16 | 11:03

1.1K 186 10
                                        

↳ Menyenangkan sekali bisa merasakan hari minggu yang malas; bergelung dalam selimut sampai matahari di puncaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menyenangkan sekali bisa merasakan hari minggu yang malas; bergelung dalam selimut sampai matahari di puncaknya. Kebiasaan ini mungkin tidak akan hilang sekalipun untuk Renjun, selalu ada cara agar Mama Nita dan Papa Damar tidak mengganggunya bermalasan. Contohnya seperti menyarankan mereka untuk pergi berdua di hari minggu, yang mana segera di-iya-kan dengan semangat oleh Papa Damar.

Kini tinggal Renjun yang berkuasa terhadap rumah dan seisinya. Selama Renjun sempat membersihkan dapur dan menyapu ruang keluarga sebelum kedua orang tuanya kembali dari berkencan, ia akan selamat dari amukan.

Pukul sebelas, Renjun masih di atas kasur, menikmati tayangan film dari laptop di pangkuan. Ada sepiring indomie goreng jumbo dan telur mata sapi setengah matang. Ponselnya sepi, mungkin Jaemin sedang sibuk membantu orang tuanya mengelola keuangan bisnis keluarga. Kemungkinan besar Haechan dan Chenle juga berkencan dengan gebetan mereka.

Akhir-akhir ini Haechan bilang Lucas—kakak kelas mereka, teman sepergaulan Jaehyun—sering mengiriminya pesan dan pergi berdua. Katanya lagi, Haechan tidak berharap banyak, tapi ia menikmati kebersamaannya dengan salah satu kakak kelas terpanas sepanjang masa itu. Chenle sendiri sepertinya berniat menyembunyikan kedekatannya dengan Jisung, namun hanya tinggal menunggu waktu untuk Renjun dan yang lain tahu kebenarannya.

Renjun fokus dengan layar laptopnya sembari mendorong masuk mie ke dalam mulutnya, adegan disana menampilkan sepasang muda-mudi berkenalan di lorong sekolah. Dua-duanya tersenyum malu, tertunduk dan kikuk ketika tangan mereka bertaut akibat salam perkenalan. Senyum di bibir Renjun terbit seketika, kenangan manis nan konyol itu kembali ke permukaan; hari dimana Mark mengajaknya berkenalan.

Saat itu Renjun masih tingkat pertama.

Setiap tahun akan selalu diadakan festival seni di sekolah. Acaranya biasanya malam, penuh dengan stand-stand makanan juga penampilan-penampilan mengesankan. Pendatangnya tidak hanya sekolah mereka, tapi juga khalayak umum.

Hari itu Renjun datang sendirian, menuju gerbang sekolahnya dengan langkah bingung lantaran Chenle tidak dapat dihubungi. Baru saja Renjun ingin menelpon Chenle untuk kesekian kalinya, pundaknya ditepuk pelan dari belakang. Apa yang Renjun temukan ketika berbalik adalah Mark berdiri kikuk, salah satu tangannya menggaruk tengkuk sebelum menampilkan senyum tipis.

"Hai, gue Garen."

Selanjutnya yang terjadi adalah keduanya menukarkan akun instagram, berkirim pesan dan saling sapa ketika bertemu di kantin.

Renjun tidak ingat kenapa ia tidak curiga sama sekali pada Mark, padahal saat itu Mark berteman dengan playboy paling bajingan yang pernah Renjun lihat dengan matanya sendiri, Jonathan Young a.k.a Johnny.

Dering bel pintu adalah hal terakhir yang Renjun harap dengar ketika sedang bermalasan, apalagi ia sedang bermalasan sembari mengenang masa lalu menyenangkan. Namun, Tuhan sepertinya tidak setuju dengan pendapat Renjun untuk bermalasan sepanjang hari. Diletakkannya piring mie dan laptop pada meja, kemudian menuju pintu depan.

Tidak ada seorang pun disana, tapi Renjun bisa melihat satu kotak cantik bertuliskan nama butik Mama Rara tergeletak diatas lantai, tercetak dalam tulisan latin emas; evuscaronka.

Ia memungutnya tanpa takut dan membawanya masuk.

Hal pertama yang Renjun temukan ketika membuka kotak itu adalah satu set jas mahal berwarna merah muda dan surat. Diabaikan terlebih dahulu jas cantik itu, Renjun memungut surat dan mulai membacanya. Tak lama kemudian senyum terlukis lebar di wajahnya, buru-buru berlari ke kamar dan meraih ponsel untuk menelfon seseorang.

"Kakak seriusan?" adalah kalimat pertama yang Renjun sampaikan pada orang di seberang ketika telpon telah tersambung.

"Ya, menurutmu?" terdengar kekehan pelan sebelum yang di seberang melanjutkan kalimat,"Jam empat di tempat biasa, kakak mau denger jawaban dari kamu langsung."

"Kenapa nggak sekarang?"

"Nggak spesial. Kamu pasti belum mandi."

Kemudian telfon berakhir begitu saja sebelum Renjun sempat mengajukan protes.

"Kak Garen nyebelin!"

Jangan lupa ada senyum yang tak luntur selama Renjun kerja rodi membersikan rumah sebelum bersiap-siap untuk acaranya jam empat sore nanti.




to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang