16 | 15.55

1K 182 7
                                    

↳ Renjun sampai di café tempat Mark memintanya datang lima menit sebelum jam yang dijanjikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun sampai di café tempat Mark memintanya datang lima menit sebelum jam yang dijanjikan. Ia tersenyum lega karena sepertinya Mark juga sudah berada di dalam. Dilangkahkan kakinya masuk, beberapa pegawai tentu sudah hafal Renjun juga Mark saking seringnya mereka kemari sehingga bukan pemandangan baru Renjun menyapa mereka.

Namun hari ini Renjun ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Begitu masuk, Renjun segera meletakkan telunjuknya diatas bibir, meminta Maya—sang kasir—tidak mengucapkan salam selamat datang. Sayangnya, Mark menoleh tepat di waktu yang sama saat Renjun mengendap dan berusaha mengagetkannya dari belakang.

Renjun merengut kesal,"Ih, ketauan."

"Disana ada kaca, Nat."

Tawa Mark mengundang Renjun untuk tertawa juga.

Begitu Renjun mendudukkan diri di kursi, ia sadar kalau sudah ada segelas milkshake vanilla dengan topping oreo dan satu slice rainbow crepe cake di bagian mejanya. Mark sendiri memesan Iced Americano dan waffle.

"Kakak tau aja seleraku." ujar Renjun,"Thanks anyway."

"Soal yang di box—"

"Nanti aja bahasnya, tapi udah kamu cobain?"

Mark menjejalkan sepotong crepe ke dalam mulut Renjun, mengalihkan fokus yang lebih muda untuk mengunyah makanan saja.

Renjun mengangguk, tak membuka mulut lantaran ada satu potong crepe bersarang di dalam mulutnya. Setidaknya anggukan sudah menjawab Mark dengan jelas.

"Pas?"

Lagi, Renjun mengangguk dalam diamnya. Sejenak menelan crepe sebelum memuji keterampilan Mark untuk memilih warna yang patut dikenakan Renjun.

"Sebenernya yang ikut milihin warna itu asistennya Bunda."

"Tapi kakak kan yang milih itu buat aku?"

Mark mengangguk mantap,"Soalnya kamu keliatan soft kalo pake pink."

"Merinding disko dengernya."

Hening mungkin menjadi jeda diantara keduanya, tapi satu hal yang tidak Renjun sadari adalah sorot sendu dan untaian benang kusut di kepala yang lebih tua. Tidak mudah mengerti isi pikiran Mark, namun Renjun cukup perasa hanya dengan gelagat kecil bila orangnya adalah Mark.

"Nat."

Uh, akhirnya mau ngomong, Renjun membatin lega.

"Ya?"

"Menurut kamu, kakak jahat nggak sama Bang Johnny?"

Diletakkan garpunya, Renjun kemudian mengulas senyum maklum lantaran Mark terlihat begitu berharap akan jawaban yang bisa menyembuhkannya.

"Marah nggak apa-apa, aku ngerti gimana perasaannya kakak, tapi bukan berarti kakak harus ninggalin Kak Johnny. Dia temen kakak, kan? Dari dulu kalian selalu bareng, kemana-mana lengket berdua. Sayang banget kalo kalian nggak maafan. Kalo dari kakak sendiri gimana?"

Mark menggeleng tak yakin,"Nggak tau, masih kecewa aja."

"Kalo saran aku, ya kasih jeda dulu. It's okay to give some space. Kakak harus tenang sebelum ketemu Kak Johnny buat bahas masalah kalian. Inget sendiri, Kak Johnny juga niat minta maaf tapi nggak berani ketemu kakak."

Apa yang keduanya lakukan setelah itu hanya duduk, berbicara ini-itu demi menghabiskan waktu sebelum kemudian Mark mengantar Renjun kembali pulang. Sesekali pula Mark akan mengembalikan pembicaraan mereka tentang Johnny sebelum berlanjut ke topik yang lain.

Sudah jam tujuh malam, besok Renjun harus berangkat sekolah. Tidak tega pula bisa Mark harus menyita waktu Renjun untuk bermain. Sebentar lagi ujian akhir dan Renjun juga pasti sibuk dengan kegiatan yang tidak ingin melibatkan Mark di dalamnya.

Keduanya berdiri di depan pagar, kadang merasa deja vu juga karena dulunya mereka sering mengucapkan salam perpisahan tak berujung.

"Soal ajakan promnya?" Mark menagih.

Renjun tersenyum, sejak awal ia memang tidak punya niat menolak ajakan Mark datang ke prom night,"Padahal aku mau jawab dari tadi siang."

Mark menggaruk tengkuknya kikuk diiringi kekehan segan,"Ya, biar kakak penasaran. Jadi gimana?"

"Ya, mau. Emang aku mau jawab apa lagi?" Renjun mundur selangkah demi selangkah, menjauh dari posisi Mark yang terpaku di depan gerbang,"Kasian juga kalo kakak nggak punya pasangan." kemudian mengakhir kalimatnya dengan juluran lidah mengejek.

Tawa kembali hadir di antara keduanya.

"Nakal, ya!" Mark berujar dengan nada kesal setengah bercanda.

Ia tahu, Renjun mana mau menolak ajakan prom ini. Anak itu sudah sejak lama memimpikan datang ke prom night khusus angkatan akhir karena katanya prom night sekolah mereka tidak ada duanya.

Tangan Renjun terangkat di udara, melambai kecil untuk menggusur Mark pergi,"Sana pulang!"

"Aku pulang kalo kamu udah masuk."

Renjun mengedikkan bahu,"Ya udah. Bye!"

"Bye!"





to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang