Langkah kaki Senja membawanya menuju kantin, gadis itu sudah sangat haus sekarang.
Gadis itu masuk ke dalam kantin dan dengan tiba-tiba menabrak seseorang yang tengah membawa semangkuk bakso. Nampan di tangan orang tersebut meluncur dengan mulus ke lantai. Senja menggeram, dia mengangkat wajahnya dan pandangannya bertemu dengan seorang lelaki yang tengah menatapnya dengan marah.
"Kalau jalan matanya jangan merem goblok!"
"Buta lo? Gak liat gue jalan ke kantin mulus tanpa hambatan, nggak kayak lo. makanya kalau jalan itu liat kiri kanan," jawab Senja.
"Bacot! Gue gak mau tau, lo harus gantiin bakso gue!" pinta Agan kesal. Padahal lelaki itu sudah sangat lapar dan rencananya ia akan langsung melahap baksonya, tapi rencana tetaplah rencana, sekarang baksonya sudah meluncur bebas ke lantai.
"Gantiin? Ogah banget gue, lo yang jalannya gak liat-liat masa gue yang disalahin? Gak ada otao emang lo."
Nafas cowok itu memburu, ia menatap Senja dengan bengis. Agan memang begitu jika tengah lapar, emosinya mudah terpancing.
"Gantiin gak?" bentaknya.
"Gak!" balas Senja.
Agan memejamkan matanya, Senja memang benar-benar pandai memancing emosi.
"Lo emang calon pacar gue yang ke-50, tapi tetap aja lo salah. Sebagai calon imam keluarga kita, gue harus tetap tegur lo kalau lo salah, karena itu tugas gue."
Alis Senja nyaris bertaut. Kenapa malah ngelantur ke kiri ke kanan begini? Dasar Agan, benar-benar otaknya itu harus segera di bersihkan.
"Dasar gak waras. Ogah banget gue jadi pacar lo," ketus Senja.
"Halah sombong lo, sekarang boleh bilang ogah tapi dua bulan kemudian gue jamin lo bakal bilang I love you sama gue."
Senja memutar bola matanya malas. Memang dasar Agan ini, benar-benar Fakboy!
"Mata lo minta gue colok ya, muter-muter kayak gitu. Tidak menghargai calon imam sekali, gue kutuk jadi landak baru tau rasa lo," bentak Agan.
Senja menggelengkan kepalanya. Gadis itu menepuk-nepuk pundak Agan.
"Ck, ck, ck. Yang pertama otak jangan lupa dibersihin ya, terus yang kedua tolong kalau menghalu jangan ketinggian, ntar kalau jatuh kesakitan, dan yang ketiga jangan samain gue sama cewek-cewek tolol yang mau jadi pacar lo itu. Gue masih waras buat nggak nerima cowok Fakboy kayak lo, lagipula Lembayung tetap number one di hati Senja. Lembayung semakin di depan," ucap Senja.
Agan tertawa mendengar perkataan Senja, sedang gadis itu menatap Agan aneh.
"Yang pertama, otak gue udah bersih gak usah dibersihin lagi, ntar yang ada malah tambah kinclong. Yang kedua harusnya itu kata-kata cocok buat lo yang selama ini ngejar-ngejar cowok nggak tau diri kayak Lembayung. Yang ketiga, gue siap berhenti jadi Fakboy kalau lo mau jadi cewek gue yang ke 100."
"Mulut lo!" bentak Senja mendadak.
Gantian Agan yang menatapnya aneh.
"Apa? lo mau marah?" tanya Agan menantang.
Senja menghela nafas panjang.
"Lo tuh benar-benar cowok terngeselin ya, kemarin lo berantakin make up gue, sekarang lo nabrak gue, terus besok apalagi? Ngedorong gue dari rooftop?" bentak Senja.
"Santai kali, Ja. Kalem, kalau lo marah-marah kayak gini ntar cepat tua lagi. Kalau lo tua, gue udah gak mau jadi pacar lo ah, ogah pacaran sama nenek-nenek. Kalau gue aja gak mau apalagi Lembayung? Yang ada dia malah pacaran sama Jingga lagi bukan lo. Upss, sebenarnya gue nggak yakin sih kalau Lembayung bakal jadi pacar lo secara kan lo calon pacar gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Teen FictionKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!