2 | 14:55

2.5K 452 13
                                        

↳ Tiga puluh menit perjalanan dan yang Renjun pikirkan hanya menyiapkan rentetan kata untuk memarahi Mark nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tiga puluh menit perjalanan dan yang Renjun pikirkan hanya menyiapkan rentetan kata untuk memarahi Mark nanti. Renjun pulang dengan siapa saja (atau bahkan sendiri) juga tidak masalah, tapi kenapa Mark malah bersikap kurang aja begitu pada Jaehyun. Ia sudah cukup besar untuk pulang sendiri, kenapa pula mamanya malah meminta diantar pulang Mark.

Sesaat kemudian motor Mark berhenti di depan pagar rumah Renjun. Sang penghuni rumah segera turun, menyiapkan nafas untuk merapalkan siraman rohani.

"Kakak—"

"Stop!" Mark melepas helmnya,"Kakak tahu kamu marah. Kakak juga ngaku salah."

"Kalo gitu minta maaf ke kak Jaya."

"Nata—"

"Kakak dulu yang bilang jangan kasar sama orang." Renjun menatapnya nyalang,"Kenapa jadi begini?"

Mata berkaca Renjun mengacaukan segalanya, terutama sikap keras yang coba Mark pertahankan,"Menurut kamu, kenapa?" suara Mark terdengar melemah.

"Ya, mana aku tau. Dimataku, kakak nggak punya alasan."

TIN! TIN!

Bunyi klakson menghentikan untaian dialog keduanya. Dengan serentak, sepasang anak manusia itu menoleh, mendapati sosok mama Renjun yang nongol dari balik kaca mobil.

TIN!

"Ngapain pacaran di depan sini. Masuk semua!"

Mark bingung, ia mencoba mencari jawaban pada Renjun, namun bocah itu sudah melengang pergi dan membuka pintu gerbang. Mau tak mau, Mark mengikuti saja dan membawa motornya masuk ke halaman rumah Renjun.

——

Mark berakhir di ruang tamu, duduk bersama Mama Nita dan Renjun. Sedikit heran karena Mama Nita sepertinya tidak tahu kalau keduanya sudah putus beberapa bulan lalu, namun daripada mengacaukan lebih banyak hal, diputuskannya mengikuti alur yang Renjun buat.

"Garen, makasih ya, mau nganter pulang Nata."

Mark terkekeh canggung,"Ehehe, nggak masalah, Mah."

"Itu lagi, kenapa duduknya jauh-jauhan."

Astaga, Mark panik sendiri. Baru ia sadari kalau ia duduk begitu jauh dari Renjun dan pastinya akan menimbulkan kecurigaan.

"Ee, anu—"

Namun belum sempat dijawab, Renjun bangkit dari duduknya dan naik ke kamar. Meninggalkan suasana canggung diantara satu remaja dan satu orang dewasa.

Mama Nita kembali berujar,"Nata ngambek lagi?"

Mark menggaruk tengkuknya, setengah karena gatal, setengah lagi karena kikuk,"I-iya."

Hampir saja, batin Mark.

"Yaudah, dibujuk dulu sana. Mama juga mau ke kamar dulu."

Sadar-sadar, Mark sudah di ambang pintu kamar Renjun. Pintunya memang tidak ditutup, jadi Mark bisa langsung melihat sosok Renjun yang melucuti seragam sekolahnya. Meski hanya punggung yang dapat Mark lihat, tapi ia tidak bohong kalau ingin sekali memeluk Renjun dari belakang seperti dahulu.

"Astaga!"

Renjun berjingat kaget, tangannya menyilang di depan tubuhnya, berusaha menutupi apapun yang terlihat. Memang sejak dulu Renjun tidak suka memperlihatkan tubuh, padahal Mark juga tahu anatomi laki-laki dengan baik, hehe.

"Kakak juga cowok, kok. Apa salahnya liet badan kamu." Mark berusaha berujar dalam nada jenaka, padahal dalam hati ketar-ketir sendiri takut kelepasan.

"Mesum banget! Merem dulu sana!"

Namun ia tidak mengindahkan perintah Renjun,"Buruan pake baju aja." ujarnya sembari melangkah masuk dan berguling di kasur Renjun, puta-pura tidak peduli. Tasnya tergeletak sembarangan di lantai, kebiasaan yang tidak bisa Mark hilangkan ketika sampai di kamar ini.

Belum ada lima menit, Mark sudah hilang kesadaran. Sepertinya, kasur Renjun selamanya akan jadi kasur ternyaman yang pernah Mark tempati.

Oh, iya. Kalau Mark sudah bangun nanti, ingatkan Renjun untuk menyambung marah-marahnya.

to be continued




kalo votenya sampek 20 lebih, sama banyak comment, aku double update

kalo votenya sampek 20 lebih, sama banyak comment, aku double update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang