Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
↳ Jangan tanya bagaimana perasaan Renjun, ia tidak akan pernah menjawab dengan pasti. Bagi Renjun, semua yang berhubungan dengan perasaan selalu tidak konsisten, banyak faktor yang akan diubah dan berubah sesuai dengan kondisi. Dulu, hati Renjun berpihak pada Mark, kemudian hari ini pada Jaehyun, lalu entah esok hari akan berubah pada siapa lagi.
Tidak ingin berbohong, tapi Jaehyun memang tampan. Siapapun ingin menempatkan nama mereka bersebelahan dengan nama Jaehyun dan menginjak siapapun yang mencoba merebutnya. Tetapi apakah Renjun yang akan menginjak ataupun yang diinjak, ia masih tidak yakin berdiri di sisi sebelah mana.
Sebenarnya tidak ada perbedaan antara bersama Jaehyun ataupun Mark, ia akan tetap dicemooh banyak orang, diremehkan sedemikian rupa karena duduk di singgasana khusus padahal mereka hanya iri.
Layar ponselnya terus menyala, menampilkan banyak sekali pemberitahuan baru. Renjun sudah cukup muak dan membiarkan ponselnya tetap menerima pemberitahuan tanpa membukanya sama sekali.
Begitu Renjun dan Jaehyun mengunggah foto di akun instagram masing-masing, komentar berdatangan dengan intens, seringnya berkomentar tentang kekagetan mereka dan ucapan selamat, namun Renjun tetap saja melihat namanya dihubungkan dengan suatu hal buruk. Lucunya, Renjun melalui kejadian yang sama dua kali tanpa rasa kapok; dicemooh akibat berhubungan dengan laki-laki tampan.
Pandangannya kembali menatap layar laptop. Pikirannya tidak terpusat pada film yang tengah diputar, namun huru-hara kecil dan bayangan tentang namanya menjadi bahan gosip anak-anak sekolahnya. Sudah pasti sih namanya nangkring di grup chat orang.
Renjun mendengus lucu, pada akhirnya menyadari kalau ialah yang akan menginjak manusia-manusia itu dengan diamnya. Renjun tidak melakukan apa-apa, namun Jaehyun saja bertekuk lutut. Bagaimana kalau Renjun melakukan sesuatu, bayangkan kekacauannya.
Kali ini ponselnya kembali ribut, layarnya menampilkan nama Jaehyun dengan emoticon hati, Renjun geli sendiri melihatnya. Eh! Tapi bukan Renjun, itu Jaehyun sendiri yang menggantinya begitu.
"Halo?"
"Sayang, nggak usah liat komentarnya!"
Renjun terkekeh, konyol saja mendengar panggilan baru Jaehyun untuknya,"Udah liat kali, Kak."
"Termasuk yang jelek-jelek?"
"Iya."
Renjun dengar Jaehyun mendecak kesal diujung sana,"Halah, aku nggak apa-apa, Kak. Kayak bakal kenapa aja gara-gara di omongin jelek."
"Ya nggak gitu juga. Kakak cuma khawatir sama kamu, baru juga kita jadian."
"Aku udah pernah ngelaluin hal yang sama—and it's not a big deal, boleh aja mereka komen tapi yang punya hubungan kita, yang ngejalanin juga kita. Apa yang akan kita lakuin nggak berpegang sama komentar mereka sama sekali. Itu menurutku. Toh, kakak sendiri yang bilang kita bakal banyak rintangan, jadi aku mau bertahan buat kakak."
Sempat ada diam, mungkin karena Jaehyun tidak mengira Renjun ternyata sekebal dan sepedas itu pada orang-orang yang menentang hubungan mereka. Jaehyun kira Renjun adalah seseorang yang harus sekali dilindungi, pertama, karena posturnya yang kecil, kedua, karena ia tidak pernah melihat Renjun marah. Namun hari ini Jaehyun sadar, ada hati yang kuat dibalik tubuh mungil itu.
Sosok ini yang tadi sempat bilang kalau ia belum punya rasa pada Jaehyun, tapi mendengarnya bicara bahwa ia berkorban untuk Jaehyun dan hubungan mereka, membawa kehangatan dalam hati Jaehyun. Diam-diam Jaehyun bersyukur berhasil membawa Renjun ke sisinya.
"Mending kamu daftar radio sekolah sana, jadi DJ terus bacain komplain sama ngasih saran."
Arah percakapan keduanya berubah drastis. Jaehyun yakin, Renjun sebenarnya juga tidak nyaman kalau mereka terlalu lama membahas omongan orang. Benar sekali kata Renjun, ini hubungan mereka dan hanya mereka yang dapat memutuskan akan seperti apa hubungan ini.
"Apa, deh! Absurd banget!" Renjun terdiam sejenak, tiba-tiba saja ingat tujuannya hari ini bertemu Jaehyun kan untuk bertanya sesuatu, kenapa malah jadi melenceng begini,"Kak, kakak belum bilang kenapa bisa berantem sama Kak Garen."
"Nggak mau pas ketemu lagi aja bahasnya?"
"Udah penasaran banget, lagian kenapa kok kakak mau aja diajak berantem?"
"Dia yang mukul duluan, Dek, kakak nggak ngapa-ngapain padahal."
Aneh, aneh sekali. Haechan bilang, Mark memukul Jaehyun tepat setelah namanya disebut, namun pengakuan Jaehyun agaknya sedikit melenceng dari cerita yang Renjun dengar. Sepertinya, menanyai Jaehyun langsung juga bukan hal benar, bertanya pada Mark pun belum membuahkan hasil, jadi Renjun akan menunggu waktu sampai semuanya terbongkar.
"Ya udahlah."
Renjun mengakhiri topiknya begitu saja, diam-diam memikirkan cara lain untuk mencari tahu. Percakapan keduanya berlanjut, membicarakan banyak hal hingga akhirnya jatuh dalam mimpi tanpa ingat mematikan sambungan telepon.
to be continued
#HAPPYHAECHANDAY
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.