Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
↳ Mark menatap keluar jendela kelas, masih ada waktu dua minggu sebelum ujian sekolah dan sekolahnya akan punya agenda class meeting rutin. Kelas dua belas sebenarnya tidak diperkenankan ikut mengingat mereka seharusnya lebih fokus belajar, namun beberapa tahun terakhir ada sedikit keringanan bagi siswa kelas dua belas untuk 'hanya' mengikuti pertandingan basket, hitung-hitung penyegaran otak juga.
Mark sudah mengganti seragam dengan kaus identitas kelas, tinggal mengenakan sepatu dan ia siap berlarian di lapangan. Meski Mark tidak sekalipun berniat mendaftar masuk ke tim basket sekolahnya, ia yakin punya kualifikasi yang cukup. Toh, sekalipun dia bukan tim basket sekolah, dia sempat tergabung di tim basket luar.
Beberapa kawannya masuk ke kelas, ikut menyeret kegaduhan bersama kedatangan mereka. Ia mendengus setengah hati, niatnya mau menyapa kawan laki-lakinya, ternyata malah dihampiri nenek lampir.
"Garen!"
"Hm."
Mina cemberut habis-habisan, apalagi Mark lebih fokus memakai sepatu dan tidak menatapnya,"Ih, kok cuek, sih."
Meski enggan, akhirnya Mark menanggapi kembali,"Apaan?"
"Semangat tandingnya. Aku nanti nonton dari pinggir."
Beruntungnya setelah menyampaikan pesan itu, Mina cepat-cepat keluar kelas bersama gerombolan gadis yang lain. Mark sendiri tidak peduli sih gadis itu mau dimana, toh ada atau tidaknya semangat dari Mina, tidak akan berpengaruh pada Mark.
Salah satu teman laki-lakinya mendekat dan duduk di bangku sebelahnya,"Buset, Ren. Mina cantik begitu, dianggurin."
Kemudian ada sahutan dari bangku depan, kali ini salah satu temannya yang akan ikut bertanding, Hyunjin,"Masih belom move-on dari mantan kan, ngaku lo!?"
Mark terkekeh, perasaannya selalu jauh lebih tenang saat memikirkan Renjun,"Nah, itu tau."
——
Mark memperhatikan sisi lapangan basket begitu timnya sampai sembari menunggu pertandingan sebelumnya selesai. Kebiasaan ini belum bisa hilang dan mungkin tidak akan hilang; mencari Renjun di kerumunan orang. Matanya sempat menangkap Chenle dan Jaemin pergi menjauh dari lapangan, tapi tidak ada tanda-tanda Renjun disana. Sepertinya sang mantan kekasih tahu pertandingannya dijadwalkan sehabis ini.
"Btw, lawan kita anak IPS 2." Changbin menyeletuk pelan.
Eunwoo menyahut,"Kelasnya Jaya, mantan kapten tim sini, kan?"
Kemudian empat orang tim basket perwakilan IPA 3, diam-diam melirik Mark. Semenjak unggahan Jaehyun di Instagram seminggu yang lalu, beritanya merebak cepat dan menjadi bahan perbincangan siswa satu sekolah.
Mereka tahu pasti, Mark sering terlihat sedih setelah putus dan khawatir terjadi sesuatu pada Mark, apalagi saat di kelas tadi mereka terang-terangan membahas Renjun meskipun tidak menyebut namanya sama sekali.
"Ngapain pada lirik-lirik!?" Mark berseru garang, alisnya menukik dan terlihat marah,"Gue doain juling nih lama-lama."
Dino mengelus dada, mencoba sabar dan memahami,"Astaghfirullah, sensitip kali ini manusya."
Changbin mendekat, ditepuknya pundak Mark,"Sebagai kapten, gue cuma minta lo fokus."
"Coba kaptennya berdiri dulu." Hyunjin berseru girang, ia memang terbiasa mengejek Changbin begitu.
"Bangsat!"
Peluit tanda pertandingan berakhir. Mark cepat-cepat memanaskan kembali tubuhnya mengikuti apa yang dilakukan rekan timnya.
Benar kata Changbin, siapapun dan seperti apapun Jaehyun di matanya, pertandingan ini bukan hanya ajang adu kekuatan antara ia dan Jaehyun seorang, tapi juga nama baik kelas. Fokus merupakan kunci untuk meraih kemenangan, jadi ia akan menyisihkan sejenak rasa egoisnya.
Sorak-sorai mengiringi dua tim memasuki lapangan basket, bisa dipastikan, sebagian besar teriakan itu berasal dari pendukung Jaehyun seorang.
Entah kali berapa Mark menghela nafas sebelum memasuki lapangan, yang jelas sudah tak dapat dihitung lagi. Ia hanya ingin tenang dan fokus karena harga dirinya ikut menjadi taruhan.