Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
↳ Renjun datang saat Mark baru saja menyelesaikan satu film detektif dari aplikasi langganan nonton film. Anak itu tidak banyak bicara seperti biasanya, tidak terlihat bahagia juga padahal 'sepertinya' masalah-masalah disekitar mereka mulai terurai dan menuju titik terang. Bunda Mark juga sudah lebih baik, Mark sendiri juga bisa dikatakan sembuh. Tidak ada yang kurang, lalu mengapa Renjun terlihat tidak senang?
Niat Mark mengajukan pertanyaan selalu urung lantaran Renjun seolah-olah tidak melihat keberadaan Mark di sekitarnya. Bocah itu hanya diam sambil mengeluarkan beberapa bungkus makanan cepat saji dan sayur-sayuran baru.
Kondisi dapur juga hening karena Mark tidak punya nyali untuk mengawali percakapan, ia hanya membuntuti Renjun seperti biasa sampai Renjun akhirnya angkat bicara.
"Belum makan, kan?"
Dalam hati Mark menggeram sedih, suara Renjun terdengar serak dan tidak bersemangat.
"Belum." Kemudian ikut membantu menata makanan cepat saji di meja makan,"Besok-besok yang belanja kakak aja, Nat."
"Hah? O-oh nggak apa-apa, ini disuruh Mama, kok."
Mark mengernyit heran, Renjun sepertinya tidak fokus sama sekali dengan kondisi sekitar. Meski ada senyum tipis di bibir Renjun, tapi tetap saja Mark tahu ada yang tengah disembunyikan. Ingat sendiri sudah berapa lama mereka kenal satu sama lain, mudah saja mendeteksi perihal gampang begini.
Meski takut tak ditanggapi, Mark akhirnya menyuarakan pikirannya,"Kamu... ada apa?"
Reaksi terkejut Renjun memang tidak heboh, tapi sudah cukup untuk meyakinkan Mark kalau anak ini menyimpan sesuatu.
Renjun mengulas senyum lebih lebar,"Nggak ada apa-apa."
Mendapati tanggapan berupa omong kosong, Mark memilih diam. Mungkin Renjun memang punya masalah yang tidak seharusnya dibagikan ke orang-orang, tapi Mark jadi seperti tidak berguna begini rasanya. Ya, memang Mark bukan kekasih Renjun lagi, tapi anak itu kan masih bisa berbagi dengan Mark sebagai teman.
Dalam suasana canggung, keduanya menyantap makan malam mereka lamat-lamat. Ada dua burger, dua ayam dan satu kantung kentang goreng ukuran besar yang tentunya jauh lebih menarik dinikmati daripada tenggelam dalam pikiran negatif.
"Kak Garen—"
Mark mendongak, ditatapnya Renjun intens. Senyum yang Renjun ulas selalu jadi senyum paling cantik yang Mark pernah lihat.
"—thanks. Maaf kalo aku nyusahin."
"Perasaan kakak nggak ada nolong kamu."
Mark ingat dengan jelas, beberapa bulan terakhir ini apa yang ia lakukan adalah menambah beban Renjun, apalagi dua minggu terakhir ini Mark bisa saja tidak terurus kalau tidak ada Renjun.
Senyum Renjun semakin lebar,"Ya, cuma makasih aja. Emang nggak boleh?"
"Jangan aneh-aneh, deh. Jelas banget kamu lagi sedih gitu."
Senyum Renjun memang tidak luntur, namun sorot matanya menyampaikan kejujuran,"Serius, sedihku sepele, jadi nggak apa-apa."
Mark menaruh potongan burgernya di meja, menghela nafas sejenak sebelum menatap Renjun nanar,"Kamu kalo ada apa-apa bilang sama Kakak. Ya, kakak tahu kita udah nggak pacaran lagi, tapi kamu tetep bisa cerita sama kakak, Nat. Kamu bisa nganggep kakak, sodara kamu, sahabat atau apapun yang bikin kamu nyaman. Jangan dipendem sendiri kalo ada masalah."
Renjun terkekeh pelan,"Dih, siapa yang kemarin-kemarin sok mutusin aku gara-gara ada masalah sama cewek. Ngaca, dong."
Diam. Mark kali ini tak kuasa membalas karena perkataan Renjun adalah fakta. Beruntungnya karena Renjun sempat menyelipkan kekehan menggemaskan, canggung di antara keduanya perlahan pudar kembali.
"Ya, maaf. Tapi serius, kalo butuh curhat bilang ke kakak."
Sejenak Renjun tidak menanggapi, Mark sendiri juga kembali fokus pada makanan di hadapannya.
Mark kembali mendongak dan mengamati Renjun ketika yang lebih muda menghela nafas berat dan meletakkan burger yang telah digigit dengan lesu. Jelas sekali ada senyum sendu terulas di bibir Renjun.
"Aku sama Kak Jaya udah putus."
Jadi Mark harus senang karena ada kesempatan atau sedih karena Renjun seolah tak rela hubungannya dengan Jaehyun berakhir?