"Gue pulang dulu ya," ucap Agan bangkit dari duduknya.
Senja tersenyum sambil mengangguk.
"Terimakasih ya, buat hiburannya," kata Senja pelan.
"Terima kasih juga udah mau maafin gue. Seneng bisa buat lo ketawa-ketawa kayak tadi, meskipun terkesan kepaksa tapi gue tetap bersyukur bisa lihat ketawa lo, ada yang ngerasa lega ngeliat lo ketawa kayak tadi."
"Jangan terlalu larut sedihnya." Agan mengacak rambut Senja gemas.
"Gue mau pulang deh. Duluan ya!"
Senja mengantar Agan sampai cowok itu naik ke dalam motornya dan pergi meninggalkan pekarangan rumahnya.
Senja masuk ke dalam rumahnya. Setiap sudut rumah tersebut mengingatkannya kembali kepada Daffa. Sebrengsek apapun lelaki itu, Daffa tetaplah ayahnya.
"Senja." Senja yang baru saja akan membuka pintu kini menguraikan niatnya dan berbalik menatap Sasa yang tengah berjalan mendekatinya, dibelakang Sasa ada Saga juga.
"Kenapa bun?"
"Kita cerita-cerita ya. Kamu ada waktu kan?" Senja mengangguk.
"Di kamar Senja aja." Kedua manusia itu mengangguk, akhirnya Senja membukakan pintu dan mempersilahkan mereka untuk masuk.
"Bunda mau jelasin, ini amanah dari ayah. Tapi kamu harus janji, setelah ini jangan benci sama ayah," kata Sasa memulai pembicaraan.
"Ayah yang minta bunda buat janji biar Senja nggak benci sama dia?" tanya Senja.
"Nggak. Ini murni keinginan bunda, agar kamu jangan membenci ayah." Sasa menggenggam tangan Senja.
"Ceritain aja bun," ucap Saga meyakinkan.
"Janji ya, kalau kamu nggak akan benci sama ayah setelah bunda jelasin!"
"Liat gimana nanti," jawab Senja.
Sasa menghela nafas berat terlebih dahulu.
"Ayah... pernah selingkuh sama tante Nessa, kemarin saat kamu baru pulang dan nemuin bunda nangis, itu bunda nangis karena dengar penjelasan tante Nessa."
"Ibu sama anak emang sama-sama pelacur," gerutu Senja.
"Dengar dulu. Dari penjelasan tante Nessa, mereka punya hubungan sekitar setengah tahunan, berawal dari rumah tangga tante Nessa yang enggak harmonis, tante Nessa butuh seseorang buat jadi teman curhat dan senang-senangnya, dan waktu itu ayah adalah orang yang dibutuhkan tante Nessa. Lama-kelamaan di antara mereka muncul perasaan lebih dari teman biasanya, dan akhirnya mereka ngejalanin hubungan ini, tapi beberapa waktu lalu mereka udah putus karena keluarga tante Nessa udah membaik. Setelah ceritain itu tante Nessa minta maaf, bahkan sampe nyium kedua kaki bunda."
Air mata Sasa kembali turun.
"Dan waktu bunda masuk ruangan ayah, dia ngasih amanah ke bunda supaya sampain permintaan maaf yang sebesar-besarnya sama kamu dan Saga. Tentunya juga sama bunda."
"Senja nggak bisa maafin ayah," kata Senja dengan mata yang sudah memerah.
"Senja. semua udah berlalu, sakit hati kamu nggak akan sebanding sama sakit hatinya bunda yang udah dihianatin sama dua orang penting dalam hidup bunda. Tapi, buktinya bunda masih bisa untuk belajar memaafkan mereka apalagi sekarang ayah udah nggak ada itu benar-benar ngegoresin luka yang mendalam buat bunda."
"Bunda nggak bisa samain diri bunda sama aku. Lagian ayah itu bener-bener brengsek, Senja benci!"
"Ssst, nggak baik dendam sama orang yang udah nggak ada, apalagi dia adalah ayah kamu sendiri. Fikirin deh sekarang, Allah aja bisa maafin hambanya yang punya dosa bahkan sampai begunung-gunung, masa kita sebagai hambanya nggak bisa memaafkan sesama mahluk? Kita semua pernah berbuat salah, cuma beda cara aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Fiksi RemajaKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!