15 | 17.00

1.1K 202 11
                                    

↳ Kata 'sedih' mungkin akan mengingatkan Mark dan Renjun pada masa-masa tidak menyenangkan di antara mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kata 'sedih' mungkin akan mengingatkan Mark dan Renjun pada masa-masa tidak menyenangkan di antara mereka. Bukan hanya yang baru saja terjadi, tetapi masa lalu yang jauh di ujung sana dan mungkin masa depan yang entah kapan terjadinya. Bersyukur kini menjadi satu-satunya kegiatan yang tak pernah terlewatkan oleh keduanya. Entah pagi, siang, malam, Mark dan Renjun akan bersyukur mereka bisa berdiri di tempat yang sama, diwaktu yang sama tanpa air mata.

Soal luka lalu, biarlah saja tetap di belakang. Mereka akan tetap memejamkan mata, menulikan pendengaran akan apa yang pernah terjadi. Masa depan memang tidak meyakinkan dan manusia tidak diciptakan untuk meramal, tapi manusia dapat berusaha. Apa yang Mark dan Renjun sekarang lakukan adalah berusaha memperbaiki hidup untuk menjadi lebih baik.

Namun, tetap saja, akan ada masa lalu yang menarik untuk turut dibawa ke masa depan. Contohnya sifat penasaran Mark yang tidak ada habisnya.

Renjun tengah fokus menyetir ketika Mark menanyakan perihal hubungannya dengan Jaehyun, ia hampir saja menginjak pedal gas lebih dalam jika tidak segera mengontrol diri.

"Kenapa nanyain Kak Jaya?"

"Penasaran. Kalian abis putus, apa masih temenan?"

Renjun mengangkat bahu tak yakin, ia bahkan tidak berhubungan lagi dengan Jaehyun setelah putus, Jaehyun sepertinya juga tidak berusaha menggapai Renjun lagi. Sepertinya, kontak diantara mereka berakhir disana.

"Nggak tau."

Telak. Mark dibungkam dengan intonasi ketus dari Renjun.

"Sorry."

"Jangan dibahas lagi, ya?" Ujar Renjun dengan mata berair.

Percakapan mereka urai, digantikan dengan senyum cerah ketika mobil Mark menemukan posisi parkir di basement mall. Renjun tidak cukup ahli memarkirkan mobil, jadi Mark turut andil dalam memberi aba-aba.

Berlanjut dengan keduanya menghabiskan waktu di game center selama satu setengah jam. Renjun lebih sering bermain daripada Mark, padahal Renjun yang bilang kalau ialah yang bertanggung jawab membahagiakan Mark hari ini. Tapi sepertinya Mark juga sudah bahagia hanya dengan melihat Renjun main ini-itu tanpa lelah.

"Nat, nggak laper?"

Mark bertanya ketika Renjun kalah dalam salah satu permainan menembaki Dinosaurus. Awalnya Renjun sudah kalah dan Mark belum, lalu Mark memberikan bagiannya untuk Renjun karena Si Kecil sepertinya sedih kalah duluan.

Anggukan dari Renjun seakan memberi Mark aba-aba untuk menarik yang lebih muda ke tempat makan, tapi Renjun lebih dulu membekap mulutnya dan menarik Mark bersembunyi di balik mainan claw crane. Mark sudah niat bertanya, tapi lagi-lagi Renjun berinisiatif terlebih dahulu menunjuk ke arah tertentu.

Renjun berbisik curiga,"Itu Iki sama Nio, kan?"

Mark harus memicingkan mata, penglihatannya memang cukup buruk, apalagi tanpa kacamata, tapi Mark cukup yakin kalau dua orang anak laki-laki yang sedang Renjun tunjuk benar Chenle dan Jisung.

"Kayaknya iya."

"Mereka... deket?"

Gelengan ragu dari Mark sudah cukup menjawab pertanyaan Renjun, apa pula yang bisa diharapkan dari sosok Mark yang kadang cueknya ini minta ampun.

"Samperin?" Mark bertanya.

"Nggak usah, ayo makan aja."

——

Mark dan Renjun memutuskan untuk pergi ke salah satu booth fast food. Selain pesaran mereka akan cukup cepat, pengeluaran Renjun juga tidak akan membeludak. Paling mahal juga akan jauh dibawah seratus ribu.

Ada kebiasaan lain yang keduanya tidak sadari selama sekian lama bersama; makan tanpa bicara. Sebenarnya kebiasaan ini dimiliki Mark karena didikan sang bunda. Renjun ikut diam karena Mark kadang terlihat tidak memperhatikan saat Renjun berbicara jadi Renjun yang ikut menyesuaikan.

Hari ini cukup menyenangkan, apalagi menemukan Chenle dan Jisung berduaan di game center. Sudah pasti Renjun akan mengirim pesan di grup sambil berapi-api. Kadang berteman dengan Haechan memang membawa dampak buruk.

Mark mendongak kaget ketika ponsel Renjun bergetar diatas meja, Renjunnya biasa saja tapi ikut kaget lantaran melihat nama Johnny di layar pop-up pesan.

"Kamu nge-save nomer Johnny?"

Renjun mengangguk pelan,"In case kalo ada telfon lagi, aku nggak bingung. Apalagi telfon suruh jemput orang mabuk ke bar."

Mark terkekeh kikuk, ia ingat persis kejadian yang Renjun maksud.

"Baca aja chatnya—"

Sendok dan garpu Renjun letakkan di dalam mangkuk, meraih ponselnya bersamaan dengan kalimat Mark.

"—tapi bacain buat kakak."

Renjun mendengus pelan sebelum mulai membaca, tapi tak lama kemudian suaranya di telan keramaian, matanya bergerak bingung antara layar ponsel dan Mark yang diam dalam wajah menahan marah.

✉️

Nata, bisa ketemu gue jam 11 nanti di Bar yang waktu itu lo jemput Garen? Dateng sendiri aja, ya.

✉️

"Jawab aja. Bilang kamu bakal kesana."

Renjun tak berani berkomentar, yang ia lakukan adalah menuruti apa kata yang lebih tua. Wajah kaku dan tatapan marah Mark sepertinya menyimpan sesuatu.




to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang