Sebelum kita lanjut jangan lupa untuk pencet bintang, setelah baca jangan lupa spam komen karena ini adalah part terakhir dari cerita ini.
Alhamdulillah kalau suka, kalau enggak oke nggak apa-apa, bisa skip asal jangan ngomong kasar buat authornya aja ❤
Maaf kalau banyak typo ❤
Ekspresi Lembayung seketika berubah menjadi masam.
"Jadi, temen maksudnya." Senja berhamburan memeluk Lembayung, Lembayung oleng karena perlakuan Senja yang terkesan tiba-tiba.
"Pilih gue atau Agan nih jadinya?" tanya Lembayung yang masih mendekap Senja
"Ish, masih aja nanya." Senja mencubit pinggang Lembayung.
Perlakuan Senja barusan sukses membuat Lembayung tertawa.
Senja menguraikan pelukannya, ia menatap sekelilingnya ternyata semua pasang mata tengah menatap mereka. Malu sekali rasanya, ia pun menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Kok nggak bilang kalau kita jadi pusat perhatian?" tanya Senja setengah berbisik.
"Lo keasikan meluk sih," jawab Lembayung santai.
Senja mencibir.
"Pergi yuk, malu tau diliatin kayak gini."
"Gue bayar dulu."
"Tunggu diluar ya." Lembayung mengangguk mengiyakan.
Senja berjalan tergesa-gesa keluar dari kafe tersebut. Suasana sore itu mendung namun nyaman. Ada rasa bersalah pada Agan. Tentu saja.
Namun bagaimanapun hati tak bisa dipaksakan, ia menghela nafas berat. Sekarang akankah ia kehilangan Lergi dari hidupnya? Jika Agan benar-benar menjauh, Senja kecewa karena meskipun ia bersama Lembayung dan tidak memilih Agan, bukan berarti hubungan persahabatan antara ia dan Agan harus terputus kan?
Tangan Senja digenggam, matanya menatap Lembayung yang tengah tersenyum manis padanya.
"Mau langsung pulang?" tanya Lembayung.
"Jalan-jalan dulu aja."
Jawaban Senja membuat senyuman Lembayung mengembang.
"Seneng liat lo bisa kasih gue kesempatan kedua kayak gini." Lembayung mengacak rambut Senja.
"Makanya jangan di sia-siain," sahut Senja.
"Nggak bakalan lagi. Cukup aja kebodohan gue di masa lalu dijadiin pembelajaran buat ke depannya."
Senja tersenyum menanggapi.
Setelah itu mereka pergi dari kafe tersebut, melanjutnya jalan-jalan mereka. Sore hari itu mereka habiskan dengan berbahagia.
🌸🌸🌸
Berbeda dengan Senja yang tengah bersenang-senang bersama sang pujaan hati, Jingga malah tengah berkunjung menemui ibu kandungnya, meski hanya bisa mendoakan dan bertemu tanah tetapi itu sudah sangat cukup untuk Jingga, setidaknya ia tak akan melupakan jasa Ibunya yang telah berkorban hingga meninggal hanya untuk melahirkannya.
Selesai mendoakan Ibunya, Jingga pergi tak lupa sebelum itu ia menghubungi Raka agar menjemputnya. Orang tuanya tengah jalan-jalan ke mall, sebuah kebahagiaan bagi Jingga melihat kedua orang tuanya sudah kembali berbahagia.
Jingga menunggu diluar gerbang pemakaman, di sebelah kuburan tersebut juga ada pemakaman umat islam. Mereka bersampingan.
Ia menghela nafas, sambil mengeratkan cardigan yang membalut tubuhnya. Matanya tak sengaja melihat seorang lelaki yang juga baru keluar dari pemakaman, bedanya orang tersebut keluar dari pemakaman muslim.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Teen FictionKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!