4 | 13.00

1.9K 337 7
                                    

↳ Dua minggu berlalu seperti kejapan mata, memaksa Renjun tetap berdiri dan menghadapi dunianya yang berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua minggu berlalu seperti kejapan mata, memaksa Renjun tetap berdiri dan menghadapi dunianya yang berantakan. Sejak hari dimana Renjun jatuh sakit karena begadang dan berakhir di ruang kesehatan bersama seseorang, ia telah memutuskan, hari itu akan jadi hari terakhir mereka bertemu.

Dan soal 'jujur kepada orang tuanya', Renjun sudah mengatakannya pada sang Mama dan kemungkinan besar Papanya juga sudah tahu.

Reaksi pertama sang Mama begitu tahu hubungan asmara anaknya telah kandas beberapa bulan lalu tentu mengagetkan. Renjun langsung tenggelam dalam pelukan sang Mama meski Renjun sebenarnya tidak ingin menangis. Ia hanya—bagaimana Renjun harus menjelaskannya—merasa masih tidak siap dengan sebuah perpisahan.

Ingat sendiri, kan bagaimana Renjun tidak menangis di hari putusnya karena kaget dan bingung. Agaknya rasa bingung yang belum terjawab, menahan Renjun untuk berkata jujur, bahkan ia masih tidak tahu alasan orang itu memutuskannya.

"Dek, mau pesen apa?"

Suara Jaehyun mengangkat Renjun ke permukaan, menariknya paksa dari lamunan tak berujung. Ia memaksakan senyum dan beringsut melihat menu di tangan Jaehyun,"Yang enak yang mana, Kak? Aku baru pertama kesini."

"No-bake cake sama crepe cake-nya enak-enak. Katanya."

Lucu sekali melihat mata Jaehyun berbinar menatap deretan kue berserta gambarnya di buku menu. Mungkin Renjun sendiri tidak terlalu suka makanan manis, tapi tidak masalah sih, toh dia juga yang memberi Jaehyun lampu hijau.

Berakhirnya Renjun menyanggupi ajakan kencan Jaehyun juga karena Renjun yakin, semakin lama ia terpuruk, semakin sulit pula untuk bangkit, tapi jangan sekali-kali menganggap Jaehyun sebagai objek pelarian. Saat Renjun memutuskan sesuatu, ia sebisa mungkin memenuhinya.

"Ya udah, kakak yang milih."

Meski Jaehyun sempat cemberut karena Renjun enggan memilih menunya sendiri, yang lebih tua memutuskan untuk memesan kue dan minuman highly recomended dari toko. Maaf, ya, Jaehyun juga baru dua kali kesini sebelumnya. Dan ya, makanan yang Jaehyun pesan saat itu, rasanya memang tidak kaleng-kaleng.

Dada Jaehyun membuncah senang tak karuan. Hari ini kencan pertamanya dengan Renjun dan ia tidak ingin menghancurkan apapun. Jaehyun sudah cukup bersyukur bahwa hubungan keduanya yang mulai terlihat punya masa depan.

"Aku sebenernya udah lama suka sama kamu, Dek," ujar Jaehyun kemudian,"tapi aku juga udah telat."

"Kok, telat?"

"Soalnya udah keduluan Garen."

Oh, Tuhan, Renjun menyesal bertanya. Ia sudah berusaha menghindar dari topik ini, tapi nyatanya tetap tidak terhindarkan. Mau tak mau, ia tetap menanggapi.

"Yang penting sekarang udah nggak."

Plis, plis, ayo ganti topik, batin Renjun menjerit nelangsa.

Jaehyun memangku dagu, matanya tak lepas dari Renjun barang sedetik,"Btw, tiga minggu lagi aku ujian sekolah. Semangatin, dong."

"Kak Jaya, semangat belajarnya! Jangan merasa puas karena udah bisa, tetep belajar yang rajin. Yakin, hasil nggak akan mengkhianati usaha." Kemudian Renjun didera tawa, malu sekali bersikap sok imut. Padahal bila dengan Mark—kok, jadi bahas Mark lagi, sih!

"Gemes banget, sih, Dek."

Usakan gemas mampir di pucuk kepala Renjun. Kali ini ia benar-benar tidak sadar kembali membandingkan afeksi yang diberikan Jaehyun dan sang mantan kekasih.

"Tau, kok."

"Eh, itu tangan kamu kenapa memar gitu?"

Pandangan Renjun beralih menatap punggung tangan kanannya, ada bagian kulit dengan warna yang cukup gelap disana,"Ini tanda lahir, bukan memar."

"Lucu banget bisa disitu." kemudian Jaehyun sudah menggamit tangan kanan Renjun, menekan-nekan gemas tanda lahir Renjun. Yang diperlakukan begitu juga tidak menolak, apa salahnya modus saat pdkt?

"Tapi tangan kamu kecil banget, Dek."

Berakhirlah jemari Renjun dan Jaehyun tersemat apik, membentuk rangkaian diantara ruang yang kosong.

Tidak!

Tidak, Renjun masih belum bisa!

Beruntungnya makanan pesanan mereka datang, jadi Renjun berhasil menarik keluar jemarinya dari genggaman Jaehyun. Ia masih belum siap merasakan hangat tangan orang lain.


to be continued

HAPPY EID MUBARAK 1441!

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang