Pagi hari di kediaman keluarga Alvito, mereka tengah sarapan. Suara dentingan sendok mendominasi meja makan, mereka sibuk dengan makanannya.
"Tadi malam Papa kok kayak dengar suara teriakan gitu, kalian dengar nggak?" tanya Langit tiba-tiba.
"Kayak teriakan kunti gitu tapi mirip suara Senja," lanjut Langit.
Semua mata kini tertuju pada Langit.
Sendok Senja seketika menggantung di depan mulutnya, tidak jadi tersuap. Dan Lembayung yang tengah mengunyah nasi gorengnya tiba-tiba tersedak, segera ia mengambil gelas yang berisikan air di depannya.
Senja berdehem. Sementara Lembayung menahan tawanya, laki-laki itu pura-pura terbatuk.
"Om Langit jahat banget, masa samain suara aku kayak kunti," protes Senja yang ditanggapi tawa oleh Langit.
"Kalian denger juga nggak?" tanya Langit.
"Iya, Pa, Elsa juga dengar, takut banget deh rencana tadi malam mau ke kamar kak Senja tidur bareng, tapi dengar suara tangisan itu Elsa nafas aja takut, Pa," sahut Elsa.
"Kalau Papa sih nggak takut soalnya tadi malem keadaannya Papa sama Mama lagi ber-"
Langit tak melanjutkan pembicaraannya saat Bintang menyumpal mulutnya dengan sebuah roti, di sertai dengan pelototan tajam membuat Langit nyengir di buatnya.
"Lagi ber-apa, Pa?" tanya Elsa.
"Emmm anu itu, ber itu maksudnya Papa lagi bermimpi," ucap Langit.
"Kok mimpinya sama Mama? Aneh."
"Maksudnya Papa itu lagi mimpi berduaan sama Mama," timpal Bintang.
"Kok Mama bis-"
"Udah deh, kamu nggak usah banyak tanya habisin cepetan tuh sarapannya nanti telat lagi," jawab Bintang cepat.
Langit dan Bintang dapat bernafas lega saat Elsa tak kembali bertanya hal lebih, gadis itu kembali asyik melahap sarapannya.
Senja melirik Lembayung yang nampak menahan tawanya, sadar dirinya dilihat Lembayung segera merubah ekspresinya menjadi datar.
"Bayung," panggil Senja dengan berbisik.
"Bayung," panggil Senja kembali saat Lembayung tak menjawab.
Hingga akhirnya Senja menginjak sepatu Lembayung, barulah cowok itu menoleh dan menatap Senja dengan pelototan tajam.
"Kalau kalian denger nggak?"
Keduanya sontak menoleh saat Langit kembali menanyakan pertanyaan sebelumnya, namun kali ini pada mereka berdua.
Senja menatap Lembayung dengan tatapan memohonnya. Lembayung mengendikkan bahunya.
"Jawab pertanyaannya nanti aja. Bayung mau panasin motor dulu!"
Lembayung berdiri dan meninggalkan mereka semua.
Sontak Langit, Bintang dan Elsa kini memusatkan perhatiannya pada Senja.
"Kalau kam-"
"Senja mau nyusul Bayung deh takut telat. Bye-bye sampai ketemu nanti."
Senja berlari terbirit-birit mengejar Lembayung. Ketiga manusia itu kini saling pandang.
"Aneh," gumam Langit.
Senja berhenti berlari saat ia telah sampai di teras rumah Lembayung. Ia menghembuskan nafasnya lega. Melihat Lembayung yang tengah memanaskan motornya, Senja segera mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Teen FictionKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!