49. Mendadak

10.1K 1.2K 378
                                    

Selamat hari jum'at:)
*membayar hutang update semalam















Dengan langkah lesu dan tak bersemangat Senja berjalan menyusuri koridor. Samar-samar terdengar bisik-bisik, bukan mengenai dirinya tetapi... Jingga.

"Dasar masih punya muka aja sekolah di sini. Cewek gak guna."

"Dih, Jingga cewek nggak tau diri. Udah untung juga Senja mau temenan sama dia, malah dianya nikung."

"Nahkan orang pendiem kayak Jingga itu yang paling berbahaya."

"Anjing si Jingga, ikutan emosi kan gue ngeliat Senja di apa-apain."

Senja memberhentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang, pantas saja mereka membicarakan Jingga. Wong manusianya lagi berjalan di belakang Senja. ah, melihat wajah sok polos Jingga membuat Senja benar-benar muak.

Tapi tak dapat pungkiri, ia juga sebenarnya kasian mendengar bisik-bisik mengenai gadis tersebut. Ada rasa ingin menyumpal mulut gadis-gadis lemes itu, akan tetapi semuanya lenyap kala ia mengingat bagaimana hubungan Nessa dan Daffa. Mengapa takdir sebercanda itu.

Ia kembali melangkahkan kakinya. Kembali Senja memberhentikan langkahnya saat melihat Agan dkk tengah nongkrong di koridor yang ada di depannya.

Bingung, antara melanjutkan perjalanan atau berbalik arah? Rasanya Senja ingin mengutuk Agan dkk yang tengah asyik duduk di sana.

"Piuw, piuw. Ada ibu Negara mao lewat." Senja membulatkan matanya saat salah satu sahabat Agan berteriak sambil menatapnya.

Sontak perhatian Agan dkk kini beralih padanya, termasuk Agan juga. Pandangan mereka bahkan bertemu, ada raut keterkejutan di sana. Buru-buru Senja mengalihkan tatapannya.

Saat Senja akan berbalik arah, ia malah menubruk dada bidang seseorang. Sejak kapan tembok sekolah pindah ke belakangnya? Eh, tapi masa iya tembok bisa empuk?

Senja mendongak. Ternyata Lembayung, cowok itu menatap Senja sambil mengernyit heran. Senja memundurkan langkahnya.

"Kenapa balik?" tanya Lembayung.

Senja hanya menggeleng. Sungguh sebenarnya ia masih malu atas kejadian tadi, yang benar saja ia berhamburan memeluk cowok di depannya ini.

Senja terkejut saat Lembayung mengambil sebelah tangannya, tentu saja masih menggunakan tangan kirinya.

"Mau pulangkan? Bareng gue aja."

Tanpa menunggu persetujuan dari Senja, Lembayung berjalan. Tentu saja Senja tak ingin menyia-nyiakan kesempatan Senja mengikut saja, mengekori dari belakang. Tubuh Lembayung yang menjulang tinggi membuat Senja yang berada di belakang tak terlihat.

Sampai saat melewati Agan dkk, semua mata tertuju pada mereka. Senja melirik ke arah Agan yang tengah menatap mereka tajam.

"Cih, cowok cacat aja mau sok ngelindungin," sibir salah satu teman Agan yang Senja yakini tengah menyindir Lembayung.

Namun sepertinya Lembayung tak menanggapi perkataan mereka.

"Banci. Kemarin aja sok-sokan nyuruh Senja ngejauh dari hidupnya, sekarang apa? jilat ludah sendiri enak, ya? Senja juga nggak tau diri, yang selalu ada kalau dia lagi sedih itu bukan si cacat, tapi Agan," celetuk Dirga.

Sontak Lembayung langsung menghentikan langkahnya. Senja bisa merasakan aura peperangan sekarang. Sepertinya ucapan Dirga mampu membuat Lembayung merasa panas.

Lembayung membalikkan badannya begitupula dengan Senja yang ikut membalikkan badan.

Brugh!

Bukan Lembayung yang memukulnya, melainkan Agan sendiri. Senja membulatkan matanya tak percaya.

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang