13 | 08:23

1.3K 236 16
                                    

↳ Hari Senin datang seperti jelangkung; datang tak dijemput, pulang tak diantar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari Senin datang seperti jelangkung; datang tak dijemput, pulang tak diantar. Semakin menyebalkan lagi karena hari Senin ini adalah hari pertama semenjak foto Mark dan Mina berciuman rilis. Meski masih belum tahu seratus persen kebenarannya, setidaknya Renjun kini yakin harus berpijak di sisi sebelah mana. Ketiga sahabatnya juga terlihat tidak ambil pusing dengan berita itu, namanya juga masih hoax meskipun itu adalah foto dari kejadian nyata.

Chenle yang paling kelihatan yakin kalau pengambilan foto itu sudah direncanakan. Anak itu memang suka berlagak jadi detektif, apalagi setelah mendengar cerita singkat dari Renjun (yang asalnya dari Mark) kalau ciuman itu tidak berlangsung lebih dari lima detik.

"Terus, Kak Garen sekarang gimana?" Jaemin bertanya penasaran.

Renjun menyahut dengan acuh,"Njogrok di RS, tuh!" Habisnya, setiap ia ingat Mark, ia akan ingat percakapan terakhir mereka semalam,"Orangnya juga udah tau fotonya."

"Terus-terus!?" Haechan menyahut semangat. Namanya juga ahli julid, ada berita baru, jelas hebohnya minta ampun.

"Terus nabrak."

Lagi, Renjun menyahut acuh. Menikmati donat kantinnya lamat-lamat. Dia lapar tahu, semalam tidur di Rumah Sakit menjaga Mark dan baru pulang ketika fajar hanya untuk mandi dan siap-siap berangkat sekolah.

Bibir Haechan mengerucut gemas,"Ih, Nat!"

(Bayangin Haechannya pouting, gaes!)

"Ya udah, gitu, doang."

Jaemin merotasikan matanya malas ketika rona merah di ujung telinga Renjun makin terlihat jelas,"Jujur nggak kamu, Nat!?" Desaknya curiga.

Renjun berujar dengan pipi menggembung isi donat,"Rahasia, ah! Masa aku ngomongin ke kalian semuanya."

"Ga asik." —Haechan yang haus julid.

Chenle menengahi,"Inget, Nat, ada kak Jaya."

Suasana kembali suram, kali ini Renjun kelihatan sekali tengah gundah. Wajahnya berubah lesu dan sudut bibirnya tertarik turun,"Inget, kok."

Tiga orang lainnya tentu sadar bagaimana perasaan Renjun pada Jaehyun, mereka hanya diam karena bukan hak mereka juga untuk memutuskan Renjun harus bersama siapa. Renjunlah yang punya kendali penuh atas dirinya, mereka bertiga disana hanya untuk mendukung keputusan Renjun.

Pagi yang damai itu kemudian berubah riuh ramai, asalnya dari koridor sebelum kemudian sampai di depan kelas Renjun. Sosok Mina berdiri di ambang pintu dengan pakaian santai, kelas dua belas memang diliburkan setelah ujian nasional. Si Gadis terlihat begitu emosi dengan nafas terengah dan tatapan benci terarah pada Renjun seolah-olah ingin membunuhnya.

Renjun benar-benar tidak berharap kalau Mina—topik hangat gosip sekolah akhir-akhir ini—akan mendatangi sekolah penuh amarah begitu.

"Kinata Nismara!"

Tubuh Renjun membeku, tidak menyangka tujuan si gadis menyambangi sekolah saat hari libur adalah dirinya. Astaga Renjun bahkan tidak pernah berbuat salah padanya.

Sang gadis menujuk Renjun kemusuhan,"Bisa nggak sih nggak usah gangguin!"

Hah?

Tidak ada yang menghentikan aksi sang gadis melangkah kesetanan menuju bangku Renjun. Lusinan siswa-siswi disana hanya diam dalam jarak aman. Bagi mereka, tontonan langka seperti ini tidak patut dihentikan. Bisa dilihat di beberapa sudut, kamera ponsel mulai mengarah pada sosok keduanya. Tak lama lagi video mereka akan bertebaran di group chat anak-anak sekolah.

Satu hal yang tak orang-orang ini duga adalah tangan Mina yang tiba-tiba terangkat dan mengayunkan sebilah cutter kecil dari saku celana longgarnya,"Mati lo!"

Tak sempat menghindar lebih jauh, Renjun hanya mampu menamengi diri dengan tangan. Teriakan panik murid lain ikut meramaikan keadaan ketika darah segar mengalir di punggung tangan Renjun.

Jaemin—yang beruntungnya berada paling dekat dengan Mina—akhirnya berinisiatif menendang tangan Sang Gadis hingga cutter di tangannya terlempar.

Manik Renjun dan Mina sempat saling tertambat, yang satunya mengirim amarah, yang satunya kebingungan. Para Guru datang tak lama kemudian, memisah dua muridnya. Meski tak tahu apa-apa, toh Renjun tetap tergeret ke ruang kesiswaan.



to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang