Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
↳ Api antara Mark dan Jaehyun mungkin tidak akan padam sampai kapanpun jikalau sosok yang ada dalam pikiran mereka adalah orang yang sama. Terlebih lagi Mark dengar dari orang-orang kalau Jaehyun sudah menyukai mantan pacarnya bahkan sebelum Mark dan Renjun putus. Bayangkan betapa geramnya Mark saat mendengar berita dari mulut ke mulut itu.
Ruang seluas dua belas meter kubik itu serasa senyap, tak ada suara apapun kecuali deru pendingin ruangan dan hembusan nafas berat dari dua insan di dalam sana. Rasa-rasanya Mark begitu kemusuhan dengan mantan kapten basket sekolahnya ini.
Ada banyak sekali yang ingin Mark sampaikan, pada Renjun, pada Bundanya, pada kedua orang tua Renjun dan orang-orang yang mengenalnya.
Ia ingin menegaskan, apa yang terjadi selama ini tidak seperti yang orang lain kira.
Mark ingin mengaku.
Poin pertama yang ingin Mark sampaikan adalah kejadian di pesta Mina.
Mungkin saja benar kalau ia pernah tidur dengan Mina, tidak ada yang tahu kepastiannya. Ia jelas sekali tidak suka mabuk. Seingatnya juga, ia hanya minum bir non-alkohol, artinya ia kemungkinan besar tidak akan mabuk.
Lalu bagaimana bisa ia tak sadarkan diri?
Mark sendiri pun ikut bertanya-tanya.
Selama ini, Mark selalu diam karena ia takut apa yang akan ia ucapkan nanti akan menyakiti Renjun, akan menyakiti pihak-pihak yang tidak ingin ia libatkan.
Dan sekarang telah terbukti, kecelakaan ini jadi salah satu ancaman nyata yang datang.
——
Renjun kembali ketika ia merasa jauh lebih baik. Foto Mark dan Mina rupanya sedikit menganggu emosi Renjun. Sudah lama ia tak semarah ini.
Dua orang yang sempat ia tinggalkan sibuk dengan urusannya masing-masing; Jaehyun dengan ponsel dan Mark yang melihat keluar jendela dengan bosan.
"Kakak—"
"Ya?" "Apa, Yang?"
Hening kembali tercipta sebelum kemudian kembali luruh akibat dehaman gugup Renjun. Yang paling muda di ruangan mengarahkan mata pada Jaehyun, mengabaikan bagaimana Mark kelihatan kikuk dan malu karena kelepasan.
"Kak Jaya pulang dulu aja."
Jaehyun menarik Renjun duduk di sebelahnya, menyelipkan tangan di pinggang sempit Renjun secara alami, bentuk nyata dari kepemilikan atas yang lebih muda,"Terus kamu gimana?"
Diam-diam Mark mendengus geli, sebenarnya apa yang tengah Renjun rencanakan. Tidak ada lagi kerabat yang peduli pada kehidupannya dan sang Bunda, jadi mana mungkin Tantenya akan datang mengurus!?
"Kakak ikut nungguin aja, ya?"
Gelengan Renjun berarti mutlak, sorot matanya seolah-olah memaksa Jaehyun menuruti apa yang ia katakan,"Nggak bakal ada apa-apa."
Kedua kalinya Mark mendengus geli. Kali ini lebih kearah meremehkan Jaehyun, tahu kalau pemuda itu tidak akan berani melawan Renjun, persis sama seperti ia dulu.
Meski sedikit memakan waktu, akhirnya Jaehyun berhasil Renjun usir—maksudnya dipulangkan—terlebih dahulu. Lagian niat Renjun memang hanya ingin berdua dengan Mark dan meluapkan amarah yang ia tahan berbulan-bulan karena tak punya alasan untuk marah.
Sepuluh menit berlalu sejak kepergian Jaehyun dan Renjun masih setia duduk di kursinya, menusuk Mark dengan tatapannya tanpa jeda dari kejauhan. Yang di tatap begitu tentu kembali kikuk, sepertinya Mark lupa ia harusnya sudah merasa terancam sejak Renjun meminta Jaehyun segera pulang.
Lain Mark yang ketakukan, yang Renjun pikirkan adalah menghantam wajah Mark dan berteriak emosi di hadapan yang lebih tua. Namun alih-alih merealisasikan khayalannya, Renjun tetap duduk, tak ingin pula menghabiskan energi untuk suatu hal yang mungkin akan sia-sia.
"Serius kakak nggak mau cerita sama aku?"
Ditodong begitu, jelas Mark akan pura-pura bodoh,"Cerita apa?"
Renjun mendengus, ini akan jadi sangat panjang,"Pesta Kak Mina. Something out there is blowing out dan kalo kakak nggak cerita, aku yakin kakak nggak akan punya temen lagi."
"Apa yang—"
"Cerita dulu baru aku kasih tau."
Mark memejamkan matanya erat, sebelum kemudian kembali membuka mata dan memandang Renjun lamat-lamat,"Kakak emang tidur sama Mina,"Mark menjeda, sebenarnya masih kurang yakin untuk membicarakan ini pada Renjun,"tapi bukan berarti kakak 'ha-es' sama dia, Nat. Nggak ada jaminan atas kejadian itu. Kamu tau sendiri kakak nggak suka minum, kan? Jadi kemungkinan kakak mabuk kecil."
Renjun tak bergeming dari posisinya, sorot matanya seolah-olah menusuk kulit Mark tanpa tedeng aling-aling. Mark selalu takut saat Renjun marah karena yang lebih muda tidak pernah marah seperti kebanyakan orang, ia akan tetap tersenyum, kadang pula diam saja, namun lisan dan sorot matanya mematikan.