10 | 10:54

1.4K 259 3
                                        

↳ Mungkin kesalahpahaman yang terjadi antara Mark dan Renjun tidak akan semudah itu diurai, terlebih keduanya enggan bertemu sapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mungkin kesalahpahaman yang terjadi antara Mark dan Renjun tidak akan semudah itu diurai, terlebih keduanya enggan bertemu sapa. Kehadiran sosok Jaehyun turut menjadi pertimbangan Renjun untuk memikirkan kisah lawas, sepertinya lebih kearah tidak perlu karena Renjun sadar, bila Jaehyun menaruh curiga dan tiba-tiba tahu, akan banyak pihak yang terluka, baik Renjun sendiri ataupun Jaehyun. Maka akan lebih baik jika Renjun bungkam.

Dan soal gosip-gosip miring, kini seolah jadi makanan sehari-hari Renjun dan tiga kawannya. Tidak seperti beberapa waktu awal dimana mereka sempat merasa terganggu, sekarang mereka jadi berdiri lebih tegap dan memajang wajah congkak. Lagian yang membangun dan melahirkan sikap pongah diantara empat sekawan itu, tak lain adalah siswa sekolah itu sendiri. Mereka berempat hanya mencoba merealisasikan apa yang menjadi berita bohong selama ini.

Nama keempatnya tentu melejit pesat diantara para murid. Tentu ini bukan rekor yang keempatnya inginkan, tapi setelah ditilik kembali, tidak ada salahnya berada di strata tertinggi dalam sosial sekolah. Mereka bahkan bisa membelah keramaian dengan langkah ringan, jadi mengapa tidak menikmati hak istimewa ini dengan baik.

Beruntungnya, meski memiliki banyak sekali siswa yang tidak menyukai mereka, teman-teman sekelas mereka tak memunggungi keempatnya. Lagian mereka pasti tahu, mana yang benar dan mana yang salah.

Jaemin duduk di bangkunya, cekikikan dengan tiga teman sekelas lainnya, mungkin membahas game ataupun guyon-guyon tak mutu. Chenle asik dengan ponsel pintarnya, kadang tersenyum sendiri sambil membalas pesan. Haechan sampai curiga sendiri kalau Chenle ini sedang menyembunyikan pacarnya. Pun daripada bosan, Haechan menyuarakan rasa ingin tahunya,"Chat sama siapa, Ki?"

Chenle yang tak siap dengan pertanyaan Haechan, terlihat gelagapan, bibirnya membuka mengatup gagu, sedangkan kelereng matanya bergulir kesana-kemari, mencoba menghindari tatapan menyelidik Haechan.

"Bukan siapa-siapa." jawab Chenle, ponselnya kemudian ditaruh dalam posisi tengkurap sehingga layarnya berada di bagian bawah.

Renjun yang sebelumnya menggambar kartun kuda nil putih di bagian belakang buku dengan sebelah telinga tersumpal earphone, menghentikan kegiatannya dan memutar duduk ke belakang, ikut menodong Chenle dengan mata terpicing curiga.

Haechan mendecih tak suka,"Gausah, boong!" ketusnya.

"Aku nggak boong, ya!"

Kemudian keduanya lanjut berdebat, entah berdebat apa sampai lama dan panjang sekali. Renjun bahkan tak mampu mengikuti topik perdebatan mereka saking cepatnya mereka berucap kata. Pun begitu, matanya melihat ponsel pintar Chenle sudah tidak dalam penjagaan, diam-diam mengambilnya dan membuka kunci tanpa usaha yang sulit. Chenle tidak pernah memasang kata sandi karena mudah lupa.

Telunjuknya menarik turun kolom pemberitahuan, melihat beberapa baris pemberitahuan tak penting sebelum matanya menangkap pemberitahuan dari salah satu aplikasi perpesanan, nama pengirim dan juga pratinjau pesan. Renjun tentu tidak bodoh dengan kalimat-kalimat godaan yang ada di pesan itu. Bibirnya menyunggingkan seringai jahil,"Oh, jadi kamu lagi deket sama Nio?"

Perdebatan antara Haechan dan Chenle seketika berakhir, Haechan mengulas senyum penuh rasa kemengangan, sedangkan Chenle menoleh pada Renjun dengan mata terbelalak kaget,"Anjir, curang ya kamu, Nat!" kemudian ponsel di tangan Renjun, Chenle rebut paksa.

Jaemin yang sebelumnya asik bersama anak kelas lain, memisahkan diri dari kerumunan menuju bangkunya yang tepat bersebahan dengan bangku Chenle,"Apa, nih? Aku denger Nio-nio."

Renjun menanggapi,"Nih, Iki lagi pdkt sama Nio."

"Maksudnya Kevin Arsenio? Ace team dance sini?" Jaemin mencoba memperjelas. Masalahnya, satu-satunya pemilik nama panggilan 'Nio' ya hanya Jisung seorang.

"Iya." jawab Renjun.

"Ih! Udah, dong."

Pandang ketiganya beralih pada Chenle, kemudian terkejut berjamaah karena wajah yang paling muda diantara mereka sudah semerah kepiting rebus. Bahkan setelah menyembunyikan wajah dalam lipatan tangan, Chenle tetap tidak berhasil menyembunyikan rasa malunya.

"Ututu, Iki lagi kasmaran."

Yakinlah, suara Haechan terdengar menyebalkan, ditambah lagi dengan gestur seolah sedang bermain dengan bayi, Haechan jadi seratus kali lebih menyebalkan.

Chenle mengangkat kepalanya,"Apa, sih!" bibirnya merengut kesal dan tangannya menepis jemari Haechan dari pipinya.

Risih tahu, apalagi jika kamu tengah digoda karena ketahuan sedang baper dengan seseorang oleh teman dekat. Bayangkan rasanya jadi Chenle.

Pun dibalik rasa bahagia tiga temannya, Renjun tengah berpikir, lucu saja lingkar pertemanannya sepertinya tidak akan lepas dari lingkar pertemanan Mark. Mereka—entah mengapa—sering terhubung secara tak langsung.


to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang