2 | 18:45

2.3K 394 5
                                    

↳ Niat awal Renjun tidak terealisasikan sama sekali padahal ia sudah susah payah menunggu Mark bangun sembari duduk di kursi belajarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Niat awal Renjun tidak terealisasikan sama sekali padahal ia sudah susah payah menunggu Mark bangun sembari duduk di kursi belajarnya. Namun begitu Mark bangun, pemuda itu kelihat linglung dan kaget, mungkin efek bangun tiba-tiba. Renjun jadi gemas sendiri melihatnya.

Bilang saja sih kalau belum bisa melupakan Mark!

"Uh!" Mark mencoba bangkit dari posisi tidurnya meski susah payah dan duduk dengan mata setengah terpejam,"Jam berapa, Nat?"

"Jam tujuh kurang lima belas." Renjun ikut bangkit, menyerahkan segelas air yang sejak tadi ia taruh di meja belajarnya,"Nih, minum dulu."

"Thanks."

Renjun mengamati sosok Mark lamat-lamat. Kali terakhir ia melihat pemuda ini bangun tidur adalah seminggu sebelum mereka putus. Keadaannya terbilang cukup mirip. Mark mengantarnya pulang dan singgah sebentar di rumah Renjun, tidak tahunya malah ketiduran. Namun hari itu mereka tertidur bersama, saling merengkuh karena diluar sedang hujan dan Renjun terbangun duluan hanya untuk mengamati menggemaskannya wajah tertidur Mark.

Ditariknya nafas dalam-dalam sembari menghentikan lamunannya,"Disuruh Mama mandi lalu ikut makan malam." ujar Renjun.

"Tapi aku nggak bawa baju—"

Dengan cepat Renjun memotong, sudah memprediksi jawaban Mark jauh-jauh,"Ada baju kakak yang ketinggalan. Celananya bisa pakai punyaku."

Mark tidak jawab lagi. Ia segera bangkit dari kasur dan menuju kamar mandi di kamar Renjun.

Kembali Renjun perhatikan punggung Mark yang melangkah masuk ke kamar mandi, dadanya bergemuruh mengganggu, namun semakin sakitnya ditahan, semakin sesak pula dada Renjun. Selalu begini setiap ingatan tentang hari putusnya dengan Mark menyeruak ke permukaan.

Berakhirlah ia mengusap wajah kalut, disertain helaan nafas berat dan mata berair. Sepertinya Renjun tidak bisa berhenti, baik memikirkan masa lalu atau berharap kembalinya untaian diantara mereka.

——

Mark tahu tidak akan ada yang pernah sama lagi diantara mereka. Sering kali ia menyadari Renjun mencoba menghindar kala mereka berada dalam lingkup yang sama, lebih seringnya mencoba tidak menatap sama sekali pada Mark. Dan bila mereka berpapasan, Renjun pasti tengah mengobrol dengan teman segerombolannya.

Tiga bulan berlalu dan ia sendiri hanya mengamati Renjun dari jauh. Sadar bahwa eksistensinya akan menorehkan luka yang sama pada sosok cantik itu.

Omong-omong, Renjun memang cantik—sangat cantik malah—hingga ia takut Renjun yang telah berpisah dengannya, dimiliki orang lain.

Begitu mereka berdua putus, kabarnya menyebar sangat cepat. Keesokan harinya, hampir seluruh siswa sekolah menggosipkan ia maupun Renjun, padahal mereka juga bukan siswa populer. Hampir setiap hari pula Mark mencuri dengar rencana murid lain berbicara tentang mendekati Renjun, namun dari sekian manusia hanya Jaehyun yang benar-benar melangkah maju.

Kali pertama Jaehyun memberikan susu kotak pada Renjun, ia menyaksikannya sendiri dari jauh. Menertawakan pilihan rasa Jaehyun pada susu kotak itu. Renjun mana mungkin mau meminum susu coklat dan benar saja, ternyata Chenle yang meminum.

Namun kejadian hari ini berhasil menyebabkan Mark khawatir tersaingi. Apalagi saat Jaehyun terlihat menawarkan tumpangan pulang pada Renjun. Senyum Renjun yang seolah menerima kehadiran Jaehyun mengganggu akal sehatnya. Beruntung sekali, mama Renjun mengirim pesan, kalau tidak ia pasti telat selangkah. Pun ia juga sadar kalau caranya mengajak Renjun pulang tadi sedikit kasar.

Begitu selesai membasuh sabun di tubuh, Mark menyahut handuk baru dari rak kecil di dekat wastafel kemudian keluar.

Keadaan kamar Renjun sudah sepi, hanya diisi aroma harum parfum Renjun dan lampu kelap-kelip di tembok. Sepertinya sang pemilik kamar berada di luar, lagipula untuk apa menunggu Mark mandi, mereka sudah bukan sepasang kekasih.

Mark mendengus kecil, menertawakan pikirannya sendiri, bagaimana bisa ia berharap begini, seperti orang bodoh saja.

Tak ingin berlarut lebih lama, segera ia memakai kaus dan celana yang sepertinya disiapkan Renjun diatas kasur. Masih ada satu skenario yang perlu ia jalani; menjadi pacar Renjun dihadapan kedua orang tua si pemuda cantik.

to be continued


sesuai janji, aku double up.

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang