11 | 16:49

1.3K 250 11
                                        

↳ Pantai mungkin akan selalu jadi pilihan pertama Renjun sebagai destinasi jalan-jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pantai mungkin akan selalu jadi pilihan pertama Renjun sebagai destinasi jalan-jalan. Alasan yang pertama, karena Renjun bisa merasakan bagaimana kecilnya makhluk dimuka bumi ini. Alasan kedua karena Renjun tahu, aroma asin dan terpaan angin laut dapat sedikit menyapu gundahnya.

Meski berencana untuk bermain air dan sedikit mengusili Jaehyun, kenyataannya Renjun hanya duduk diam di atas pasir pantai, mengamati ombak yang bergulung ria dan silau jingga dari ufuk barat. Sesekali memotret keindahan alam itu dengan kamera ponselnya.

Jaehyun tidak kemana-mana, ia dengan setia menemani Renjun, merebahkan diri di hamparan pasir berbantalkan paha Renjun. Kadang kala matanya mengamati wajah Renjun, kadang pula berpindah menatapi awan-awan di cakrawala, dan kadang lagi iseng menelusupkan wajah ke perut Renjun.

Keduanya sibuk dalam dunia masing-masing diiringi deburan ombak, namun tak ayal rindu juga bersua dengan lisan. Jaehyun yang pertama mengawali percakapan, memastikan Renjun tidak akan sedih apabila kehilangan kesempatan bermain air yang tentu ya dibalas gelengan dan senyum tipis dari Renjun.

"Enak begini, rasanya tenang banget."

Lagi, Jaehyun merasakan Renjun seolah ingin memberi tahunya sesuatu secara tersirat. Renjun kelihatan sedang berharap Jaehyun akan mencari tahu apa yang tengah ia pikirkan.

Jaehyun diam sesaat, setuju dengan opini kekasihnya, namun Jaehyun juga tidak ingin diam saja, mungkin sedikit memperberat obrolan mereka bukan hal yang salah.

"Dek."

"Apa?" Renjun melongok ke bawah, membawa turun poninya yang sudah cukup panjang yang kemudian di selipkan ke belakang telinga oleh Jaehyun.

"Kamu bakal ngapain kalo kakak udah lulus?"

Meski sempat mengernyitkan dahi bingung, Renjun tetap membuka lisan,"Ya, ngelanjutin sekolah kayak biasa. Emang mau ngapain lagi, kan yang lulus kakak, bukan aku."

Jaehyun memutar matanya kesal, bukan jawaban ini yang ia inginkan,"Bakal ada angkatan baru, adek kelas baru, kapten basket baru, genk anak hitz baru, gosip baru, suasana baru, dan semuanya tanpa kakak."

"Aku kan bisa ketemu kakak abis pulang sekolah."

"Ih, Adek Cantik dengerin dulu, dong."

Renjun mengulas tawa gemas,"Iya-iya, Kakak Ganteng." Menyelipkan sentilan pelan di dahi Jaehyun kala berujar kata.

"Kakak takut aja kamu suka sama yang lain." lanjut Jaehyun.

"Aku juga takut kakak nemu orang lain pas kuliah, tapi bukan berarti takutku akan jadi alasan aku ngelarang kakak kuliah dan ketemu orang baru. Ya, kalo berakhir, ya berarti memang seharusnya begitu."

Jaehyun sedikit tidak setuju dengan kalimat terakhir Renjun, jadi maksudnya Renjun tidak akan berjuang kalau hubungan mereka mulai goyah?

"Kamu sayang kakak nggak, Dek?"

Renjun tak menjawab, ia diam dengan senyum tipis menghias bibirnya, namun matanya tak melepas sambung dengan mata Jaehyun.

"Btw, aku mau kasih hadiah kakak sekarang."

Jaehyun melotot, terkejut karena Renjun mengalihkan topik percapakan mereka dengan hal yang Jaehyun sempat lupakan,"D-dek? Serius?"

Renjun mengangguk,"Kan udah janji. Buruan duduk, punggung aku sakit kalo buat nunduk."

Jaehyun buru-buru bangkit, membawa butiran pasir di punggungnya, yang kemudian langsung dibantu membersihkan oleh Renjun. Renjun terkikik geli begitu Jaehyun sedikit membungkukkan badannya, mencoba menyamai tinggi kepala Renjun.

"Buruan, kamu yang mau ngasih."

"Tutup dulu matanya, Kakak Ganteng."

"Nggak mau, kamu aja. Kakak mau mengabadikan ini seumur hidup."

Renjun sebenarnya sangat malu, tidak pernah sekalipun ia mencium pacar (read; dulunya Mark) di bibir, mentok-mentok di pipi atau dahi dan begitu diminta mencium seseorang di bibir terlebih dahulu, Renjun mau mati saja.

Di dekatkan wajahnya pada wajah Jaehyun, salah satu tangannya bertengger pada pipi yang lebih tua. Uh, Renjun gugup sekali, apalagi Jaehyun menatapnya intens. Begitu yakin posisinya sudah cukup dekat, ia menutup mata dan mendorong tubuhnya mendekat pada Jaehyun, mengira-ngira dimanakah letak bibir kekasihnya.

Namun siapa sangka, kecupan lain malah hinggap di pipi kirinya. Renjun membuka mata kaget, matanya menangkap wajah Jaehyun yang begitu dekat dengan wajahnya, tersenyum tampan dengan tatapan teduh.

"Kakak tahu, kamu nggak siap buat ini, jadi di pipi aja, tapi sebagai gantinya, kakak mau tanya."

Diam Renjun terlihat seperti persetujuan di mata Jaehyun

"Bibir ini," Jaehyun menyapukan ibu jarinya di bibir bawah Renjun,"pernah dicium Garen?"

Meski Renjun tak membuka mulut sama sekali, gelengan pelan dan terbata itu cukup menjawab apa yang Jaehyun tanyakan.

"Kalo gitu, kakak harus belajar banyak dari Garen. Dia udah jagain kamu, nggak etis rasanya kalo kakak minta yang sejauh itu. Kakak juga pengen jagain kamu, Nat, selayaknya apa yang Garen dulu lakuin meski cara kita juga bakalan beda." kemudian membawa Renjun dalam dekapan hangat,"Waktu kakak bilang sayang, kakak beneran sayang."

Renjun luruh dalam tangis sunyi, tak ada sesegukan sama sekali kecuali bukti bahwa ada air mata yang mengalir di pipinya.

Matahari tenggelam dalam tidurnya, menyisakan bias ungu gelap dan sedikit jingga. Meminta dua warna itu menjadi saksi rasa yang Jaehyun miliki pada seorang anak laki-laki mungil dalam dekapannya.

Biarkan saja Jaehyun menelan mentah-mentah bagaimana pahitnya rasa tak berbalas meski yang terkasih telah dalam genggaman karena ia tahu, hati Renjun masih dimiliki orang lain, bukan dirinya.

Dering telepon dari ponsel Renjun kemudian memecah keheningan, air mata yang sempat luruh di pipi Renjun, diusap cepat, lalu mengangkat telepon dari Mama Nita seolah tak pernah ada sedih yang hinggap. Tumben sekali Mamanya menelepon.

"Nata, Mama Rara kecelakaan,—"


to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang