36. Ulang tahun

8.8K 934 355
                                    

Typo bertebaran!!!























"Bi, Mama belum pulang?" tanya Jingga sambil membantu Bi Enik mengatur makanan di meja makan.

"Belum, Non," jawab Bi Enik.

"Kalau Papa?"

"Kalau bapak ada di ruang keluarga. Kayaknya lagi nonton."

Jingga mengangguk.

"Jingga ke sana dulu ya Bik."

Bi Enik nampak mengangguk. Jingga tersenyum kala melihat punggung Raka dari belakang, lelaki itu nampak menikmati kopi sembari menonton sebuah acara stasiun televisi.

Tapi, sebuah suara mobil membuat Jingga lebih tertarik ketimbang mendatangi Raka. Gadis itu, berlari menuju luar. Senyumannya mengembang, menyambut kedatangan Nessa.

Benar saja, pintu mobil yang berhenti di depan gerbang rumahnya itu terbuka, memperlihatkan Nessa yang keluar dari sana. Namun, tidak sendiri melainkan bersama lelaki lain. Senyuman Jingga pudar, di sana Nessa tampak berbincang dengan lelaki tersebut sampai akhirnya Nessa tersenyum, sebelum lelaki itu masuk ke dalam mobilnya ia nampak berciuman dengan Nessa terlebih dahulu.

Setelah mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah, Nessa masuk. Air mata Jingga sudah turun membasahi pipi sedari tadi. Lelaki yang di cium oleh Nessa itu tidaklah sama dengan lelaki yang di liat di restaurant tempo lalu.

"Kamu ngapain di luar begini? Nunggu di apelin?" tanya Nessa menatap Jingga tajam.

"Masuk!" perintah Nessa.

Jingga mengikuti perintah sang Mama, ia berjalan di belakang Nessa seraya menghapus air matanya pelan. Jingga berhenti berjalan saat Nessa tiba-tiba berhenti dan berbalik menatapnya.

"Kamu belum putusin Lembayung? Mama belum dapat kabar soal putusnya hubungan kalian."

Jingga terdiam. Ia menggigit bibir bawahnya. Sejujurnya ia tak mau memutuskan hubugannya dengan Lembayung, karena ia mencintai cowok tersebut. Ia tak rela kalau harus memutuskan hubungannya dengan Lembayung.

"Kenapa kamu belum putusin dia? Kamu nggak mau dengerin apa kata Mama?" Nessa menyilangkan kedua tangannya.

Air mata Jingga kembali jatuh.

"Udah Mama bilang, kamu nggak usah pacaran. Cukup ikut les aja, tingkatkan prestasi kamu, naikin terus nilai kamu. Lagi pula pacaran itu nggak ada gunanya, yang ada cuma buat otak kamu rusak aja."

"Kenapa kamu masih pacaran?" tanya Nessa.

"KENAPA?!" bentak Nessa.

"MAMA SURUH KAMU JAWAB, BUKAN NANGIS!!" teriak Nessa saat Jingga malah semakin terisak.

"PUTUSIN LEMBAYUNG!" ucap Nessa.

"NESSA!" teriak Raka yang berjalan menghampiri mereka.

Nessa menatap kedatangan Raka dengan memutar bola matanya malas.

"Kamu bisa nggak sih kalau ngomong sama Jingga itu dengan baik? Nggak teriak, ngebentak, kayak gini?" tanya Raka.

"Aku nggak bakalan teriak-teriak kayak gini kalau dia mau nurutin apa kata aku. Tapi apa? anak kamu ini bebal." Nessa menunjuk Jingga dengan jari telunjuknya.

"Jingga, nggak mau putus sama Lembayung, Ma," ucap Jingga terbata-bata.

"Liat kelakuan anak kamu. Aku nyuruh dia nggak usah pacaran supaya otaknya nggak rusak. Tapi apa? anak kamu itu ngeyel, dan kamu tau kemarin nilai matematikanya turun. Karena apa? karena dia nggak fokus belajar gara-gara pacaran."

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang