6 | 19:32

1.7K 308 17
                                    

↳ Bunyi lonceng menarik Renjun untuk menoleh ke arah pintu masuk café, ada sosok Jaehyun yang berjalan ke arahnya dengan senyum tipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bunyi lonceng menarik Renjun untuk menoleh ke arah pintu masuk café, ada sosok Jaehyun yang berjalan ke arahnya dengan senyum tipis. Renjun melambaikan tangan, melayangkan kalimat sapaan begitu Jaehyun sudah dekat,"Halo, Kak!"

"Halo, Dek."

Jaehyun tidak dapat ditemui di sekolah sampai besok lusa. Setelah insiden pertengkarannya dengan Mark dua hari yang lalu, baik Mark maupun Jaehyun mendapat sanksi skors selama empat hari. Pihak sekolah merasa keduanya butuh tetap dihukum walaupun telah melalui peringanan hukuman dan skors dirasa merupakan hal yang wajar agar keduanya jera.

"Kamu belum pesen?"

Renjun menggeleng,"Aku nungguin kakak, nggak enak kalo pesen sendiri."

Tak banyak cakap, keduanya segera memesan.

Jaehyun menatap cepat pada Renjun begitu pesanan mereka dicatat dan pelayan café telah melengang pergi,"Pasti mau nanyain kenapa aku sama Garen berantem, kan?" todong Jaehyun.

Yang ditodong tentu tidak siap, Renjun menggagu karena tak punya jawaban mengelak yang tepat,"I-iya." ujarnya kemudian.

Sebenarnya banyak sekali yang Renjun pikirkan selama beberapa hari belakangan, termasuk akan dikemanakan hubungannya dengan Jaehyun.

Tentu saja, mereka dekat. Hampir setiap hari berkirim pesan, memperhatikan satu sama lain, tapi Renjun seakan belum merasakan apa-apa. Ia tentu merasa hangat dengan sikap Jaehyun, meskipun seakan kekurangan suatu hal.

Sedangkan untuk urusan Mark, Renjun rasa mereka seharusnya benar-benar berhenti bertemu baik disengaja ataupun tidak. Sudah tiga bulan lebih titel hubungan mereka berubah, namun semakin jarak dibentang, semakin ada saja hal tak terduga datang. Renjun sungguh ingin berhenti ikut memikirkan nasib Mark, mereka sudah bukan siapa-siapa lagi.

"Kalo gitu, sebelum kamu tanya. Kakak boleh tanya sesuatu nggak?" Jaehyun menggamit lembut pergelangan tangan Renjun,"Ini tentang kita."

Renjun mengangguk kaku,"Bo-leh."

Sorot mata Jaehyun seakan mencoba mengetuk hatinya, ada asa yang Jaehyun pendam sembari menatap Renjun sendu.

"Boleh kakak tau gimana perasaan kamu sama kakak sekarang?" genggaman Jaehyun berpindah ke jemari Renjun, menangkup tangan kecil itu dengan dua tangannya yang raksasa,"Kakak udah nggak kuat berdiri sendirian, kakak pengen kamu di samping kakak terus, Nata."

"Kakak tau, pasti bakal banyak rintangan, tapi dengan kamu disisi kakak, kakak berharap bisa ngelindungi kamu sepenuhnya. Gimana?"

Renjun membeku, tidak menyangka hari ini akan datang secepat ini. Maksudnya mereka baru saja mulai dekat tiga minggu belakangan dan hari ini Jaehyun sudah menanyakan perasaannya?

Tak kunjung dijawab, Jaehyun kembali bersuara,"Kalo kamu belum sayang sama kakak, kamu bisa belajar sayang sambil jalani ini berdua sama kakak. Hubungan ini nggak cuma buat kakak, tapi buat kamu juga."

"Atau kamu butuh waktu?" tanya Jaehyun kemudian.

Waktu?

Renjun bahkan tidak yakin harus bagaimana, baginya meminta waktu tambahan adalah sebuah hal tidak pantas.   Merasa takut pula untuk meminta, lantaran semakin lama Renjun berpikir, akan semakin rumit pula cara pikirnya. Ia hanya ingin semua kekacauan kecil ini segera selesai.

Mereka lama terdiam, bahkan hingga pesanan keduanya sampai, belum ada kelanjutan dari percakapan sebelumnya.

Entah keyakinan dari mana, Renjun mendongak dan tersenyum kecil,"Ayo kita coba."

Ada keyakinan kecil untuk bangkit bersama Jaehyun meski bayang-bayang masa lalu tetap menghantui, Jaehyun bukan orang jahat, tidak ada salahnya mencoba walaupun Renjun sempat ragu, kehadiran Jaehyun mampu meyakinkannya.

Bila memang segalanya tidak berjalan sesuai rencana, Renjun juga tahu apa yang harus ia lakukan. Toh, Jaehyun sendiri bilang hubungan ini untuk keduanya, kalau salah satu tidak mampu melanjutkan, apa ya benar akan dibiarkan begitu saja?

Jaehyun termangu sejenak, tidak menyangka jawaban Renjun akan seterbuka itu,"Beneran?"

Renjun mengangguk kecil. Maaf sekali, tapi ia juga masih belum tahu perasaannya bagaimana,"Ajarin aku sayang sama kakak."

Jaehyun merasa jatuh untuk yang kedua kalinya. Sosok Renjun seakan memiliki banyak kejutan, pola pikirnya tidak terduga dan Jaehyun kadang setengah takut untuk bicara, namun daripada memikirkan itu, ia akan lebih fokus untuk melindungi Renjun.

"Makasih banyak, Dek."

Satu hal yang kelewatan, Renjun lupa lagi menanyakan perihal pertengkaran Mark dan Jaehyun tempo hari.


to be continued




sorry ya, Nata jadian dulu sama Jaya.

memetik asa • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang