Prolog

70.4K 2.4K 210
                                    

"Kenapa sih gue harus suka sama dia? Sedangkan dia selalu nyakitin gue." Senja—gadis itu menatap lelaki yang sedang bermain basket di lapangan sana.

"Ralat, dia nggak pernah nyakitin lo tapi lo aja yang terlalu berharap." bak ditampar kenyataan, Senja malu hingga menundukkan wajahnya mendengar penuturan Jingga yang terkesan menyakitkan tapi memang benar adanya.

"Gimana cara berhenti cinta sama dia?" tanya Senja.

"Nggak akan bisa karena mustahil behenti cinta sama seseorang," jawab Jingga ikut tersenyum.

"Kalau gitu lo mau dong ikhlasin Lembayung buat gue?"

Jingga langsung menoleh, menatap tajam pada Senja. Tidak ada tatapan persahabatan seperti tadi.

"Gak bisa. Gue bisa ngasih segalanya tapi nggak dengan Lembayung," balas Jingga sengit.

"Lo egois, Ga!"

"Lo yang egois! Lo punya semuanya tapi lo masih suka sama cowok gue!"

"Lo yang perebut. Lo tau kalau selama ini gue suka sama dia tapi kenapa lo nikung gue?"

"Dia nggak pernah suka sama lo. Nyadar!"

Jingga berdiri meninggalkan Senja seorang diri. Senja menatap kepergian cewek itu, dadanya merasa sesak melihat Jingga mendatangi Lembayung.

Cowok itu pun terlihat tersenyum manis, merangkul sang pacar. Hal itu membuat Senja kembali ke kenyataan kalau Lembayung bukanlah miliknya, cowok itu sudah menjadi milik orang lain dan itu Jingga—sahabatnya sendiri.














Spesial 17 tahun aing. Kaget nggak? Kaget nggak?

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang