11 | 18:21

1.3K 245 23
                                        

↳ "Nata, Mama Rara kecelakaan mobil, Garen juga nggak bisa dihubungi sejak tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


↳ "Nata, Mama Rara kecelakaan mobil, Garen juga nggak bisa dihubungi sejak tadi. Tolongin Mama buat hubungi Garen, ya."

Hanya itu yang sempat Mama Nita sampaikan pada Renjun ketika telepon telah tersambung. Tidak mengulur waktu, Renjun segera mengiyakan dan mengajak Jaehyun kembali secepat mungkin.

Sekarang bukan lagi masalah, siapa mantan siapa, tapi rasa kemanusiaan.

Keluarga Renjun dan Mark sudah sangat dekat. Mama Nita dan Mama Rara adalah sahabat lama yang kembali bertemu karena—kebetulan—anak mereka pacaran dan berlanjut menjadi ibu-ibu sosialita bersama. Wajar bila kedua keluarga itu saling mengandalkan satu sama lain, apalagi selama ini Mark mencari sosok ayah dari ayah Renjun, yaitu Papa Damar.

Jaehyun juga tak banyak berkomentar, setidaknya untuk saat ini. Baginya, lebih penting untuk segera mengantarkan Renjun ke rumah sakit daripada berpikir yang macam-macam.

"Kakak, maaf banget date kita malah kayak gini."

Tatapan Renjun jelas menggambarkan bagaimana rasa bersalahnya mengacaukan kencan mereka hari ini.

Jaehyun menanggapi dengan senyum tipis, tak kuasa menutupi rasa kecewanya, tapi siapa pula yang dapat menolak musibah,"Nggak apa-apa, ada hari lain."

Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai keduanya memasuki lingkungan rumah sakit yang disebutkan Mama Nita sebelum menutup telepon. Renjun cepat-cepat melompat keluar begitu Jaehyun memarkirkan mobil dan mematikan mesin, meninggalkan Jaehyun yang mencoba mengejar langkah Renjun beberapa meter dari belakang sana.

——

Dari kejauhan Renjun dapat melihat sosok orang tuanya, duduk di depan ruang operasi dengan raut khawatir. Sosok-sosok yang sekelilingnya diselimuti letih dan kekhawatiran, bertahan dengan kehadiran satu sama lain, berusaha saling menguatkan.

"Ma, Pa, Mama Rara gimana?"

Mama Nita membalas lirih, sepertinya tenggelam dalam khawatir yang dalam,"Masih di dalem, belum bisa masuk."

"Malem, Om, Tante." Jaehyun berujar dengan nafas terengah dan segera menyapa orang tua Renjun begitu sampai.

Papa Damar mengalihkan pandang pada Jaehyun, memohon permintaan maaf karena musibah datang di saat mereka tengah meluangkan waktu bersama,"Jaya, maaf ya ganggu nge-date kalian."

"Nggak apa-apa, Om."

Lagi, untuk kedua kalinya, Jaehyun mencoba mengikhlaskan apa yang tengah terjadi.

Kini, dilihatnya Renjun dan Mama Nita yang berbincang dalam raut khawatir. Jaehyun tebak, mereka tengah membicarakan Mark yang tiba-tiba tak ada kabar. Ia sendiri menjadi saksi, bagaimana sepanjang jalan Renjun fokus pada ponselnya dan mencoba menghubungi Mark seolah tak ada hari esok.

Dibilang cemburu, jelas Jaehyun cemburu. Menyadari seberapa dekat keluarga Renjun dan Mark, seolah memukul kesadaran Jaehyun. Memang keluarga Renjun tidak menolak kehadirannya, tapi entah mengapa, ada setitik rasa kecewa menyadari ia masih tak mampu berdiri sejajar dengan Mark dihadapan orang tua kekasihnya.

Selain cemburu, Jaehyun juga takut kalau apa yang selama ini ia bayangkan jadi kenyataan; kembalinya Renjun pada Mark.

Kalian yang mempertanyakan bagaimana perasaan Jaehyun pada Renjun, inilah faktanya.

Jaehyun tidak ingin main-main, ia bukan sosok antagonis, bukan pula sekedar penyeling. Perasaannya pada Renjun adalah nyata walaupun banyak orang mungkin berpikir dia punya niat tersembunyi.

Apanya yang salah?

Apa karena ia seorang yang dikenal, yang diinginkan banyak orang, lalu rasa sayangnya pada Renjun menjadi sesuatu yang semu?

Ia sejatinya juga manusia biasa.

"Coba telfon sekali lagi."

Renjun mengangguk menyetujui saran Mama-nya, kembali mengangkat ponsel dan men-dial nomor telepon Garen. Kali ini tak menggunakan aplikasi apapun, teleponnya langsung ditujukan pada nomor ponsel biasa.

Bunyi dering tersambung membawa harap Renjun naik ke permukaan, sebuah kemajuan dari usaha yang sebelumnya. Agaknya sudah mulai putus asa mencari cara untuk menggapai sosok Mark yang entah dimana dan begitu sambungan diangkat, Renjun seakan-akan baru bisa bertemu dengan nafasnya—

"Halo!? Syukurlah ada yang menghubungi."

—namun siapa sangka, suara sang penerima bukan suara yang ia harap dengar, melainkan suara seorang wanita.

"Apa ini kenalan dari pemilik ponsel ini? Aku mencoba menghubungi beberapa kontak keluarga yang ada disini, tapi tidak tersambung semua."

Setelah dilambungkan dengan harap karena telepon berhasil tersambung, khawatir mulai menyeruak kembali. Sungguh, Renjun tak ingin mendengar berita buruk lagi.

"Y-ya, aku kerabat dekatnya." balas Renjun.

Dapat Renjun tangkap helaan nafas lega dari ujung sana,"Oh Tuhan, akhirnya. Tolong segera datang ke Rumah Sakit Pelita—"

Jantung Renjun bertalu-talu berisik, berharap sebuah nama rumah sakit tidak membawa kelanjutan yang buruk.

"—korban baru kecelakaan motor sejam lalu."

Tiga orang lain disana menangkap jelas raut sendu penuh ketakutan pada garis wajah Renjun, lamat-lamat mulai ikut merasakan perasaan gelisah dari gelagat Renjun.

Telepon terputus dan Renjun mau tak mau menyapaikan kabar dengan perasaan campur aduk, situasi ini jauh sekali dari apa yang ia bayangkan.

"Kak Garen kecelakaan juga—" Renjun tercekat, tidak sanggup melanjutkan kata yang telah ia rangkai dalam benak.

Mama Nita tak kuasa menahan sedih, Mark sudah seperti anaknya sendiri, sama seperti Renjun, dan begitu mendengar musibah lain, wanita paruh baya itu luruh dalam tangis tak bersuara.

"Pa, aku sama Kak Jaya ke tempat Kak Garen, ya. Kalian disini aja, jaga diri, jangan sampek kecapean."

"Iya." Kemudian mata pria penuh wibawa itu beralih pada sosok Jaehyun,"Hati-hati di jalan, ya?"

"Iya, Om."

Jaehyun merangkul pundak Renjun, menarik yang lebih muda merapat pada tubuhnya sembari mereka melangkah pergi.

Renjun disini, tepat berada dalam dekapannya, namun entah mengapa sang kekasih seakan-akan terasa berdiri di ujung dunia.

Haruskah Jaehyun mengikhlaskan?



to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang