Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
↳ Hal pertama yang Renjun lakukan begitu sampai di Rumah Sakit lain tempat Mark di rawat adalah menemui wanita berambut pirang bernama Rosaline. Tubuhnya tinggi-kurus dan terlihat keren dalam balutan jas dokternya. Senyumnya menyambut kedatangan Renjun di lobby rumah sakit dengan ramah.
"Nata, benar?"
Renjun mengangguk cepat,"Jadi, dimana Kak Garen?"
"Mari ikuti saya."
Sang Gadis menuntun Renjun dan Jaehyun ke salah satu bilik tirai, menyingkapnya kecil, memberi isyarat agar kedua remaja itu masuk.
Mark masih dalam kondisi tak sadarkan diri. Renjun dengan jelas melihat kedua siku dan dahi Mark dibalut gulungan perban putih.
Rosaline mengatakan bahwa Mark tidak sadarkan diri semenjak dibawa ke rumah sakit. Petugas medis yang menjemput Mark di lokasi kejadian, sempat menyampaikan kalau Mark mengalami keterkejutan hingga jatuh pingsan. Luka yang diderita pemuda itu juga tak separah yang sempat Renjun bayangkan. Setidaknya hanya dengan mendengar apa yang disampaikan Rosaline, sedikit mempermudah Renjun bernapas.
"Pasien akan dibawa ke kamar bila wali sudah melengkapi administrasi. Silahkan ikuti saya."
"Baik, Dok." Jawab Renjun.
Langkah Renjun tertahan, pelakunya tidak lain adalah Jaehyun, sang kekasih. Yang lebih tua tersenyum tipis, setelah itu berujar dalam suara menenangkan,"Disini aja, jagain Garen, biar kakak yang ngurus administrasinya."
Jaehyun beranjak pergi setelah melihat anggukan Renjun, tak lupa menyematkan usakan di rambut yang lebih muda sebelum hilang di balik tirai.
Sepeninggalan Jaehyun, Renjun duduk di kursi dekat ranjang Mark, memperhatikan wajah penuh luka yang lebih tua. Dirabanya salah satu perban di lengan Mark, membayangkan perihnya luka itu bertengger di permukaan kulit. Lagian kenapa bisa Mark seceroboh ini. Sebelumnya, Mark tidak pernah kecelakaan motor. Meskipun Renjun tahu kalau Mark punya kebiasaan ngebut, bukan berarti ia berkendara secara ugal-ugalan.
"Nata?"
Suara serak itu menarik Renjun untuk mendongak, membawa maniknya bersirobok dengan mata sayu yang lebih tua.
"Bentar, diem! Jangan ngapa-ngapain!" Ujar Renjun, tangannya menggapai tombol merah di atas kepala Mark.
Seorang Dokter dan suster segera datang, menjalankan pemeriksaan singkat sebelum pamit undur diri setelah mengabarkan bahwa kondisi Mark sudah jauh lebih baik dan tidak mengalami cedera serius.
——
Renjun meninggalkan dua orang—yang jelas sekali memperebutkannya—di ruang perawatan hanya berdua. Ia butuh menelpon sang ibu dan mengabari perkembangan kondisi Mark saat ini tanpa perlu diganggu. Sebenarnya masa bodoh juga dengan perang dingin antara Mark dan Jaehyun, Renjun tidak ada niat peduli. Itu urusan mereka, apapun yang mereka ributkan, bagaimanapun caranya Renjun tetap punya haknya sendiri untuk memilih.
Sesaat sebelum Renjun pamit undur diri dan meninggalkan mereka, dua orang itu menatapnya kaget, seperti enggan di tinggal. Jaehyun yang terang-terangan mengusulkan Renjun tetap berada dalam satu ruangan bersama mereka. Ya, siapa tahu kalau Mark tiba-tiba menyerang Jaehyun, kan hanya antisipasi. Toh, dengan begitu Jaehyun bisa selangkah lebih maju di depan Mark.
"Iya, Ma. Mending aku aja yang jagain kak Garen."
"Serius, gapapa?"
"Ya, emangnya kenapa?"
"Ya, kan, mantan kamu. Nanti clbk lagi." Suara Mama Nita terdengar menyebalkan.
Renjun mendecak kesal, ia tidak suka di goda saat serius begini,"Apa sih, Ma."
Meskipun ia harus jadi korban, setidaknya Mama Nita tidak terpuruk lebih lama, mendengar tawa dan kekehan pelannya sudah melegakan dada Renjun. Ia hanya takut kalau sang mama ikut jatuh sakit karena mengkhawatirkan orang lain.
Telepon berakhir dengan ucapan sampai bertemu kembali untuk kemudian Renjun matikan sambungan dari pihaknya. Matanya sedikit was-was karena pemberitahuan grup chat bersama tiga kawannya yang lain tiba-tiba ramai dengan kiriman foto dari sisi Haechan.
Biasanya ada dua kemungkinan bila Haechan mengirimkan foto begitu banyak dalam kurun waktu singkat; Pertama, Haechan iseng mengirim meme aneh. Kedua, Haechan membawa berita terhangat dari lingkungan per-ghibah-an. Melihat dari balasan-balasan penghuni grup, Renjun yakin kalau Haechan tengah mengirimkan sesuatu selain meme iseng.
Total ada empat foto yang Haechan kirim, masing-masingnya terlihat serupa, namun Renjun yakin ada perbedaan dari delapan foto yang Haechan kirim. Chenle dan Jaemin yang berkomentar paling banyak, berkali-kali menyebut namanya dan kalimat yang ditulis dalam huruf kapital.
Dibukanya salah satu foto yang berada dalam urutang tengah, foto paling mencurigakan karena ada lingkaran merah pada dua kepala objek dalam foto.
Sedikit remang, berantakan, penuh dengan orang-orang tumbang di lantai serta sofa dan resolusi gambar rendah, namun Renjun jelas tahu siapa sepasang anak adam dan hawa yang tengah beradu bibir.
Renjun tersenyum masam,"Oh, ini bagian yang tidak diceritakan Johnny, ya?'