8 | 06:19

1.4K 266 21
                                    

↳ Mark langsung tahu ketika ia membuka mata, ia tak berada di kamarnya hanya dari penampakan langit-langit yang dilihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mark langsung tahu ketika ia membuka mata, ia tak berada di kamarnya hanya dari penampakan langit-langit yang dilihatnya. Lagian mana ada satu lemari koleksi action figure Spongebob dikamarnya, Mark bahkan tidak suka si kotak kuning itu.

Dalam posisi yang masih sama, ia mencoba mengingat kembali kejadian semalam, tidak benar-benar ingat pula karena ia hanya ingat pergi ke bar bersama Johnny untuk minum. Pikirannya cukup lelah dan ia ingin melepas penat, meski minum-minum sama sekali bukan gayanya. Ya, pokoknya terimakasih pada seseorang yang mau mengurusnya dan semoga sesuatu yang buruk tidak terjadi.

Tangannya kemudian mulai merogoh saku celana, mencari dompet dan ponsel, tapi kedua benda itu tidak disana, melainkan di meja nakas, tepat di sebelahnya. Mark buru-buru menyahut ponselnya, masih ada lima belas persen sampai ponsel itu mati, mungkin Mark bisa mencari petunjuk siapa orang yang membawanya, namun ponselnya kosong melompong.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Rasanya jantung Mark seolah melompat keluar hanya karena suara kenop pintu.

"Oh, Kak Garen udah bangun?"

Mark bangkit dari posisi tiduran,"Loh, Iki?"

Benarkah Chenle, si anak konglomerat ini yang membawanya pulang dari Bar?

"Nih, kak, minum dulu." Chenle menyerahkan segelas air putih hangat yang langsung dihabiskan Mark. Mark bahkan tidak kepikiran dengan hangover karena memikirkan si penyelamat.

"Lo yang bawa gue pulang, Ki?"

Chenle menggeleng, meraih kembali gelas yang sudah kosong dari tangan Mark,"Nggak. Gue cuma penyedia tempat aja, Kak."

"Terus?"

"Nata. Tuh, orangnya masih tidur di ruang tamu."

Mark terdiam, jadi yang membawanya pulang dari Bar adalah sang mantan kekasih, tapi bagaimana bisa?

Chenle kembali berujar ketika berada di hadapan pintu,"Kalo udah kuat bangun, pindahin Nata ke kamar ya, Kak. Gue mau turun ke lobby sama ke Alfamart bentar."

Mark hanya membalas permintaan—setengah perintah—dari Chenle dengan anggukan pelan, benar-benar tidak bisa fokus karena Renjun adalah sosok yang membawanya pulang dari Bar.

Meski begitu, sepuluh menit kemudian, Mark tetap memindahkan Renjun ke kamar Chenle. Ia bisa melihat sendiri bagaimana lelapnya tidur Renjun dari cara pemuda manis itu bernafas stagnan dalam tidurnya, terlihat seakan telah melewati masa yang melelahkan.

Mark kembali meraih ponselnya, beruntung sekali ada charger setipe dengan ponselnya di kamar Iki, sehingga ia bisa menghubungi Johnny dan menanyakan sejarah kepulangannya, Johnny pasti tahu sesuatu.

"Halo!" suara Johnny terdengar tidak bersahabat sama sekali, ia juga sedikit mendengar gemerusuk yang tidak jelas dari ujung sana.

"Buruan, anjing!" Johnny kembali berseru tak suka ketika Mark hanya diam saja.

"Kok, Nata bisa bawa gue pulang?"

"Gue yang nyuruh. Dah, gue lagi nggenjot cewek." Dan sambung terputus.

Mark terdiam sesaat, sungguh baru menyadari kalau gemerusuk yang didengarnya adalah suara tabrakan antar kulit, erangan gadis dan deru nafas tak beraturan.

"Anjir, udah jam enam, masih aja ngewe—"

"Kalo kakak pernah?"

Mark menoleh kaget, tidak sadar sama sekali, sejak kapan pula Renjun bangun dari tidurnya.

Pemuda cantik itu menatap Mark dengan mata sayu, mungkin saja karena masih mengantuk.

"Hah?"

"Aku tanya, kakak pernah nggak ngewe sama cewek." Renjun bangkit,"Pernah nggak kakak ngewe sama Kak Mina?"

Demi seluruh action figure kuning punya Chenle, bagaimana bisa Renjun tahu masalah ini!?



to be continued

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang