14 | 21.13

1.2K 211 11
                                        

↳ "Kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


↳ "Kamu...sedih nggak putus dari Jaya?"

Sepertinya Mark tidak sadar sama sekali saat melayangkan pertanyaan itu, ia hanya penasaran dan tidak berpikir akan seperti apa reaksi Renjun kemudian, beruntungnya Renjun tidak kelihatan tersinggung.

"Kenapa tanya gitu?"

Mark menundukkan kepalanya, sedikit merasa sungkan karena pertanyaannya seolah-olah tidak memikirkan hati Renjun.

"Kalo kamu sedih, biar kakak yang ngehibur."

Renjun terkikik pelan yang mana tidak bisa Mark artikan sebagai kikikan bahagia,"Aku dulu bangkit sendiri, nggak minta tolong siapapun, Mama-Papa aja nggak tau aku sempat sedih, jadi kenapa sekarang aku harus dihibur juga?"

"Jadi... kamu beneran sedih?"

"Sekarang aku yang tanya, setiap perpisahan selalu sedih, kan? Kalo ada yang bahagia, coba beri contoh."

Mark mengangkat bahu tak yakin,"Lepas dari hubungan toxic(?)."

Renjun mengangguk-angguk kecil tanda setuju dengan jawaban Mark,"Nggak sepenuhnya salah, tapi coba tarik alurnya ke belakang. Pasti ada yang berusaha membenahi sebelum akhirnya menyerah. Even kakak benci sama seseorang pun, berpisah sama dia mungkin tetep sedih karena kakak pastinya akan menyesali beberapa hal. Contohnya kenapa hubungan kalian harus saling benci, kenapa nggak belajar untuk memahami satu sama lain atau kenapa?"

"Dimataku, semua perpisahan selalu sedih. Dan alasannya, ya itu, karena ada beberapa hal yang akan kita selali di kemudian hari. Bo'ong kalo dulu aku nggak sedih kita tiba-tiba putus gitu aja. Aku bahkan nggak tau letak kesalahanku, and it turns out kalo kakak ternyata berusaha menyelamatkan aku dari orang jahat. Aku bersyukur, sekarang aku tau kebenarannya. Tapi hari ini juga, aku sedih lagi."

Renjun berhenti sesaat, meyakinkan diri kalau topik pembicaraan mereka mungkin akan semakin berat seiringan dengan malam yang makin pekat. Mark memberikan gestur Renjun untuk meneruskan wicaranya, tak keberatan untuk diam dan mendengarkan apa isi kepala sang mantan kekasih. Setidaknya dari mendengarkan Renjun, Mark juga akan memahami lebih dalam kepribadian Renjun yang lain walau pada dasarnya, inilah yang sering Mark lihat dari sosok Renjun; kedewasaan diri.

"Hari ini aku kehilangan satu orang yang sayang sama aku. Sangat disayangkan karena aku sendiri sosok jahat yang nyakitin dia. Aku bilang aku bisa belajar seiring waktu, aku bisa menyesuaikan, tapi ternyata aku belum bisa ngasih kebahagiaan yang sesungguhnya buat dia."

"Nat..."

Mark tercekat, sadar betul siapa yang dimaksud dalam percakapan mereka. Siapa lagi kalau bukan Jaehyun.

"Kakak ngerti kenapa?"

Mark menggeleng pelan, benar-benar tidak menangkap maksud kalimat Renjun.

"Karena ternyata aku nggak berusaha sama sekali dan kalaupun aku berusaha, usahaku nggak murni buat kita berdua, tapi semata mencoba membahagiakan dia padahal akunya sendiri belum bahagia."

"M-maksud kamu?"

"Ya, gitu."

Kepala Renjun tertunduk lesu, enggan membawa percakapan mereka lebih jauh, tidak akan ada yang selesai pula bila nekat diteruskan. Yang ada, masalah lain akan muncul, jadi lebih baik Renjun akhiri disitu saja.

"Tapi serius Nat, kalo kamu sedih, kakak siap ngehibur kamu."

Senyum tipis menghiasi bibir Renjun sembari kepalanya mendongak menatap harapan (read: Mark) ,"Just like this, stay still and listen to me. Makasih banget udah mau dengerin aku."

"Kamu ingetkan, kalau kakak masih sayang kamu?"

Renjun membalas dengan anggukan lucu,"Inget, kok."

"Karena kakak sayang, jadi kakak pengen kamu bahagia lagi walaupun kakak yang harus sakit-sakit nanti. Demi kamu."

Kali ini kekehan Renjun seakan-akan terdengar dari lubuk hatinya yang paling dalam, namun jangan lupa pula sifat bengis yang ada dalam diri Renjun.

"Cuih, gombal!"

Ya sudah, ayo biarkan dua insan ini kembali menikmati kehadiran satu sama lain seolah tak ada hari esok.



to be continued


Aku ga nyangka FF ini bakal sampek 50 part. Kukira ga bakal sepanjang ini.

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang