12 | 00:21

1.3K 237 16
                                    

Halo, setelah seminggu ngga update apa-apa, akhirnya aku update lagi. Nah, sekalian aku mau minta tolong kalian buat nonton dan like video yang ada di atas. Grup Cover Dance aku lagi ikut lomba yang diadain YG Entertainment, dan salah satu penilaiannya adalah 50% views. Tolong dibantu ya, 1 view dari kalian berharga banget buat aku. Makasih.

———





↳ Renjun masih diruang inap Mark sampai hari telah berganti, benar-benar bohong pada Jaehyun tentang penjemputannya oleh sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun masih diruang inap Mark sampai hari telah berganti, benar-benar bohong pada Jaehyun tentang penjemputannya oleh sang ayah. Ia sebenarnya bisa saja meninggalkan Mark sendirian, namun tak sampai hati saja. Kalaupun Renjun pulang dan digantikan suster yang berjaga, Renjun malah kelihatan tidak bertanggung jawab sama sekali, apalagi ia yang mengajukan diri untuk menjaga Mark disini.

Obrolan mereka berhenti begitu saja setelah Renjun selesai mengabarkan rumor yang beredar di antara siswa sekolah mereka. Mark juga tidak banyak berkomentar karena ciuman itu memang sempat terjadi. Setidaknya dari sini Mark mulai mengendus sesuatu yang tak beres, apalagi munculnya foto kejadian yang jelas-jelas hanya berlangsung singkat.

Sesuatu sesingkat itu tak mungkin tertangkap kamera kecuali seseorang telah merencanakannya.

Dipandangnya Renjun yang rebahan di sofa, yang lebih muda kelihatan lelah meski tak kunjung terlelap. Mark ingat sekali kalau Renjun punya kebiasaan begadang ringan dan selalu uring-uringan kalau takut tidak bisa bangun pagi, tapi sepertinya sekarang sudah bukan masalah lagi.

"Tidur, Nat."

Meskipun begitu, Mark juga selalu punya kebiasaan untuk mengingatkan.

"Iya, bentar."

Well, jawabannya pun selalu sama.

Renjun kembali terlihat memainkan ponselnya, kali ini dengan dahi yang berkerut dan sorot mata yang kosong.

"Kak Garen...,"

"Hm?"

"Apa alesan kakak minta putus waktu itu, gara-gara Kak Mina?"

Diperhatikan kembali sosok mungil itu dari kejauhan. Aksinya masih sama, memainkan ponsel seolah-olah tak terlalu peduli dengan topik obrolan kali ini.

Pepatah mengatakan; sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Apa gunanya tetap menyembunyikan banyak hal kalau Renjun saja sudah tahu awal dari masalah tak teruraikan ini. Mark menegakkan tubuhnya, bersandar pada kepala ranjang sebelum kemudian berujar,"Ya, kurang lebih gitu."

"Kakak nggak mau kamu tau karena, ya—gimana, ya?" Mark menggaruk tengkuknya kikuk,"Kakak cuma berharap kamu bakal baik-baik aja."

Dengusan meremehkan Mark dapat kemudian, di seberang ruangan, Renjun menatapnya nanar,"Kebiasaan. Suka menyipulkan sendiri."

"Maksudnya kamu nggak bakal dilukai, Nata." Elak Mark setelahnya.

Renjun menaruh ponselnya di meja, menatap langit-langit ruangan dengan angan yang berkenala jauh,"Ya, tapi gara-gara kakak ambil keputusan sendiri, aku jadi kayak orang bodoh."

Mata keduanya bertautan, meresapi kehadiran masing-masing meski harus menahan diri dan tetap memberi jarak.

"Seandainya kakak bilang, Kak Jaya—"

Mark memotong,"Hubungan kamu sama Jaya nggak ada hubungannya sama ini. Kalau kalian emang ditakdirin pacaran, ya, kenapa harus nolak?"

Satu buah jeruk mengenai perut Mark tepat sasaran, pelakunya tak lain adalah Renjun, mantan kekasihnya.

"Aduh!"

Renjun mendecih kesal,"Ck, kok goblok gitu, sih!" Ujarnya bersungut-sungut, tidak peduli mau Mark habis kecelakaan atau apa, ia emosi sekali. Apalagi melihat Mark menguntai tawa lirih, sepertinya yang lebih tua tidak keberatan kalau beberapa jeruk lain menghujaninya.

"Nggak usah ketawa, ya!"

Keukeuh. Mark sepertinya memang punya sembilan nyawa hingga ancaman kemarahan dari Renjun, ia abaikan.

Renjun tetap mempertahankan wajah garangnya, mencoba mengintimidasi Mark lebih lanjut.

Tawa menyebalkan itu tak lama kemudian berhenti, namun alasannya bukan karena ancaman non-verbal Renjun, melainkan karena pemuda yang tadi sore baru saja kecelakaan, mengganti tawanya dengan untaian lisan.

"At least kakak tau, masih ada tempat di hati kamu." Mark tersenyum lebar, berharap makna kalimatnya sampai pada Renjun tanpa ada satupun kesalahan persepsi.

Renjun tertegun, membeku pada posisinya dengan pipi merona tipis, entah merona karena senyum tampan Mark atau kalimat yang ia dengar, tapi yang jelas, Renjun tak mampu menyembunyikan perasaan membuncah dalam dadanya.

"Apa, sih!" Kemudian ia merubah posisi, membiarkan Mark tertawa di belakang punggungnya, sementara ia sendiri menyembunyakan wajah di balik bantal sofa.

Renjun, ingat dong, pacarmu itu Jaehyun, bukan Mark lagi.



to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang