bosen sama Garen, ada gue."

Kali ini Renjun menatapnya lamat-lamat, sedikit menyertakan emosi karena pembicaraan ini ternyata tidak menghasilkan apa-apa.

"Btw, gue Johnny." tangannya terangkat ke sebelah telinga dengan tiga jari paling dalam tertekuk membentuk simbol telepon,"Kalo bosen, pengen main, telfon aja. Nomer gue nggak bakal ganti." ujarnya diiringi kedipan genit.


to be continued




Johnny Seo as Jonathan Young(Johnny) / (19 y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Johnny Seo as Jonathan Young
(Johnny) / (19 y.o)



Maap ya, Johnny jadi pakboi dulu.

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang