Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
↳ Renjun mengelilingi rak-rak tinggi seorang diri, menyamankan posisi buku dalam pelukannya dan kembali berjalan. Jangan mengira kalau Renjun sedang berada di perpustakaan karena kalian akan menyesal, pada kenyataannya ia memijakkan kaki di Gramedia, menyusuri deretan novel dan komik.
Sebuah pencapaian, karena hari ini Renjun berhasil lepas dari tiga kawannya maupun Jaehyun, sang kekasih. Ia butuh waktu untuk sendiri, anggap saja akhir pekan untuk me-time.
Sudah ada dua komik dan satu novel di pelukannya, namun tetap membawa langkah ke deretan rak alat tulis, notebook, dan lain-lain. Kemudian langkahnya terhenti di bagian marking pen, memindai warna apa saja di rak setinggi dadanya sambil mengingat warna marking pen yang sudah ia miliki. Tangannya iseng mencoba beberapa pena ataupun stabilo, menulis namanya sok aesthetic. Orang-orang selalu melakukan hal yang sama, kan?
"Halo, Nata!"
Renjun menoleh begitu merasa sapaan ini familiar ditelinganya, namun siapa sangka ia benar-benar melihat sosok Jeno berdiri di ujung rak.
"Iel?" nada suara Renjun terdengar tidak pasti.
"Sendirian lo?"
Renjun mengangguk, tidak menyangka dipertemukan dengan Jeno ditempat seperti ini karena setahunya, Jeno mana betah main di sekitar buku,"Kamu sendiri juga?"
"Iya, adek gue minta dibeliin pensil warna."
Ingat kan, kalau Jeno punya adik perempuan berisik yang Jeno sendiri suka kutuk keberadaannya, padahal ia juga sama berisiknya.
"Nat, bantuin milih sini! Saranin yang paling bagus." Kemudian Renjun tergeret menuju gantungan berbagai macam pensil warna. Jeno sih mudah saja kalau disuruh menarik Renjun, orang kurus begitu.
"Emang adik kamu seberapa pro, sih, sampek perlu yang paling bagus?" Meski mulutnya cukup sarkas, tangan Renjun tetap meraih satu set pensil warna dan menyerahkannya pada Jeno,"Nih, banyak warnanya, biar adek kamu puas."
"Loh, justru karena gue mendukung adek gue jadi pro, makanya gue beliin yang paling bagus sekalian."
"Tapi, jadi pro bukan cuma masalah alat doang, prakteknya juga harus jalan." sanggah Renjun.
Pada dasarnya, hubungan Renjun dan Jeno sempat canggung, apalagi penghubung diantara mereka—yang mana adalah Mark—sudah tidak punya urusan lagi dengan Renjun. Syukur, seiring berjalannya waktu, mereka kembali biasa saja. Toh, berteman tak butuh relasi khusus. Kalau ingin berteman, ya berteman saja.
Begitu keduanya hampir menyentuh meja kasir, novel dan komik di tangan Renjun direbut secara paksa. Omong-omong, Renjun sepertinya kelupaan membeli marking pen karena gangguan Jeno.
"Sini gue aja yang bayarin."
Renjun berusaha merebut bukunya kembali,"Nggak usah, Iel."
Namun bukannya mendapatkan bukunya, Renjun malah terdorong ke belakang, tenaga Jeno memang laksana badak,"Udah nurut, gantinya abis ini, jajanin gue."
Renjun tidak sempat menanggapi karena Jeno sudah berbalik, pada akhirnya menyerah dengan paksaan Jeno. Tidak ada ruginya juga, mengingat membayari Jeno makan akan jauh lebih murah daripada membayar buku-bukunya.
——
Ada beberapa donat dan minuman terhidang di hadapan mereka, tidak banyak pengunjung dan suasananya lumayan nyaman, jadi Renjun mengeluarkan satu komiknya dan mulai membuka segel.
"Sumpah makasih banget udah mau bayarin aku, padahal ada novel mahal begitu."
"Nggak apa-apa, itung-itung sedekah."
Hening sempat menyapa. Renjun fokus melihat sekilas isi komik di tangannya dan Jeno hanya mengamati dalam perasaan gundah. Ada sesuatu yang mengganjal selama beberapa bulan belakangan dan begitu diberi kesempatan semacam ini, Jeno tidak ingin menyia-nyiakannya.
"Sebenernya gue pengen ngomong sama lo, Nat."
Renjun terkikik gemas,"Ya, tinggal ngomong."
"Tapi ini soal Bang Garen—" Jeno sempat terdiam, apalagi Renjun tiba-tiba menghentikan seluruh gerakan dan menatap Jeno lamat-lamat,"—dan putusnya kalian."
Renjun menghela nafas,"Harus banget sekarang? Waktu aku udah pacaran sama Kak Jaya?"
"Ya, karena Bang Garen nggak mungkin ngomong ke lo kalo lo nggak ngedesak dia. Gue yakin lo juga selama ini masih kepo."
"Ya udah, buruan."
Nadanya memang terdengar setengah masa bodoh, tapi Renjun diam-diam mencoba menahan agar tidak meledak akibat penasaran.
"Eum, lo tahu kan," Jeno mengawali dengan ragu,"Bang Garen pernah dateng ke party-nya Kak Mina abis liburan, just few days before your break-up day."
"Tau. Kenapa, emang?"
Renjun tentu ingat dengan jelas bagaimana Mark mendapat panggilan dari seseorang yang Renjun ketahui sebagai salah satu komplotan Mark dan juga alumni sekolah, Renjun tidak ingat namanya, tapi ia tahu perawakan kakak kelasnya yang satu itu; tinggi dan keturunan bule.
Beberapa kali di telepon, Mark menolak karena ingin menghabiskan waktu dengan menelepon video Renjun saja dari rumah. Hingga akhirnya Renjun yang—secara tersirat—menyarankan Mark pergi dengan dalih ingin menonton film, padahal aslinya ia sungkan juga sudah mengganggu lingkar pertemanan Mark.
Tidak ada yang aneh, Mark bahkan mengirimi Renjun pesan selama berada di pesta. Bahkan keesokan harinya hingga hari Minggu datang, mereka masih berhubungan dengan baik. Jadi yang paling mengagetkan adalah bagaimana bisa Mark memutuskan Renjun begitu saja di hari Senin.
"Saran, sih. Ask him, i mean Bang Garen," Jeno mengendikkan bahu,"or maybe his friend who attend the same party."
Jeno terkikik lucu,"Ya, nggak lah! Gue juga temennya kali, Nat. Ngapain nuduh Bang Garen." Kemudian menggigit donat di tangannya yang entah sejak kapan di ambil,"Tapi gue bisa aja nuduh orang lain yang dateng party."
Jeno menyelesaikan donatnya dalam satu lahapan besar, meraih bungkusan isi pensil warna dan kunci mobil di meja, oh jangan lupa minuman dalam cup plastik yang ia pesan tadi,"Adek gue udah nunggu, gue duluan."
Renjun tidak menanggapi salam perpisahan Jeno, pikirannya semrawut, diisi oleh kemungkinan-kemungkinan tak pasti sesuai dengan imajinasinya, membayangkan apa saja yang terjadi selama pesta berlangsung. Jeno sedang mencoba membantunya dan ia tidak bisa diam begitu saja. Ia benar-benar butuh tahu apa yang terjadi, akar masalah dari hancurnya hubungan Renjun dengan Mark.